Chapter 1 || Luka ||

199 116 12
                                    

Happy Reading•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading




"Saya membenci dia(Senja), bagaimana pun caranya dia tidak akan bisa mengembalikan putra kita seperti semula!"

-Difarent Albrata-

Sudah satu hari, Senja masih saja belum keluar dari gudang akibat dikunci dari luar oleh Brata. Apalagi Brata dan Liora tidak memberi senja makanan dan minuman. Seolah mereka tidak peduli dengan keadaan Senja yang sekarang. Mereka sudah dibutakan oleh kebencian terhadap Senja.

Tangan Senja perlahan turun ke perutnya. Perutnya terasa perih saat ini, apalagi dari kemarin ia belum makan apapun.

"Sshht... kenapa perutku sakit sekali?" ringis Senja sambil memegang perutnya. Kemudian, ia menyandarkan kepalanya ke dinding, tidak lupa ia memejamkan matanya agar rasa sakitnya tidak terlalu menjalar semakin sakit.

Perlahan namun pasti, Senja mulai membayangkan dirinya jika bersama dengan keluarga kandungnya. Hahaha... keluarga kandung? apa itu keluarga? Senja tidak pernah merasakan itu semua.

Bahkan keluarganya, tega membuang dirinya ke panti asuhan saat umur 5 tahun. Yang pastinya, bukan ayah dan ibunya yang membawanya ke panti asuhan, melainkan paman dan bibinya. Memang ya, anak kecil kenapa mau aja di begoin?

"Apakah tidak pernah mencariku?" tanya Senja pada dirinya sendiri. Kemudian, ia tertawa hambar meratapi nasibnya yang rumit ini.

"... Mungkin tidak, jika mereka mencariku, pasti mereka menemukanku sudah lama. Tetapi, ini tidak!" Senja mengusap wajahnya kasar. Dia benar benar kecewa!

Ceklek!

Pintu tersebut terbuka, memperlihatkan wanita paruh baya menghampirinya. Tidak lupa, ia membawakan senampan nasi dan segelas air.

"Non," panggilnya. Dia Bi Surti, ART di rumah ini. Senja menatap Bi Surti dengan kebingungan.

"Bibi, ngapain ke sini?" tanya Senja pada Bi Surti. Terlihat Bi Surti tersenyum ke arah dirinya.

"Bibi bawain makanan, Non. Non Senja, pasti belum makan, kan?" Bi Surti mulai duduk di hadapan Senja dan meletakkan makan dan minuman itu.

"Makanlah," titahnya.

"Tapi, bagaimana jika ayah tahu?" ucapnya takut penuh khawatir.

"Tuan tidak akan tahu, semuanya sedang pergi ke rumah sakit Non!" ucap Bi Surti berusaha menenangkan Senja. Senja yang mendengar itu menghembuskan nafas lega.

"Senja sangat berterima kasih sama Bi Surti" ucap Senja menatap Bi Surti "Sama sama, Non." Bi Surti tersenyum menatap Senja.

Senja mulai meraih makanan itu dan mulai memakannya. Terlihat Senja begitu lahap sembari menikmati makanan buatan Bi Surti itu.

***
Brata dan Liora berjalan di lorong rumah sakit menuju ruangan putranya yang di rawat. Mereka menatap putranya dari luar, karena dokter belum mengijinkan seseorang untuk menjenguk pasien.

"Kapan putraku akan sadar?" tanya Liora pada dokter disampingnya.

"Untuk soal itu, saya tidak bisa mengatakannya, keadaan pasien semakin memburuk," jelasnya sang dokter.

"Apakah putra saya bisa sembuh kembali, Dok?" Pertanyaan itu lolos dari mulut Brata.

Dokter beralih menatap Brata saat ini. "Itu tergantung pasien, pak. Tetapi saya akan berusaha semaksimal mungkin, agar pasien kembali sembuh seperti semula!" jelasnya.

Brata dan Liora saling pandang, kemudian beralih menatap dokter kembali. "Kami akan percayakan semua padamu."

"Baik, kalo begitu saya pamit dulu. Permisi," pamitnya mulai meninggalkan Brata dan Liora.

"Penyebab ini semua, ada di anak pembawa sial itu!" ucap Brata dengan mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Bersambung......

Jangan lupa vote dan koment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan koment ...

Ig :yummy.sr09
Tiktok :yummy.sr09

Garis Takdir Senja(ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang