Chapter 14 || Penyiksaan-Telah Pergi ||

54 23 3
                                    

"Musuh yang sebenarnya adalah orang terdekat kita, bukan orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Musuh yang sebenarnya adalah orang terdekat kita, bukan orang lain."

-Senja Alferinika Laurent-

Senja beberapa kali menjerit kesakitan, suaranya menggema di seluruh ruangan ini. Ziora dan Alena terus saja tak henti-hentinya menyiksa Senja terus-menerus.

Tidak ada rasa iba sedikit pun diantara mereka. Mata hati mereka sudah di butakan dengan dendam yang menyelimutinya.

"Akhh, he-tikan." Nafas Senja terengah-engah, nafas saja sangat sulit. Akibat cekikan dari Alena.

5 menit kemudian, Alena melepaskan cekikannya begitu saja. Ia mendorong Senja hingga kepalanya terbentur. Cairan merah mengalir di hidung dengan cepat.

Senja mengatur nafasnya, ia merasakan sakit di kepalanya. Apalagi semua badannya terasa sakit akibat pecutan dan sayatan yang Ziora lakukan.

Rara dari jauh hanya melihat saja, ia tidak mengikuti penyiksaan yang dilakukan Ziora dan Alena. Ia hanya bertugas untuk mengarahkan dan memantau keadaan.

Senja bersandar di dinding, tubuhnya terasa remuk. Luka di mana-mana, darah mengalir dari tubuhnya. Ziora seakan tidak puas dengan perlakuannya, ia segera menghampiri Senja dengan pisau di tangannya.

Ia berjongkok menyetarakan tingginya dengan Senja, ia menggores di pipi Senja. Senja meringis merasa perih dari goresan Ziora.

Tanpa aba-aba, tangan Ziora menjambak rambut Senja kasar. "Gue pengen lo mati!" tekan Ziora.

"Sa-sakit, tolong hentikan!" mohon Senja memelas, ia menangis kencang merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

"ken-apa kalian jahat ka-yak gini?" tanya Senja terbata-bata, tubuh kian melemas.

"Bukanya Lo tau? Kita udah jahat dari dulu. Ini belum seberapa, gue tinggal tunggu kabar kematian Lo," ucap Ziora pelan.

Tidak lama dari itu, Ziora menancapkan pisau tersebut dibagian perut Senja. Hal itu, sontak membuat Senja kembali merasakan sakit bertubi-tubi. Di tambah lagi, Alena mulai mengayunkan stick baseball dan mengarahkannya tepat di bagian kepala Senja.

Suara benturan terdengar jelas, kepala Senja dipukul dengan kencang. Darah mengalir deras, penglihatan Senja mulai memburam dan akhirnya ia mulai menutup matanya perlahan. Sebelum ia menutup matanya rapat-rapat, Senja mengatakan sesuatu pada Ziora dan Alena.

"Se-moga kha-lian tid-ak menyesal!" ucap Senja dengan terbata-bata. Nafasnya mulai terengah-engah, matanya kian memberat saat tubuhnya kembali sakit apalagi di bagian kepala dan perutnua akibat benturan dan tusukan dari Alena dan Ziora.

"Sampai kapanpun, gue gak akan menyesal!" balas Ziora terkekeh kecil.

Ziora dan Alena melihat Senja yang tak sadarkan diri, mereka segera menepuk kasar pipi Senja.

Garis Takdir Senja(ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang