16

1.3K 70 0
                                    

Ulangan sumatif akhir tahun, serta ujian bagi kelas 12 sudah akan diadakan 3 bulan lagi. Artinya Alvin dan Dax akan berpisah setelah 3 bulan lagi.

Setelah 3 bulan apanya? Dax saja sekarang sudah sangat amat sibuk mempersiapkan ujian.

Alvin menyesal karna baru mendekati Dax saat mau lulus, tau begitu dari dia kelas 10 sudah Alvin dekati Dax.

Javaid udah terlalu biasa melihat Alvin yang lesu karna tidak mendapatkan kabar dari Dax selama hampir dua minggu penuh.

"Mending lo ngerjain tugas, nanti dikumpulin kan."

Alvin melirik Javaid. Mereka memang saat ini jamkos karna para guru tengah mengurusi kelas 12, tapi bukan berarti mereka tidak mendapatkan tugas. Tentunya mereka dapat tugas.

Ada lima soal sosiologi tentang pemetaan sosial. Seperti, apa itu survei formal? contoh survei vormal? Disajikan sebuah ilustrasi tentang bullying di sekolah, bagaimana cara penanganan hal tersebut? Dan berbagai soal lainnya.

"Gue liat begini udah pusing duluan kepala gue."

Alvin tak memperdulikan buku yang ada di hadapannya, dia lebih memilih untuk menatap ke luar jendela.

Mata Alvin melebar saat melihat Dax dari luar jendela, Dax tengah berbincang dan tersenyum juga sesekali tertawa dengan seorang gadis.

Alvin kembali melebarkan matanya, tubuhnya ia condongkan sampai kepalanya ke luar jendela.

Gadis yang beribacara dengan Dax itu adalah salah satu kakak kelasnya yang sangat amat terkenal, tak mungkin tak ada yang tau dia. Masih berumur 18 tahun tapi sudah bisa menjadi model papan atas bahkan pernah menjadi model brand terkenal, selain itu dia juga pintar, kalau cantik sih tak perlu dipertanyakan lagi.

Alvin pengen nangis rasanya. Dia seperti selalu tak bisa protes kalau Dax selingkuh karna selingkuhannya lebih baik darinya, kalau lebih jelek mah udah Alvin potong-potong itu selingkuhan. Nah masalahnya lagi, Dax cocok sama orang yang cantik begitu. Tambah tak bisa protes Alvin.

Waktu Dax sakit juga, ada cowo cantik di apartemennya. Walaupun dia adalah friend with benefitnya Javaid. Tapi Javaid udah pasti gak akan ngelepasin orang yang udah jadi miliknya gitu aja. Apalagi di hadapkan sama Dax.

"Kepala lo patah mampus."

Alvin memutar kepalanya, saat hendak memutar kepalanya untuk menatap Javaid, justru dahinya malah terkena tiang kusen jendela, membuatnya memegangi dahinya yang berdenyut nyeri.

"Ngeri banget omongan lo, ini dahi gue malah yang kayaknya mau patah."

Alvin duduk dengan benar kembali, ia menyandarkan dirinya pada kursi. Javaid cuma ngelirik Alvin jengah. Males nanggepin.

"Btw Jav, cowo lo itu yang lo ajak ke bar dulu."

"Kenapa?"

"Lo kok gak ngajak dia lagi? Udah putus?"

Javaid ngelirik Alvin. Dia menatap Alvin curiga, gak biasanya Alvin peduli soal orang-orang yang deket sama Javaid, entah sebagai temen ataupun pacar dan hal lainnya.

"Sejak kapan gue pacaran sama dia? Fwb doang."

Alvin ngangguk-ngangguk, dia udah tau tapi pengen kepastian dari Javaid. Tapi dia ngerasa aneh, ya ..biasanya orang yang Javaid jadiin fwb pasti bilangnya pacar, lha yang satu itu bilang fwb beneran dengan sangat santai seperti bukan apa-apa.

"Kalo fwb an doang itu ..bisa pacaran sama cowo lain?" tanya Alvin pake wajah gak punya dosa. Javaid sendiri udah ngerutin keningnya.

"Gak lah!" jawab Javaid dengan nada kesal. Gak tau kenapa tapi mukanya keliatan badmood pake banget.

Alvin cuma ngangguk, tapi dari ekspresi mukanya udah ketebak banget kalau dia lagi mikir.

"Tapi dia kan bukan pacar lo."

"Kalo dia pacaran, maksud lo gue selingkuhannya?!" ucap Javaid gak terima, padahal bukan begitu maksud Alvin.

"Gak gitu juga anjing lah, gue pernah liat dia ada di apartemen cowo-"

Javaid natap tajam dengan kerutan di wajahnya, Alvin yang ditatap begitu gak jadi ngelanjutin ucapannya malah nampol muka Javaid.

"Sakit bangsat!"

Javaid memegangi pipi yang habis ditampol Alvin. Alvin tertawa puas melihat Javaid kesakitan.

"Ye muka lo nyante dong nyet!"

Javaid ngeroll eyes. Alvin udah lupa tadi ngomong apa jadi sekarang dia diem dan gak ngelanjutin ucapannya yang tadi, sampe Javaid tiba-tiba berdiri.

"Ngapain lo?"

"Ketemu fwb gue, kata lo dia ke apartemen cowo, mau nyari konfirmasi."

Alvin mengingat-ingat ucapannya beberapa saat lalu. Setelah ingat dia menarik Javaid untuk kembali duduk.

Alvin menatap Javaid begitu juga Javaid menatap Alvin dengan heran. Alvin udah serius banget sekarang.

"Maksudnya cowo gue, dia ada di apart Dax."

Javaid yang awalnya nampak kesal sekarang udah tenang kembali. Dia menghela nafas.

"Dia abangnya goblok! Struktur keluarga pacarnya sendiri masa gak tau!"

Alvin menganga, dia syok dan kaget soalnya dia gak tau kalau Dax punya adek. Dax gak pernah ngomong dan orang-orang juga gak ada yang pernah ngomongin adeknya Dax. Alvin juga kan gak mungkin ngecek kartu keluarga Dax.

Alvin diam selama beberapa menit. Dia sedang memikirkan kenapa Dax tak pernah memberi tahukan hal itu padanya, sesaat kemudian dia mendapat jawaban dari otaknya, mungkin saja karna Alvin tak pernah bertanya.

"Lo kayak lebih tau Dax dari gue."

Javaid ngelirik Alvin. Dia diam untuk beberapa saat.

"Karna gue pernah ada masalah sama dia. Yah ..lo tau lah kasus gue dipenjara waktu itu."

Alvin natap Javaid, dia menjadi serius. Tapi gak tau apa hubungannya kasus Javaid sama Dax, Alvin cuma pengen denger cerita yang kayaknya bakal seru.

"Itu Dax yang ngelaporin, adeknya aja gak kenapa-napa kok."

Alvin mencerna ucapan Javaid. Beberapa menit setelah memproses, akhirnya dia sadar apa yang diucapkan Javaid.

Alvin menatap Javaid serius. Tiba-tiba Alvin nonyor kepala Javaid sampe Javaid agak mundurin kepalanya.

"Adek ipar gue lo lecehin njing! Dan sampe sekarang masih aja lo-" Alvin dia sejenak, ia menatap Javaid tak percaya, "Lo gila sih Jav."

Javaid ngeroll eyes, seolah tak merasa bersalah. Javaid malah melirik Alvin dengan mata malasnya.

"Dia mau kok, gue ya oke lah."

Alvin nampol Javaid, ini udah yang kedua kalinya dalam sehari. Untung kesabaran Javaid sangat tinggi. Walaupun kali ini Alvin punya alasan kuat untuk diharuskan nampol Javaid.

"Gue udah gak tau lagi mau ngomong apa sama lo. Jangan terus-menerus jadi brengsek, sekali-kali pake kemanusiaan lo Jav."

"Gue tau, gue udah berhenti kan nyatanya. Gue emang masih mainin perasaan orang tapi ya gue gak ngelakuin diluar batas, gak kayak dulu. Dan sekarang udah beneran berakhir."

Alvin natap Javaid. Mata Javaid keliatan emang serius, pertama kalinya Alvin ngeliat Javaid yang serius begitu.

"Gue suka sama dia," ucap Javaid.

Alvin mengerutkan keningnya, ia mencari kebohongan dalam mata itu. Tapi tak ada apapun yang ia temukan, Alvin tak pandai membaca mata, tapi saat ini dia melihat kejujuran di mata Javaid kali ini.

Aneh, tapi ..Alvin tau rasa itu.

Tbc.

DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang