📛TAC-20📛

5.2K 717 28
                                    

Vote dan komen adalah bukti yang baca manusia, bukan robot atau syaiton.

200 vote dan 50 komen.

📛Yok dibaca📛

Alyi sedang tidak mood, apalagi untuk bertemu dengan Naina atau pun orang lain, dia saja tak masuk untuk bekerja di penyiaran radio, justru Alyi sedang duduk termenung di taman belakang rumah.

Sampai suara Manager Naina terdengar di telinga Alyi.

"Heh, lo bisa gak jangan sakitin Naina terus, dia gak salah, gue yang salah karena ngajak dia untuk selingkuh dari lo! Stop nyalahin Naina!"

Tatapan mata Alyi begitu datar, dia sedang tak mood mendengarkan ceramah orang, apalagi dari pria sialan seperti Manager Naina.

Jadi tanpa adanya aba-aba, Alyi bangkit dari kursi taman, berjalan ke gudang yang ada di taman lalu keluar dengan kapak ditangannya.

"Heh! Mau ngapain lo!?" Seru manager Naina panik.

Tatapan mata Alyi begitu datar, dengan gerakan cepat, Alyi berlari kearah sang manager lalu mengayunkan kapaknya kuat.

SRING!

Suara kulit yang tersobek dan darah yang bercucuran, menjadi penampakan buruk siang ini.

Alyi hanya diam saat kepala Manager Naina sudah terlepas dari tempatnya, dan menyisakan pancuran darah yang membasahi rumput serta bunga di taman.

Tubuh manager Naina ambruk ke rumput, dan Alyi tak berhenti sampai disana, dia kembali mengayunkan kapaknya dan memutilasi tubuh manager tersebut.

Dengan senyum lebar diwajahnya, Alyi akhirnya mendapatkan kesenangan, yaitu darah, dan aroma amisnya.

"Siapa suruh gangguin, mati kan lo," gumam Alyi setelah beres memotong tubuh Manager tadi menjadi beberapa bagian.

Yah, ini merupakan salah satu dari beberapa hal yang Alyi sukai.

Setelah puas, Alyi meninggalkan taman belakang yang sudah dipenuhi potongan tubuh dan darah.

"Bereskan," titah Alyi pada maid dan butler.

Tentu mereka akan membersihkan, atau tidak mereka yang akan dibersihkan kelak.

"Abang habis ngapain?" Tanya Ecio yang baru saja pulang dari kampusnya.

Alyi tersenyum manis, dia mengusap kepala Ecio, padahal tangan Alyi masih penuh darah.

"Habis motong daging," jawabnya santai kemudian berjalan ke tangga lantai 2.

Meninggalkan Ecio yang menggeleng tak percaya "Ish, rambut Cio jadi bau amis darah!" Rengek Ecio kesal.

Yang disambut tawa dari Alyi.

Ecio merengut pelan, dia harus mandi lagi, harus wangi, kan siapa tau nanti Ecio ketemu sama Nahera kan, dia harus senantiasa wangi dan segar.

Ecio masih tak tau dimana Nahera, padahal kalau Ecio peka, sebenarnya Nahera ada disekitarnya, kan Nahera bertugas menjadi pengawal bayangan Ecio.

Pastinya gadis itu harus ada di sekitar Ecio, hanya saja Ecio yang tak sadar.

Terlebih, Ecio baru sadar kalau Anta sudah jarang muncul.

Apa cowok bermulut perempuan itu sudah mati? Tapi kayanya belum, tapi setelah Ecio bisa melihat lagi, dia belum bertemu Anta dan Amina.

Entah dimana mereka, tak tau, tak perduli juga.

Fokus Ecio sekarang kan hanya mencari keberadaan Nahera saja.

Yang lain, bukan urusan Ecio sama sekali.

📛Bersambung📛

Transmigration As Criminal [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang