05 - Sumpah

466 77 25
                                    

Selamat membaca~

Yok ramein dengan VOTE sama KOMEN!

***

Do Hee menatap pantulan dirinya di cermin besar yang ada di ruang tunggu pengantin wanita. Setelah melewati hari yang melelahkan karena hampir menyiapkan semua persiapan pernikahan sendiri, kini hari yang dinanti akhirnya tiba. Rasanya masih seperti mimpi. Ia dengan balutan baju pengantin rasanya seperti mimpi. Tapi, tidak seperti pengantin lain yang menganggap pernikahan mereka adalah mimpi yang indah. Bagi Do Hee, pernikahannya adalah sebuah mimpi buruk.

Mimpi buruk yang membuat Do Hee ingin segera terbangun dari tidur panjangnya.

Mimpi buruk yang membuat Do Hee ingin segera terbangun dari tidur panjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Do Hee menghela napas pelan. Ia harus menghadapi ini karena bagaimana pun, menikah dengan Gu Won adalah pilihannya sendiri. Meski ia ingin sekali melarikan diri, namun Do Hee harus tetap bertanggungjawab akan pilihannya sendiri.

Sebuah ketukan pintu terdengar dan disusul oleh kemunculan seorang pria paruh baya yang nampak rapi dengan balutan suit-nya, Se Hee. "Kau cantik sekali, Do Hee-ya," ujar Se Hee yang entah sudah berapa kali Do Hee dengar dari laki-laki itu sepanjang hari ini. "Aku tidak menyangka jika kau akan menikah secepat ini."

Do Hee tersenyum geli. "Aku sudah mendengar kalimat itu berulang kali darimu, Paman."

"Aku tidak akan bosan mengucapkannya," jawab Se Hee dengan senyum tulus. "Rasanya baru kemarin aku mengantarmu di hari pertama kau masuk taman kanak-kanak," Se Hee mencoba tetap tersenyum meski matanya mulai berkaca-kaca. "Tapi, lihatlah. Kini aku mengantarmu menuju laki-laki yang akan kau jadikan sebagai suami."

Do Hee tersenyum haru—seolah bisa merasakan kesedihan pamannya. "Mau aku sampai punya cucu atau cicit pun, aku akan tetap menjadi putri kecilmu."

Se Hee menyeka air matanya dan menghela napas berat. "Ayahmu akan sangat bahagia melihat kau secantik ini."

"Ayah dan ibu akan selalu bahagia karena kau dan bibi sudah merawatku dengan baik hingga saat ini," jawab Do Hee sambil mengambil tangan pamannya untuk digenggam. "Terima kasih karena sudah menjadi sebaik-baiknya sosok ayah untukku."

Se Hee kembali menghela napas berat. "Sebaiknya kita bergegas karena para tamu sudah menunggu," ujar Se Hee setelah susah payah menahan tangisnya. "Selain itu, aku juga tidak mau menangis di hadapanmu."

Do Hee tertawa kecil dan mengiyakan ajakan pamannya. Kini keduanya sudah menghadap sebuah pintu kayu besar yang perlahan terbuka dan menampilkan cahaya yang menyilaukan mata. Suara instrumen piano terdengar ketika Do Hee mulai melangkahkan kakinya ke dalam ruangan itu. Melingkarkan tangannya dengan erat di lengan pamannya, saat ini Do Hee benar-benar khawatir akan terjatuh. Tapi, untungnya hingga Do Hee bisa melihat Gu Won dengan jelas, ia tidak terjatuh sama sekali.

Sekarang, Do Hee tanpa sadar memaksa dirinya untuk tidak terpana pada pesona Gu Won yang sialnya seratus kali lipat lebih mempesona dari biasanya. Tapi, Do Hee kembali meyakinkan dirinya jika Gu Won hanyalah sampah. Sampah yang kebetulan sangat mempesona. Duh.

Once AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang