Park Sooyoung tidak pernah membayangkan kehidupan seorang Idol karena... well, dia adalah seorang fresh graduate dari program studi Fisika di Universitas Nasional Jeju.
Jeju. Pulau yang berbeda, berjarak tepat 465.43 kilometer dari Seoul dimana age...
I know I said dua ato tiga kali seminggu, tapi I JUST CAN'T huhuhu... Aku pengen kalian juga merasakan ke-gregetan dan kefrustasianku waktu baca ceritaku sendiri ini. Kek... Shddhidbdkdndk jadi silahkan enjoy ^_^
× ×
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sooyoung salah perkiraan. Nyatanya sebuah informasi di tengah malam tadi —melalui telepon kabel kuno ala hotel yang segaja diletakkan di dorm— sebelum Ia berhasil tenggelam sepenuhnya dalam mimpi, membuat hari selanjutnya yang telah direncanakan baik-baik, berantakan begitu saja.
Pesan langsung dari seorang staff yang tidak Ia kenal, menyebutkan bahwa khusus di hari minggu besok —yang berarti hari ini— terdapat jadwal latihan seperti hari biasa demi menambah waktu liburan di masa natal nanti.
Kini yang Sooyoung bisa lakukan hanya menatap refleksi dirinya sendiri di cermin. Kaos hitam oversized, topi hitam, rambut panjang digerai, celana latihan putih, sneakers' abu-abu, serta sebuah tas training berisi pakaian ganti menggantung di bahu; dia terlihat sangat... basic.
Memikirkan gambaran bila Ia tidak pernah menerima tawaran untuk menjadi trainee dan bisa mengenakan pakaian indah yang ada di lemari bajunya di Jeju, secara tidak sadar membuatnya menghembuskan nafas panjang nan berat.
Dia kuat. Tidak mungkin Ia menyerah hanya karena gempuran lingkungan calon-calon idol itu. Harga dirinya cukup tinggi untuk mengundurkan diri hanya setelah beberapa minggu menjadi trainee, namun kepalanya juga tak henti menyuntikkan bayangan-bayangan kemungkinan hal yang bisa Ia lakukan bila Ia adalah 'orang biasa'.
"Fighting, Sooyoung-ah." Cukup miris karena Ia berakhir menepuk dua pundaknya sendiri; benar-benar tidak bisa menerima dukungan dari keluarganya secara langsung karena, well, ponselnya disimpan perusahaan, remember?
Satu lagi. Memangnya Sooyoung buta? Dia langsung berhenti ketika matanya melihat Yerim keluar dari ruangannya, mengenakan topi dan masker. Sekitar mata gadis itu terlihat sedikit bengkak, mungkin karena tidak mendapatkan cukup tidur.
Lain hal, tidak hanya sekali dua kali, Yerim terus saja terbatuk-batuk seiring menyeret langkahnya ke pintu dorm.
"Kau akan berangkat? Dengan keadaan seperti itu?" Barulah ketika suara Sooyoung menembus keheningan, menyentak leher Yerim —yang awalnya sungguh tak menyadari keberadaannya— untuk menoleh ke arah si jangkung, saat itu sorot mata tak acuh nan tak sopan muncul lagi.
"Tenang saja, eonni. Kalaupun pingsan, aku tak akan merepotkanmu." Lalu melenggang keluar dari dorm, meninggalkan Sooyoung dengan mulut sedikit terbuka.
Di pikirannya, bagaimana gadis itu bisa sangat negatif thinking terhadapnya sejak awal?
Menutup mata kemudian menghembuskan nafas panjang —lagi, Sooyoung menanamkan dalam otaknya, 'biarkan saja, Sooyoung-ah. Dia hanya bocah' sebelum ikut melangkahkan kakinya keluar dari unit tersebut.