02 - Badai Sebelum Bencana

357 61 4
                                    

Selamat membaca~

Jangan lupa tinggalin jejak!

***

"Ayo kita menikah."

Do Hee menatap pria itu tidak percaya. Ia tidak tahu apa yang pria itu pikirkan. Ia tidak bisa menebak. Ia juga bukan cenayang. Yang Do Hee tahu, pria ini pasti sudah gila—karena, bagaimana bisa dia mengajak Do Hee menikah begitu saja? Setelah semua yang terjadi di antara mereka?

"Kau tahu pasti untuk apa pertemuan ini diadakan," sambung Gu Won yang masih menatap Do Hee lurus dan tanpa ekspresi. "Mereka ingin kita menikah untuk memperkuat jaringan bisnis."

Do Hee juga mengetahui dengan pasti mengenai hal itu, namun mitra bisnis neneknya sangat banyak. Kenapa dari ratusan mitra bisnis neneknya, keluarga Jung yang harus menjadi 'partner' untuk urusan seperti ini?

"Dan, apa kau tidak lelah berkenalan dengan banyak pria asing yang berakhir tidak sesuai denganmu?"

Do Hee menatap pria itu dengan tatapan mengerikan. Dari mana pria ini tahu?

"Aku sudah lelah melakukan ratusan kencan buta yang berakhir gagal," ujar Gu Won lagi. "Jadi, ayo kita menikah saja. Kau akan terbebas dari nenekmu dan aku akan terbebas dari orang tuaku."

Do Hee menghela napas berat sambil bersedekap. "Apa menurutmu dengan tuntutan nenekku, aku mau menikah denganmu?" tanya Do Hee sinis. "Aku memang frustrasi, tapi jika itu dirimu, aku bahkan lebih memilih untuk hidup sendiri sampai aku mati," Do Hee menatap Gu Won tajam. "Menikahlah dengan orang yang sangat mengerti dan memahamimu tanpa celah, karena jika dunia ini hancur pun aku tidak akan menikah dengan bajingan sepertimu."

Setelah mengakhiri kalimatnya, Do Hee bergegas pergi meninggalkan Gu Won di greenhouse sendiri. Do Hee tidak tahu bagaimana jalan pikiran pria itu, yang Do Hee tahu, pria itu benar-benar sudah tidak waras.

***

Do Hee terbangun dengan perasaan berat dan kesal yang masih ada pada dirinya. Do Hee mendengus kesal menyadari perasaan negatif masih saja ada dalam dirinya. Padahal Do Hee hanya ingin menjalani hari-hari yang tenang tanpa gangguan perasaan negatif dalam dirinya.

"Do Do Hee?" seseorang membuka pintu kamar Do Hee, membuat Do Hee sedikit terkejut namun pada akhirnya tersenyum lebar. "Kau bangun lebih awal pagi ini?"

Do Hee tertawa kecil melihat anak laki-laki bermata bulat yang kini sudah naik ke ranjangnya. "Apa aku tidak boleh bangun pagi?" tanya Do Hee sambil menangkup pipi bulat anak itu. "Kau juga bangun lebih pagi hari ini, Tuan Muda Do."

"Itu karena orang dewasa selalu bangun pagi dan aku sudah dewasa."

Do Hee tidak bisa menahan tawanya ketika mendengar celotehan Man Se—keponakannya. "Nona Do Hee?" seseorang mengetuk pintu kamar Do Hee sebelum membukanya, Ji Ah—pengasuh Man Se. "Maaf membuat Man Se mengganggu tidurmu, Nona."

"Ah, tidak. Aku sudah bangun sebelum dia datang."

Ji Ah mengangguk mengerti. "Man Se-ya, waktunya mandi. Kau harus segera pergi sekolah."

Man Se—anak laki-laki itu menghela napas berat. "Sepertinya kau harus segera bersiap untuk ke sekolah," ujar Do Hee sambil mengusap kepala anak itu. "Pergilah, aku akan mengantarmu ke sekolah hari ini."

"Aye, aye, Captain!"

Senyum Do Hee semakin merekah ketika melihat Man Se yang langsung lompat dari ranjang dan bergegas keluar dari kamarnya untuk bersiap pergi ke sekolah. Do Man Se adalah anak dari kakaknya, Kyung Hee, yang entah mengapa memiliki nasib yang sama malangnya dengan Do Hee. Ibu Man Se meninggal setelah melahirkannya, sementara sang ayah meninggal setelah mengalami kecelakaan saat pergi ke rumah sakit untuk menemani istrinya melahirkan. Dan, sejak saat itu, Man Se tinggal bersama keluarga Do.

Once AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang