Chapter 5: Rage

81 15 0
                                        

Cover baroeeee. Aku lebih suka yg minimalis dan tetep estetik jadi aku ganti. Toh kalian juga udah tau kan siapa aja yang terlibat di dalamnya, jadi keknya aku gaperlu menunjukkan di covernya. Ya udah happy reading!!!

× ×

"Aku dengar kemarin ada yang menentang Seulgi? Yah, kalau tidak berminat di industri ini, kau tinggal dengan mudah melangkah keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku dengar kemarin ada yang menentang Seulgi? Yah, kalau tidak berminat di industri ini, kau tinggal dengan mudah melangkah keluar." Suara tegas nan dingin tanpa sedikitpun simpati meluncur bebas dari bibir tebal Wendy selagi perempuan itu menata beberapa lirik dan notes yang akan digunakan diatas keyboard nan sudah siap.

Sooyoung tahu bahwa wanita itu tengah membicarakan tentang dirinya meskipun sama sekali tak menatap siapapun di ruangan selain kertas-kertas di genggaman; membahas mengenai sikap pembangkang yang hari sebelumnya Ia tunjukkan demi kebaikan Yerim. Beruntung Yerim tidak ada disini atau gadis itu akan mengambil semua tuduhan untuk dirinya sendiri atas rasa bersalah —mungkin.

Dan meskipun Sooyoung tidak membuatnya begitu tampak, tapi Ia pun menyadari lirikan takut-takut, diam-diam mencerca, dari segenap trainee yang ikut berdiri mengelilingi keyboard Wendy.

Well, Sooyoung bukan satu sosok yang cukup kuat dengan sikap mempermalukan dirinya di depan umum. Dia sudah semakin kecil dengan segala reaksi para trainee sekaligus ucapan Wendy yang memang sesungguhnya tidak salah.

Tapi terlepas dari itu semua, kepala Sooyoung mendadak memutar memori dimana semua pelatih termasuk Seulgi dan Wendy mengabaikan gejala sakit Yerim, membiarkan gadis yang ternyata lebih muda 3 tahun darinya itu terus memaksakan diri hingga limit terendahnya.

Tidak ada balasan keluar, memang. Hanya sebuah aksi memutar bola mata seolah tidak habis pikir dengan keberanian Wendy untuk berucap demikian setelah sikap ignoran-nya kemarin.

"Rolling eyes?" Ucap Wendy mendadak sebelum berdiri tegak, menatapnya. "Kenapa? Cukup percaya diri bahwa kau melakukan hal benar?" Agak tidak percaya Wendy menangkapnya, tapi Sooyoung sama sekali tidak takut. Kegelisahan yang tadi sempat mampir sejenak di relungnya kini sudah pergi jauh.

"Jika bukan karena aku miskin dan tidak mungkin mampu membayar penalty bila memutus kontrak, aku pasti sudah keluar, ssaem." Sooyoung tidak bohong. Hanya saja dia tidak menyampaikan keseluruhan kebenaran dimana Ia juga menahan untuk tidak menyerah karena adiknya mengandalkannya sekaligus terus mendukung maupun mendorongnya.

Ia tidak akan —dan tidak akan pernah— membiarkan siapapun tahu tentang hal itu termasuk pelatihnya, mengingat Ia tidak bisa mempercai siapapun di industry ini. Atau setidaknya belum.

Dilihatnya Wendy melangkah mendekat. Tidak cukup dekat untuk membuat Sooyoung harus menunduk menatap sosok yang jauh lebih pendek darinya itu. Namun membawa-bawa adiknya di dalam batin, kini Sooyoung lebih merasa berani, tak ada ketakutan sama sekali meskipun tatapan Wendy seolah menantangnya.

The Lucky GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang