"Sedang apa kau beruang gemuk?"
Haechan mendelik tajam, sensi dia jika ada yang menghina tubuhnya. "Aku tidak gendut! Ini semok tau kata Mom!" Tekan Haechan.
Johnny yang mendengar penuturan sang bungsu menggeleng pelan sembari melihat ke arah istrinya. Ten membalas tatapan Johnny dengan senyuman puasnya. "Ajaran ku tak pernah salah." Sahut Ten tajam karena mengerti maksud Johnny yang menatapnya.
Kembali lagi dengan adik kakak yang sibuk berantem karena masalah sepele. Mereka tak ada henti-hentinya melemparkan argumen yang berbeda. Dengan Hendery sebagai pencetus topik. Rasanya kurang saja jika sehari tidak mengganggu seo Haechan.
Gemas rasanya Hendery melihat raut wajah Haechan yang garang. Sampai rasanya ingin ia ceburkan ke sungai yang dimana ada kembaran adiknya yaitu kerbau. Hahahaha, bercanda. Mana mungkin Hendery melakukan nya, sebelum ia lakukan sudah hilang duluan nyawanya di tangan Johnny.
Jengah dengan ledekan sang kakak, Haechan memutuskan ingin pergi saja. "Dad, Echan mau main keluar."
"Mau balapan lagi?" Tanya Ten.
"Entah, yang penting ke luar dan tidak bersama si kuda ini." Haechan melirik Hendery.
"Yak aku bukan kuda!" Sahut Hendery.
"Baiklah, tapi jangan terlalu malam seperti terakhir kau keluar malam." Ujar Ten mengizinkan si bungsu untuk pergi.
Keluarga ini memang tak terlalu ketat untuk mengajari anak-anak mereka. Johnny dan Ten membiarkan anak mereka untuk bersenang-senang dengan dunia mereka. Sebelum menghadapi yang namanya dunia dewasa. Walaupun begitu, tanpa disadari anaknya, Johnny memperkejakan beberapa orang untuk menjaga kedua anaknya dari jauh.
"Aku ikut." Seru Hendery saat Haechan akan beranjak dari sofa.
"Tidak-tidak! Niatku pergi kan menghindari mu." Tolak Haechan tak terima.
"Sudah jangan menolak. Kita ke Timezone, kakak yang traktir."
"Hanya di Timezone saja traktir nya?"
Hendery yang mengerti maksud Haechan menghela nafas panjang, "iya iya aku traktir jika adik ku ini ingin membeli sesuatu." Ucapnya dengan disertai usapan kepala untuk Haechan.
"Deal. Ayo!"
Dengan beriringan dan saling bergandengan tangan, Seo Hendery dan sang adik, Seo Haechan berjalan keluar. Johnny dan Ten hanya tersenyum menatap keduanya yang tengah akur.
"Haechan sama seperti mu. Matre." Ucap Johnny sembari mengelus kepala Ten yang berada di pundaknya.
"Tentu saja, Haechan anak ku. Lagipula untuk apa hartamu jika aku tak matre?"
"Kau menang sayang aku kalah." Jawab Johnny yang tak mau melanjutkan perdebatan kecil ini.
"Itu harus. Aku selalu menang." Ucap Ten sombong.
Cup.
"Menggemaskan sekali istriku."
'Ah jadi anaknya paman Johnny.' batin Mark saat membaca biodata pemuda yang menarik perhatiannya.
"Imut sekali wajahnya." Lirih Mark melihat foto foto Haechan.
Brak!
Suara pintu terbuka paksa mengalihkan pandangan Mark. Tatapan tajam Mark berikan untuk Lucas.
"Yak jangan menatap ku seperti itu. Aku tahu aku tampan."
Mark memutar bola matanya mendengar ucapan Lucas yang terlalu percaya diri. "To the point. Kenapa kau masuk dengan tidak adanya sopan santun?"
"Oh iya! Gudang senjata di bagian selatan diserang oleh polisi! Mereka mengetahui letak gudang itu entah dari mana. Yang pasti kita harus turun untuk mengalihkan perhatian polisi tersebut agar gudang yang lain tidak terendus oleh mereka."
"Hah.." hanya helaan nafas Mark berikan sebelum ia memakai jas kerjanya yang tadi ia sampirkan di kursinya. Mark keluar dari ruangannya, tanpa mengucapkan apapun.
"Ck, aku sudah menjelaskan panjang lebar dikali tinggi tapi dia malah pergi meninggalkan ku." Desis Lucas kesal.
"Sampai kapan kau berdiri disitu? Sudah bosan hidup?"
Lucas tersentak mendengar pertanyaan Mark. Dengan terburu-buru ia menghampiri bossnya itu yang sudah menunggu nya di dalam lift. "Aku datang."
"Ck, menyebalkan! Aku kalah terus." Gerutu Haechan yang mengundang Hendery untuk mengejeknya.
"Kau kan memang tidak bisa menang."
Haechan tak menyanggah ejekan Hendery melainkan memasang wajah ingin menangisnya. "A-akan ku adukan ke Daddy." Bentak Haechan yang menahan tangisnya.
"Jangan cengeng. Ayo, kita beli ice cream." Ajak Hendery yang ingin mengembalikan mood Haechan.
Haechan hanya menurut dengan wajah cemberutnya. Membuat sang kakak gemas hingga mencium pucuk kepalanya. "Kau jelek jika seperti itu bear."
"Kakak lebih jelek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bouclier D'amour | Markhyuck
Ficción GeneralSeharusnya Haechan biarkan pemuda itu bunuh diri saja. Harusnya ia apatis terhadap pemuda itu. Tak perlu peduli karena mereka tak kenal. Hah, dirinya yang sudah biasa bebas kini harus menerima keadaan di kekang! "GUE PENGEN KELUAR BRENGSEK!!" "Jung...