06. Ami

1.6K 136 5
                                    

Ten berlari kecil di lorong rumah sakit karena mendapatkan telpon dari anaknya bahwa ia sedang berada di sini sehabis menolong orang.

"Astaga sayang kau tak apa?" Tanya Ten khawatir melihat darah di tangan Haechan.

"Tidak apa-apa, ini darah pria itu." Sahut Haechan.

"Gelandangan mana yang kau tolong di dalam gang, bear?" Kini giliran Johnny yang bertanya.

"Entahlah, aku tak mengenalnya. Karena kebaikan hatiku aku menolongnya dari sekelompok pria berbadan besar, sepertinya rentenir."

"Lihat John, Haechan mewarisi sikap baik hatiku." Ucap Ten dengan wajah bangga nya.

"Aku juga ada sikap itu, sayang." Bela Johnny.

Ten hendak menyanggah namun keduluan oleh dokter yang sudah keluar.

"Bagaimana keadaan nya dok?" Tanya Haechan.

"Keadaan nya baik-baik saja, peluru nya juga tak masuk terlalu dalam jadi tidak ada luka serius. Beberapa hari kedepan juga sudah akan pulih. Kami akan memindahkannya ke kamar rawat."

Haechan mengangguk mengerti dan dokter berpamitan keluar.

Johnny menatap Haechan penuh selidik. Siapa yang Haechan selamatkan?

"Mom, dad ayo ke kantin rumah sakit dulu. Echan lapar." Ajak Haechan. Johnny dan Ten menuruti ajakan Haechan.

Setelahnya dari kantin untuk mengisi perut, Haechan dan orang tuanya melihat keadaan pria yang Haechan tolong tadi di salah satu kamar inap vip. Johnny yang memilih nya, agar aman saja.

Dahi Johnny mengerut saat melihat wajah seseorang yang sedang duduk di ranjang rumah sakit dengan tangan nya yang masih ada selang infus. "Mark?" Panggil nya.

Mark yang sudah sadar menoleh ke sumber suara, membuat semangat Johnny untuk bertanya membara. "Kenapa kau bisa seperti ini?"

"Ulah tikus diluar." Jawab Mark dengan suara yang masih serak.

"Daddy kenal dengannya?" Tanya Haechan sembari menatap aneh pada Johnny dan Mark.

"Iya, dia anak teman Daddy."

"Benarkah? Kukira dia memang seorang gelandangan yang terlilit hutang."

Mark terkejut mendengar ucapan Haechan. Gelandangan mana yang memiliki wajah setampan dirinya?

"Orang tuamu sudah tahu?" Ten yang sedari hanya menjadi penonton kini ikut mengobrol.

Mark menggeleng pelan, bagaimana ia bisa memberitahu orang tuanya kalau dia saja baru sadar. "Tidak perlu diberi tahu." Ucap Mark.

Johnny dan Ten yang mengerti alasannya mengangguk setuju sedangkan anak mereka sebaliknya. "Kau anak buangan apa bagaimana?! Sampai tak mau memberi tahu orang tuamu."

"Haechan, jaga ucapan mu. Ada alasan untuk itu." Ucap Ten menenangkan anaknya.

Haechan menatap pemuda yang dipanggil Mark oleh Daddy nya itu. Menelisik dari atas sampai bawah. Lalu setelah itu mendelik.

"Aku mau pergi ke arena saja!" Seru Haechan setelahnya, dan pergi dengan di iringi suara Ten yang mengingat kan anaknya untuk tak pulang terlalu larut.

Setelah Haechan pergi semuanya menjadi hening sampai Mark mengucapkan sesuatu yang membuat alarm siaga Johnny dan Ten menyala.

"Dia manis." Lirih Mark sembari tersenyum miring.

"Kau tidak sedang mengincar anak ku kan Mark?" Setelah sejam Johnny bergelut dengan pikirannya, akhirnya dia memberanikan diri bertanya langsung pada Mark

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tidak sedang mengincar anak ku kan Mark?" Setelah sejam Johnny bergelut dengan pikirannya, akhirnya dia memberanikan diri bertanya langsung pada Mark.

"Oh ayolah paman, anakmu terlalu menarik untuk dilewatkan."

Sesuai pemikiran Johnny, Mark menargetkan Haechan. Jika sudah begini Johnny hanya bisa berharap sifat Mark lebih baik daripada Jaehyun. Karena Haechan itu keras kepala dan sudah terbiasa dengan kebebasan.

Ten yang merasa sudah tak enak dengan atmosfer ruangan yang dingin, memilih untuk mengajak Mark ngobrol ringan. Sudah lama ia tidak bertemu dengan Mark, terakhir sebelum ia dinyatakan positif hamil Haechan.

Pintu kamar inap Mark terbuka, menampilkan Hendery yang sedang menggandeng tangan adiknya.

Semua manusia di ruangan itu terkejut melihat wajah Haechan yang terdapat beberapa lebam. Sudah dipastikan bahwa anak itu berkelahi.

"Lihatlah mom, Haechan berkelahi lagi karena tak terima kalah." Adu Hendery.

"Bukan kalah! Tapi aku dicurangi!" Sewot Haechan membela diri.

"Haechan, Mommy sudah bilang jangan terlibat perkelahian." Ten menghampiri Haechan, melihat lebih dekat luka yang berada di wajah manis anaknya.

"Ini hanya luka kecil Mom, Echan gak papa."

Plak!

Tamparan pelan Ten berikan pada salah satu luka lebam Haechan. Dia kesal dengan anak bungsunya itu. "Sakitkan? Katanya luka kecil." Ejek Ten.

"Daddy sakit.." Haechan kini menatap Johnny sembari mengadu. Ini adalah sinyal untuk Daddy nya agar menyelamatkan dirinya.

Johnny dengan senang hati menyelamatkan bungsunya dari sang istri. Dia menyuruh Haechan duduk disampingnya. "Daddy saja tidak marah Mom." Seru Haechan ketika sudah duduk disamping Johnny.

"Sudah-sudah, Hendery minta obat ke suster buat luka Haechan." Perintah Johhny.

Hendery mengangguk sebelum pergi menjalankan perintah dari Johnny. Mark sedari tadi diam memperhatikan interaksi keluarga kecil itu.

Rasa penasaran dan kesalnya naik ke permukaan pikiran dan hatinya. Apa Haechan selalu seperti ini setiap hari nya? Bocah itu berkelahi dengan siapa? Yang benar saja bocah itu berkelahi. Dan kenapa Johnny terlihat santai dan tidak melarang anaknya untuk keluar malam?

Okay Mark, sudah cukup pertanyaan mu itu. Seiring berjalannya waktu semua itu akan terjawab. Jadi bersabarlah.

Yang pasti kedepannya, Mark akan membuat Haechan tidak akan mendapatkan luka-luka itu lagi dan menjadi penurut.

Yah semoga beruntung Mark jika kau ingin mengatur beruang kecilnya Johnny.

Yah semoga beruntung Mark jika kau ingin mengatur beruang kecilnya Johnny

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bouclier D'amour | Markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang