Chapter 10: First Evaluation

58 8 0
                                    

Karena aku nggak bisa berenti nulis jadi aku akan publish semua draft ku dan menyisakan satu buat jaga2 kalo aku gapunya waktu update, kalian tetep dapet at least se-chapter. Happy reading!

× ×

Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu datang juga. Meskipun Sooyoung merasakan kegugupan perlahan menyelimuti keseluruhan dirinya pagi ini, tapi Ia benar-benar ingin evaluasi segera dilewatinya.

Ia tidak suka berada dalam keadaan tidak pasti dan dilingkupi kecemasan. Akan lebih baik bila Ia menghadapi langsung tantangan dihadapannya, menerima komentar pedas menyayat hati yang —Ia ekspektasikan— akan meletakkan efek lebih berat daripada latihannya.

Ia siap. Mental dan pikirannya mengatakan hal itu. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya dan separuh otaknya Ia gunakan untuk memutar kembali percakapan singkat serta sederhananya dengan Irene. Tidak banyak kata-kata, tidak ada hal eksplisit yang menunjukkan Irene menyemangatinya untuk evaluasinya. Sekedar metafora yang mengandung makna ambigu.

Sementara di satu sisi Sooyoung percaya bahwa persiapan berlebihannya cukup untuk membuat para trainer yakin bila Sooyoung pantas untuk menetap di agensi ini, sisi lain dari dirinya justru seakan mondar-mandir gelisah hanya karena satu pertanyaan yang Ia buat sendiri.

Apakah semua keputusanku ini benar?

Padahal Sooyoung tidak melihat Irene dengan cara yang spesial, malahan sedikit menaruh kekesalan membekas terhadap perempuan itu bila mengingat power dan pengaruh yang bisa Irene buat bagi para trainee termasuk dirinya dan Yerim.

Karenanya, Ia tidak mengerti, mengapa kini Ia sedikit kecewa ketika memutar kembali penuturan Irene, namun juga terdapat kelegaan atas perubahan positif yang Irene jelas tunjukkan terhadapnya kemarin.

Atau mungkin sesungguhnya Sooyoung sepenuhnya mengerti, mengapa sebagian dirinya dipenuhi nama Irene. Untuk pertama kalinya di usia dewasanya, Sooyoung tidak ingin mengakui dirinya sendiri. Denial. Diam-diam menyadari bila Ia sempat memunculkan sebuah harapan Irene memperhatikannya sungguh sebagai 'seseorang', bukan sebagai 'trainee' semata.

Tentu saja Sooyoung mengapresiasi semua kemajuan positif dari siapapun, kapanpun. Dan Ia tahu Ia tidak boleh menjadi kekanakan, serakah, untuk meminta Irene menjaga dan mengurusnya sebagai dirinya seutuhnya.

Sedikit peduli demi seorang 'murid' lebih baik daripada tidak peduli sama sekali. Setidaknya itulah yang bisa Sooyoung tekankan dalam mindsetnya.

"Eonni, gwenchana?" Mungkin pertanyaan Yerim lahir karena Sooyoung tiba-tiba menggelengkan kepalanya dengan kasar dan keras seolah terdapat serangga di rambutnya. Atau mungkin juga gadis itu melakukannya karena ekspresi Sooyoung jelas meneriakkan kekosongan dan ketidak-fokusan yang amat kentara. Entahlah.

"Eoh?" Atau mungkin bukan keduanya. "Ah, ya. Aku baik-baik saja." Karena ketika Sooyoung menyaksikan satu orang asing tiba-tiba memasuki ruang latihan, menerima salam kesopanan dari trainee lain, Sooyoung menyadari, yang akan menilainya bukanlah pelatih vokal rutinnya, Wendy.

"Yah, siapa itu?" Tampil secara individu di depan trainee lain bukanlah sebuah masalah yang akan Sooyoung terlalu pikirkan secara mendalam. Toh Ia sudah diingatkan untuk mempersiapkan mentalnya karena hanya dirinya yang akan melaksanakan evaluasi itu, mengingat trainee lain melakukannya selama 4 bulan sekali dan bulan ini bukanlah saatnya.

"BoA-ssaem. Kau tidak diberitahu, eonni? Dia vocal trainer nomor 1 di SM yang melakukan penilaian setiap evaluasi rutin, seorang trainer reguler khusus untuk yang sudah debut." Oh, Yerim sama sekali tidak membantu. Terbukti dari ekspresi Sooyoung yang sudah tidak nyaman, bertambah masam karena fakta tersebut.

The Lucky GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang