Part 25

54 14 0
                                    

Rumah milik keluarga Ibu Waynne terasa lengang setelah Jeonghan disuruh beristirahat di kamar kecil itu. Seluruh keluarga Maksten yang tadinya berkumpul untuk menginterogasi Jeonghan sudah keluar, tampaknya sedang berkumpul di ruang tengah karena sesekali Jeonghan bisa mendengar desas-desus kecil dari luar kamar. Jeonghan yang tidak berdaya pun hanya bisa berbaring, tidak bisa tidur dengan sempurna karena mengkhawatirkan Waynne dan Vernon yang tidak bisa ia dapatkan kabarnya dengan mudah.

Jeonghan sedikit kebingungan. Ia tidak tahu harus menjelaskan apalagi kepada keluarga Maksten tentang kelebihan mereka. Padahal Waynne jelas-jelas menghilang di hadapan mereka, tetapi masih tidak ada yang percaya jika perempuan itu memiliki kekuatan. Malah mengiranya melakukan prank.

Plop!

Jantung Jeonghan beredegup kencang ketika sebuah tubuh tiba-tiba muncul di sisinya. Dengan sedikit bersusah payah, Jeonghan pun berbalik untuk mengecek siapa pemilik tubuh itu dan betapa terkejutnya ia saat melihat Waynne meringkuk di sampingnya dengan tubuh bergetar.

"Waynne!!" Seru Jeonghan dengan tenggorokan yang tercekat.

Seakan lupa dengan rasa sakit yang tadi menyerang tubuhnya, Jeonghan pun bergerak cepat meraih tubuh Waynne ke dalam pelukannya. Berbisik memanggil nama perempuan itu beberapa kali, berharap Waynne tersadar sampai Jeonghan melihat noda merah yang tercetak pada tangannya setelah memegang kepala perempuan itu.

"Way--WAYNNE!!!"

~~~

Vernon terbang tak tentu arah. Ia bahkan sudah mati rasa dengan hawa dingin yang menyerang tubuhnya akibat terbang malam-malam hanya dengan mengenakan satu padded jacket untuk mencari cara bagaimana menyelamatkan Wanda sendirian. Anggota Jobu Tupaki selain dirinya sudah tumbang dan entah berada di mana. Vernon tidak tahu bagaimana cara menemukan mereka karena mereka tidak membawa ponsel dan Vernon tidak tahu cara bertelepati dengan Waynne atau Jeonghan pula. Ia hanya bisa bertelepati dengan Wanda yang entah berada di mana, yang tidak juga memberinya kabar hingga ia memilih terbang menjauh dari apartemen itu untuk menenangkan pikiran.

Lagipula Waynne menyuruhnya untuk pergi dan sayangnya Vernon tidak tahu harus ke mana kecuali terbang karena langit menjadi satu-satunya tempat paling aman baginya saat ini.

Memburu penculik Wanda memang sangat sulit karena para penjahat itu memiliki rencana yang lebih matang daripada Jobu Tupaki. Selain itu, kekuatan para penculik Wanda terasa lebih kuat dibandingkan kekuatannya dan Waynne yang memang tidak pernah dilatih sejak kecil. Mereka jelas kalah, tetapi bukan berarti Vernon ingin menyerah. Tidak! Ia belum ingin menyerah! Ia hanya kebingungan sekarang--

"Vernon..."

Sontak Vernon menghentikan tubuhnya untuk terus terbang ke depan. Ia lalu berbalik, berkeliling mencari sumber suara yang memanggilnya dengan lirih itu. Tentu saja tidak ada siapa-siapa. Wanda tidak mungkin menyusulnya ke atas langit kecuali perempuan itu memiliki kekuatan yang sama dengannya.

Wanda hanya sedang bertelepati dengannya yang memiliki otak buntu ini.

"Vernon... otakmu tidak buntu..."

Vernon menggulum bibir. Wanda bisa mendengar isi pikirannya dengan mudah meski mereka sedang berjauhan. Sungguh keren kekuatan perempuan itu pikir Vernon sebelum Wanda kembali mengeluarkan suara.

"Kak Waynne dan Jeonghan ada di rumah nenekku di Seoul... apa kau ingat letaknya?"

"Aku ingat!" Seru Vernon tanpa sadar bersuara dengan kencang.

"Susul mereka!!"

~~~

Jeonghan tidak bisa bersuara. Tenggorokannya terlalu kering, lidahnya terlalu kelu untuk memberondongi Ibu Waynne dengan pertanyaan tentang keadaan Waynne yang sedang tertidur bersandar di kepala kasur pada sisinya dengan kepala terbalut kain kasa. Waynne enggan dibawa ke rumah sakit dan sempat beradu pendapat dengan keluarganya sendiri di tengah kondisinya yang mengenaskan hingga akhirnya Ibu Waynne yang ingin dipanggil sebagai Claude mengusir Ayah Waynne dan Waylon dari kamar agar bisa mengobati anak keduanya yang memiliki luka yang cukup besar di bagian kepalanya itu.

"Jadi... Kalian diserang oleh organisasi... apa?"

"HPO." Jawab Jeonghan cepat, tidak percaya Claude akhirnya menanyakannya tentang organisasi yang daritadi ia sebut untuk menjelaskan kekuatan keluarga Maksten sebelum Waynne muncul.

"HPO?"

"Kepanjangan pakai Bahasa Inggris." Ungkap Jeonghan sedikit malu. "Saya lupa, maaf."

Claude pun mengangguk mahfum meski raut wajahnya menunjukkan rasa tidak percaya.

"Mereka yang melukaimu dan Waynne?"

Kali ini Jeonghan yang mengangguk. Ia melirik Waynne khawatir, "saya yakin begitu. Penculik Wanda yang melakukannya."

"Mengapa mereka melakukannya?" Tanya Claude penasaran. Perempuan itu sampai memangku dagu menggunakan tangannya di atas paha, memandang Jeonghan penasaran dari sisi kasur.

"Kami juga tidak tahu, Claude. Tapi, sepertinya mereka tidak ingin ada manusia berkekuatan spesial di muka bumi ini."

"Dan Wanda?"

Jeonghan melipat bibir, benar-benar tidak tahu mengapa organisasi bernama jelek itu menculik Wanda. Ia juga tidak tahu mengapa organisasi itu menyerang mereka, menghapus kekuatan keluarga Maksten dan menawan Wanda. Vernon tidak menjelaskan apa-apa tentang HPO. Pria itu hanya menjelaskan kondisi Wanda dan memberitahukan mereka tentang HPO yang ingin menghapus memori manusia berkekuatan spesial.

"Aku... yakin ini bukan prank."

"Bukan!" Seru Jeonghan cepat.

"Ya. Aku tahu. Luka kalian tidak mungkin dibuat-buat dan kalian terlalu dewasa untuk melukai diri sendiri untuk sebuah prank." Kata Claude diamini Jeonghan yang tidak mampu berkata-kata. Dipercaya tidak membuat prank saja sudah membuat Jeonghan bersyukur.

"Memang bukan prank."

Suara yang lemah itu sukses mengejutkan Jeonghan dan Claude yang segera menatap sang pemilik suara yang masih menutup kedua matanya dengan rapat. Waynne. Perempuan itu tidak tidur dan daritadi mendengar percakapan Jeonghan dan Ibunya.

"Yaa! Kau tidak tidur!" Seru Claude sambil menepuk paha Waynne yang kemudian membuka kedua matanya, menatap dinding kamar itu dengan kosong sambil menghela napas panjang. "Sebentar lagi aku harus kembali mencari Wanda."

"Jangan!" Claude dan Jeonghan berseru berbarengan.

Mencari Wanda memang prioritas mereka sekarang, tapi kondisi Waynne sangat tidak memungkinkan untuk kembali bergerak. Meski luka kepalanya tidak begitu besar, Waynne tetap harus beristirahat--bahkan harusnya dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.

"Vernon." Kata Waynne berusaha menegakkan tubuh, dibantu Jeonghan yang akhirnya teringat akan adiknya itu.

"Vernon ke mana? Apa dia baik-baik saja?" Cecar Jeonghan tidak bisa menahan diri, membungkam Claude yang ingin memarahi Waynne yang masih bersikap keras kepala di tengah kondisinya yang lemah. Claude tentu saja tidak mengenal Vernon, tapi ia tidak ingin menginterupsi.

"Aku tak tahu." Jawab Waynne lirih, ia tidak berani membalas tatapan Jeonghan. "Tapi seharusnya dia baik-baik saj--"

"HEY!!"

"WAYLON! CEPAT KEJAR! WAY--"

BRAKK!!

Pintu kamar terbuka dengan lebar, memunculkan seorang pria yang tengah melayang menghampiri kasur tempat Jeonghan dan Waynne duduk sedangkan di belakangnya, Waylon dan Mark yang menabrak pintu sampai berbunyi tampak berpeluh karena tidak berhasil mengejar pria itu, mereka menganga, tidak percaya dengan apa yang ia lihat, bahkan Claude yang akhirnya tersadar pun memekik ketakutan.

Thank you for reading! If you like it don't forget to like and comment ^^

Fly High [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang