05. Revoir

1.6K 130 1
                                    

Lucas menatap tak minta pada berkas-berkas yang telah tertumpuk dimeja nya. Dirinya lebih baik disuruh untuk membunuh orang saja dibandingkan harus membelai kertas kertas tersebut.

Ini salah Mark karena beberapa hari ini pria itu menelantarkan pekerjaan nya jadinya tugas Lucas bertambah. Ah sial, Lucas mengutuk Mark yang sedang kasmaran itu.

"Belum selesai?" Pertanyaan itu terlontar dari Mark yang baru datang ke ruangan nya. Padahal jam telah menunjukkan pukul sebelas siang. Sudah dekat dengan jam makan siang.

Lucas tak menjawab, ia hanya menatap sengit kearah teman nya yang sayangnya adalah bossnya. Jika bukan karena Jaehyun dia juga tak mau bila menjadi sekertaris Mark.

"Jangan banyak mengeluh agar cepat selesai."

Ucapan Mark membuat emosi Lucas bertambah. "Ck, KALAU BEGITU JANGAN BANYAK PIKIRAN AGAR PEKERJAAN MU TIDAK HARUS AKU KERJAKAN."

Mark terkejut saat Lucas berteriak penuh emosi. Wajah pemuda itu juga sudah merah. "Akan ku berikan cuti sehabis semua selesai."

Raut wajah Lucas berubah terang. "Benarkah?" Tanya nya dengan tatapan berbinar-binar.

Mark hanya mengangguk kecil mengiyakan. Dan itu membuat senyum Lucas merekah. "Akan ku tagih itu, Mark Jung."

Mark hanya bedehem singkat. Setelah itu pergi keluar dari ruangannya. Meninggalkan Lucas yang bekerja sembari misuh misuh. "Harusnya aku saja bossnya kalau pekerja ini aku yah kerjakan, ck menyebalkan sekali. Ingin menikah saja."

Malam telah larut, namun Mark belum ingin pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam telah larut, namun Mark belum ingin pulang. Dia masih berjalan di sekitar taman kota. Menikmati angin malam yang menghembus disana.

Namun sayangnya ketenangan itu berakhir ketika ada suara tembakan.

Dor!

"Akhh.." Mark meringis saat sebuah peluru menabrak bahunya. Dirinya melihat kearah tembakan itu datang, beberapa orang dengan pakaian hitam berlari kearahnya.

"Sial." Mark segera berlari melarikan diri. Dirinya sedikit menyesal menyuruh anak buahnya untuk meninggalkan Mark sendiri di taman itu.

Tempat pelarian Mark adalah gang gang kecil di samping samping toko. Dengan menahan darah yang keluar dari bahunya, Mark terus berlari tak tentu arah. Yang penting adalah dia selamat.

Tapi kesialan sedang menghampiri nya. Jalan setapak yang ia lewati ternyata buntu. Dan satu-satunya jalan adalah berbalik arah. Namun orang yang mengejarnya sudah sampai di dekatnya.

Mark merutuki anak buahnya yang sangat lelet untuk datang. Mark telah memberi sinyal bahaya lewat jam tangan nya saat tadi berlari. Mau tak mau, Mark melawan pria-pria dihadapannya yang sedang mengepung.

Pertarungan sengit dimulai dengan jumlah yang tak imbang, dimana Mark hanya sendiri untuk melawan lima orang sekaligus.

Tak membutuhkan waktu yang lama, tiga orang telah tumbang. Tersisa dua orang yang Mark akui kekuatannya cukup membuat nya kewalahan.

Saat hendak berkelahi lagi tiba-tiba sirine polisi menyadari ketiga orang tersebut. "Sial, polisi." Dengan terburu-buru dua orang itu menyadarkan tiga teman nya sudah tergeletak lalu pergi menyelamatkan diri dari polisi.

Suara sirine tersebut perlahan-lahan mendekat tapi anehnya Mark tak melihat sorot lampu kendaraan sampai seseorang berdiri dihadapannya dengan sebuah ponsel di genggamannya.

"Kau lagi?!"

Mark tersadar, yang menyelamatkan nya lagi-lagi pemuda yang kemarin ia temui.

"Huh, sudah dua kali aku menyelamatkan mu. Apa mereka rentenir? Kau memiliki hutang yang banyak sampai mereka mengejar mu ya kan? Lalu kemarin kau ingin bunuh diri agar terhindar dari hutang mu itu. Cih, padahal nanti di atas sana juga akan ditagih lagi."

Mark mendengar kan ocehan Haechan yang sangat panjang itu. Menurut nya sangat manis jika Haechan tengah berbicara dengan raut kesalnya.

Haechan mengedarkan pandangannya ke seluruh tubuh Mark, wajah Mark sedikit ada lebam di beberapa bagian dan...

"Kau tertembak?!" Pekik Haechan panik.

Mark hanya mengangguk lemah karena darah nya sudah terkuras habis. "Yak jangan pingsan dulu, sialan." Haechan setengah panik ketika tubuh Mark oleng.

Dengan hati-hati Haechan merangkul Mark dan menuntunnya keluar dari gang sempit itu untuk menuju mobil Haechan yang terparkir di supermarket dekat sini.

Dengan hati-hati Haechan merangkul Mark dan menuntunnya keluar dari gang sempit itu untuk menuju mobil Haechan yang terparkir di supermarket dekat sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bouclier D'amour | Markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang