04

2.1K 110 1
                                    

Setelah kejadian kemarin. Alvin diejek habis-habisan oleh teman-temannya. Untungnya hari ini libur, jadi dia tak akan bertemu temannya yang sangat membuat Alvin kesal.

Alvin sudah menutup rumahnya dan mengatakan kalau dia pergi, sebenarnya dia sendirian di rumah tapi jika temannya tau pasti mereka akan ke rumahnya dan akan kembali mengejeknya.

Alvin bisa gila karnannya. Daripada temannya, sekarang Alvin tengah membalas chat dari Dax yang tengah mengajaknya untuk pergi.

Kalau Javaid melihatnya pasti dia akan tertawa dan mengejeknya. Alvin bingung mau menjawab apa, kalau menolak juga sebenernya dia gak pengen nolak. Dia bosan banget di rumah sendirian.

Pada akhirnya dia menerimanya, sekali-kali lah. Saat ini Alvin sudah bersiap, dia menunggu di depan rumahnya setelah mengunci rumahnya.

Tak lama, Dax datang setelah Alvin menunggu selama sepuluh menitan. Hari ini memang cukup sejuk karna mendung jadi memakai motor disaat begini memang pas.

Alvin sudah naik, dia juga sudah memakai helm, tinggal Dax melajukan motornya. Tapi Dax diam saja, akhirnya Alvin bertanya.

"Kenapa?"

"Pegangan."

Alvin memegang ujung baju Dax. Begitu saja sudah cukup, Dax akhirnya melajukan motornya.

Di antara mereka tak ada yang bicara, Alvin lebih suka diam saat naik motor. Dia tak ingin bicara.

Mereka pergi ke taman terdekat, duduk berdua di atas karpet, di bawah pohon besar. Ada beberapa makanan ringan dan juga minuman di sana, sebelum ke taman Dax membelinya dahulu. Begini saja sudah menyenangkan.

Mereka berdua mengobrol ringan terkadang tertawa kecil. Alvin menikmati waktunya dengan Dax, dia pikir mungkin akan canggung tapi semuanya mengalir begitu saja.

"Suka banget sama matcha," ucap Dax saat melihat Alvin memakan brownies rasa matcha dengan sangat lahap.

Tadi saat di minimarket, Alvin hanya beli matcha. Susu matcha, teh matcha, es krim matcha, brownies matcha, coklat matcha, dan mochi rasa matcha juga. Kebetulan minimarket itu emang suka ngoleksi matcha, sangat cocok dengan Alvin.

Dax saja hanya beli satu botol minuman isotonik dan makanan pedas. Melihat Alvin makan saja rasanya dia sudah kenyang.

"Lo harus nyoba, enak banget."

"Gak, makan aja."

Dax emang sebenernya kurang suka matcha, tapi saat melihat Alvin makan dengan lahapnya. Sepertinya Dax akan menyukai matcha, atau mungkin menyukai orang yang makan matcha? Entahlah.

Dax mencodongkan tubuhnya menghadap Alvin. Itu serangan tiba-tiba, untung Alvin gak ngedorong Dax.

"Ada apa?" tanya Alvin gugup, pasalnya jarak mereka gak ada sejengkal.

"Di sini rame," ucap Dax lalu kembali ke posisi biasa.

Degup jantung Alvin yang berdetak kencang tadi, sekarang mulai bisa berdetak normal walau tak bisa normal banget. Yang tadi itu masih teringat jelas.

Wajah Dax yang dekat banget itu, sangat amat tampan. Entah bagaimana Alvin bisa berdegup kencang saat melihat wajah itu terlihat jelas di matanya.

Soal Dax mengatakan kalau di sini ramai itu. Apa maksudnya kalau tidak ramai? Alvin jadi memerah saat membayangkan hal yang tak senonoh, dia jadi berpikir seperti Javaid dan Zion untuk sesaat.

Hari sudah mulai sore, taman itu bukannya sepi malah tambah ramai. Kalau sore hari orang-orang memang suka ke taman itu, tempatnya enak.

Makanan Dax dan Alvin sudah habis tak bersisa, bahkan sudah dibuang ke tempat sampah. Mereka pindah ke tempat sepi, Dax yang mengajak tapi Alvin mau-mau saja. Alvin memang tak begitu suka tempat ramai sih.

DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang