Dengan langkah lesunya Alvin masuk ke dalam kelasnya. Bawah matanya item banget, ketara banget dia gak tidur semalem. Javaid yang emang sekelas sama dia, cuma ngelirik Alvin santai. Anak itu gak keliatan khawatir atau panik.
Kalau saja saat ini Delio yang sekelas dengan Alvin, dia pasti akan heboh sendiri. Delio akan bertanya ini itu pada Alvin hingga membuat kepala Alvin berdenyut, entah kenapa Alvin bersyukur ini Javaid bukan Delio ataupun Zion. Zion sih tak separah Delio tapi dia tetap akan khawatir dan bertanya kenapa dia tak tidur semalam.
Teman Alvin itu pada punya hati nurani kecuali Javaid, sudah dibilang Javid ini manusia brengsek yang kelebihannya hanyalah royal. Dia suka mentraktir teman-temannya, hanya itu. Itu saja kalau dia dalam mood yang baik.
"Capek banget gue."
Javaid hanya berdehem ringan. Setidaknya dia membalasnya, daripada diabaikan.
"Lo ngechat siapa sih? Asik bener kayaknya."
Javaid ngelirik Alvin. Dia kembali fokus sama ponselnya, mengetik dan mengetik, lalu menit berikutnya dia meletakkan ponselnya di meja.
"Lucu juga lo, kalo gak tidur."
"Sialan, gara-gara lo anjing, gua kagak tidur."
Javaid naikin kedua alisnya. Dia gak ngerasa ngelakuin sesuatu pada Alvin. Kenapa jadi menyalahkan dia? Javaid tak mengerti.
"Bang Dax nerima gue."
Oke, sekarang Javaid tau alasannya. Dia tertawa terbahak-bahak sampai keselek. Lalu Alvin gantian yang menertawakannya.
"Mampus, makan tuh karma!"
Seneng banget Alvin ngeliat Javaid keselek sampe batuk-batuk. Dia ngambil botol air mineral di belakangnya lalu meminumnya sampai habis. Yang punya cuma bisa senyum, soalnya dia suka Javaid. Agak sialan menurut Alvin.
"Hah ..kata gue juga dia bakal nerima kan."
Alvin ngetukin jarinya dimeja. Dia natap Javaid. Sebenernya emang itu hal yang tak terduga sih, tapi tetap saja rasanya aneh.
"Lo pake guna-guna kan?! Ngaku lo!"
Javaid tekekeh, dia nepuk kepala Alvin beberapa kali sampai sang empu mendengus kesal dan menepis tangan Javaid dari kepalanya.
"Buat apa pake hal begitu, gausa di guna-guna juga bakal dia terima."
"Yakin banget lo."
"Tapi bener kan?"
Iya sih, Alvin gak bisa nyangkal. Tapi untung juga sih buat Alvin, dia jadi gausa repot-repot nyari cara buat ngegodain Dax lagi. Cuma masih kepikiran aja, kok bisa Dax nerima Alvin sih.
Kalau pun Alvin bertanya pada Javaid, dia pasti tak akan menjawab. Alvin rasanya ingin mencekik lehernya yang mulus itu, untungnya Alvin bukan psikopat jadi tak punya pemikiran begitu.
Sepanjang pelajaran Alvin gak bisa fokus, bukan karna Dax. Dia gak fokus karna dia ngantuk banget, dia sangat amat menyesal karna tadi malam dia tak tidur dan malah memikirkan hal tak berguna. Kadang Alvin membenci dirinya yang terlalu banyak berpikir jauh.
Akhirnya waktu istirahat, Alvin bisa tenang sejenak karna dia minum teh matcha. Hal yang paling bisa mmebuatnya tenang adalah minum teh matcha dan tidak ada Javaid. Hal itu terjadi sekarang.
Javaid pergi entah kemana dan sekarang Alvin bersama dengan Zion. Mereka mengobrol ringan dan Alvin juga bercerita tentang Dax yang menerima dirinya sebagai pacarnya. Zion gak begitu kaget karna dia sudah menduganya setelah Javaid bicara begitu, Javaid kan peramal.
"Terus lo mau gimana sekarang? Ajak kencan gitu."
"Gak tau, biasanya lo gimana?"
Zion berpikir sejenak, jarinya mengetuk meja beberapa kali. Sebelum dia bicara, ada orang yang duduk di samping Alvin, hal itu membuat Zion mengerutkan keningnya heran. Kalau Javaid yang duduk sih palingan Zion akan bersikap biasa saja dan melanjutkan ucapannya, hanya saja sekarang bukan Javaid melainkan Dax.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dare
Teen FictionAlvin itu sangat menyukai matcha, apalagi Matcha chocolate, dia sangat suka. Dengan alasan itu temannya memberikan dare padanya untuk pacaran dengan kakak kelasnya sekaligus teman ekskulnya yang sangat dekat dengannya untuk 1 bulan, dengan bayaranny...