Part 8

100 13 3
                                    

Suasana bandara cukup ramai hari itu, mengingat waktu liburan yang memang sudah habis sehingga banyak turis yang harus kembali ke negara asalnya setelah menikmati liburan awal tahun di Korea Selatan. Salah satunya adalah Wanda dan Ibunya. Walau keduanya memiliki darah Korea--terutama Ibunya--Wanda sangat merasakan betapa berbedanya ia dengan keluarga dan orang-orang Korea pada umumnya. Tetapi Wanda tidak mempermasalahlan perbedaan itu, malah ia sangat menikmati liburan kali ini karena bisa bertemu dengan Vernon dan mengetahui rahasia pria itu yang membuat mereka jadi lebih dekat satu sama lain.

Rasanya enggan untuk kembali, apalagi ia masih ingin berbincang dengan Vernon secara langsung, melihat pertikaian Kakaknya dan Jeonghan bersama sambil menebak siapa yang akan lelah lebih dulu, atau melatih kekuatan bersama secara diam-diam. Wanda ingin melakukan itu bersama Vernon.

Sayangnya, Wanda harus kembali. Ia harus berkuliah seperti biasa dan mungkin akan berjibaku dengan ponsel untuk berbincang di grup Jobu Tupaki yang ditinggalkan Waynne semalam. Ya, Kakaknya meninggalkan ruang obrolan itu hingga Jeonghan turut keluar meninggalkan ia dan Vernon di sana, hanya berdua. Syukurnya Vernon tidak keluar dan tetap ingin berada di sana untuk berkomunikasi dengan Wanda meski mereka bisa melakukannya secara privat.

"Kalau sudah sampai jangan lupa hubungi aku." Kata Waynne dengan tegas, disambut anggukan kepala Wanda yang mahfum--tentu saja ia akan melakukan itu.

"Kau juga, kalau sudah sampai di Busan, beritahu kami." Kata Ibu mereka, mengelus lengan Waynne selama beberapa saat lalu menepuk-nepuknya dengan pelan.

"I will, Mom. Lagipula aku akan sampai di Busan lebih dulu."

Tepukan pada lengan Waynne jadi sedikit kencang saat Ibunya mendengar pernyataan itu. "Tetap saja kau harus beritahu Mom!"

"Iya, aku pasti akan beritahu." Waynne menggerutu, mengelus lengannya yang terasa perih akibat tepukan Ibunya tersebut.

Wanda menonton pertikaian itu dengan lelah. Ia sampai heran mengapa Waynne selalu memiliki masalah dengan orang-orang di sekitarnya, seakan tidak pernah sadar jika sifatnya yang keras kepala itu memicu perdebatan dan jika Wanda adalah Waynne, ia akan mencoba intropeksi diri setiap memiliki masalah dengan orang lain. Sayangnya ia bukan Waynne dan kakaknya itu tidak pernah mengintropeksi diri.

"Jaga Ibu." Titah Waynne sambil bersidekap di depan Wanda yang langsung menghela napas panjang.

"Cepat baikan dengan Jeonghan sana."

"Shut the--bukan urusanmu." Geram Waynne menahan sumpah serapahnya kepada Wanda yang bersikap acuh, berpura-pura sibuk dengan trolley yang membawa koper dan barang-barang Ibunya.

Jelas Wanda masih ngambek dengan tingkah Waynne. Apalagi saat tahu Kakaknya keluar dari grup Jobu Tupaki dengan alasan keamanan.

Entah keamanan apa, soalnya Wanda hanya melihat keegoisan Waynne di sana.

Melihat tingkah adiknya yang menyebalkan, Waynne pun mendengus. Ia turut mengindahkan Wanda dan sibuk mencari topik obrolan dengan Ibunya selama menunggu waktu yang tepat untuk check in. Diam-diam menahan emosi karena sikap Wanda yang menurutnya sangat kekanak-kanakan. Pikiran mereka jelas berseberangan meski berasal dari rahim yang sama dan itu membuat Waynne makin tersiksa karena merasa tidak ada yang bisa memahaminya sedikit pun.

~~~

Wanda

Wish to see you again, Vernon!

Pesan dari Wanda di ruang chat Jobu Tupaki membuat Vernon tersenyum kecil, teringat obrolannya dengan perempuan itu yang bercerita tentang bagaimana ia bertahan selama ini di tengah huru-hara Waynne dan Jeonghan yang tidak pernah lelah bertikai sejak mereka bertemu pertama kali.

Fly High [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang