Chapter 2 || Perihnya hidup ||

176 117 11
                                    

"Aku berharap, semua ini segera berakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku berharap, semua ini segera berakhir."
-Senja Alferinika Laurent-

Pagi hari menyapa, Senja sudah siap dengan seragamnya. Memang, semalam ia dibebaskan hukuman oleh Ayahnya, walaupun ia harus menerima konsekuensinya, dengan cambukan seratus kali.

"Uhhh ... rasanya badanku sakit dan perih sekali," rintih Senja. Ya, ini bukan kesekian kalinya, namun berkali-kali ia mendapatkan perlakuan seperti ini. Tetapi, rasa sakit ini tidak sebanding dengan Reynald yang koma berbulan-bulan.

Senja menuju meja makan, Kamar yang ditempati Senja adalah kamar sempit yang dikhususkan untuk pembantu, kamar ini terletak di lantai bawah. Disana ia mendapati Brata dan Liora tengah menyantap makanannya. Saat Senja ingin menduduki salah satu tempat duduk, sesegera mungkin Brata menghentikan itu dengan tatapan tajam.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Brata tiba-tiba, hal itu membuat Senja berdiri kembali.

"Senja ingin makan, Yah," ucap Senja takut, ia segera menundukan kepalanya.

Tak!

Laura menyodorkan sebuah piring dengan beberapa makanan dengan kasar. Bukan, bukan makanan utuh yang ia berikan, melainkan sisa-sisa makanan yang ia berikan.

"Nah makan ... kau makan-makanan ini di dapur," ketus Laura tanpa menatap ke arah Senja.

"Tapi, ini makanan sisa, Bu!" ucap Senja.

"Terus, saya harus kasih makanan ini semua, gitu? Tidak, saya tidak akan rela memberikan semua makanan ini terhadap kamu, anak pembawa sial!" sentak Laura dengan menatap tajam.

Senja yang mendapatkan tatapan tajam dari Laura, ia langsung mengambil makanan yang di sodorkan oleh Laura.

"Baik, Senja akan makan ini di dapur," ucap Senja cepat. Setelah mengambil piring yang berisikan sisa makanan, senja langsung pergi ke arah dapur.

***
Senja memakan makanan sisa, dengan air mata berjatuhan, isakan kecil lolos darinya terdengar.

Bi Surti yang melihat itu, ia segera menghampiri Senja. Ia duduk dilantai menghadap ke arah Senja yang tengah makan.

"Ya Allah, Non. Kenapa Non Senja makan makanan sisa? Biar Bibi ambilin yang baru ya, Non?" ucap Bi Surti, saat Bi Surti ingin bangkit untuk mengambil makanan yang layak, sesegera mungkin Senja menahan Bi Surti agar tidak pergi.

"Tunggu ... jangan lakukan itu," ucap Senja dengan gelengan kepalanya.

Hal itu membuat Bi Surti kembali duduk, dan menatap Senja seakan bertanya, kenapa?

"Aku gak mau Ayah dan Ibu tau soal ini, bisa-bisa mereka akan marah lagi," lirih Senja.

"Kenapa sekarang mereka berbeda ya, Non? Dulu mereka orang baik, tapi sekarang mereka berubah menjadi jahat," ucap Bi Surti tak percaya.

Memang pasangan pasutri ini, dulu terkenal baik, tak pernah melakukan kekerasan seperti ini. Begitu juga dengan Senja, saat ia pertama kali masuk keluarga ini hanya ada kebahagian yang ia dapatkan. Mereka berubah semenjak kecelakaan yang di alami oleh Reynald 7 bulan yang lalu, sehingga membuat Reynald koma selama ini.

"Mungkin, mereka seperti ini karena Reynald koma saat ini."

"Bibi berharap, Tuan Reynald cepat sadar kembali. Supaya penderitaan ini berakhir," ucap Bi Surti.

"Aku juga berharap seperti itu, Bi," lirih Senja.

Bersambung ••••

Bersambung ••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Garis Takdir Senja(ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang