BAB 6

1K 71 1
                                    


~Happy Reading guys~

Rhea menoleh ke sumber suara yang ternyata Avram. "Salam Archduke."

"Kau belum menjawab pertanyaanku." Ulangnya.

'Gimana aku harus menjawab masa aku menjawab dari dunia ku berasal kan aneh yang ada dia curiga padaku karena bicara ngelantur' batin Rhea gugup.

Berusaha tenang Rhea menjawab.
"Saya belajar dari buku yang saya temukan di tempat penyimpanan keluarga saya Archduke."

Dengan curiga Avram menanyakan."Dari mana keluargamu mendapatkan buku itu ?" Karena tidak mungkin keluarga biasa apalagi rakyat jelata mempunyai buku yang terbilang langkah disini. Buku yang pasti berisi jurus-jurus bela diri seperti itu yang kemungkinan dimiliki keluarga bangsawan ataupun kerajaan.

"Saya tidak tahu Archduke saya menemukannya saat orang tua saya meninggal dan waktu saya memeriksa tempat penyimpanan keluarga saya." Alasan Rhea. 'sudah basah yaudah berenang sekalian' pikir Rhea.

Meskipun masih curiga Avram tidak pikir panjang yah sudahlah nanti bisa kucari tahu sendiri. "Kau cukup lihai bermain pedang, tapi gerakanmu perlu dilatih lagi dan tadi di bagian bawah terdapat cela meskipun tidak terlalu besar. Tapi itu bisa menjadi kelemahan mu." Nilai Avram sambil menatap Rhea tepat dimatanya.

Entah kenapa Rhea rasa tatapan Avram tak seseram pertemuan pertama mereka.
"Terima kasih atas sarannya Yang mulia." Ucap Rhea "saya akan mencoba memperbaiki skill saya."

"Karena kau sekarang asistenku, ikut aku ke penjara bawah tanah sekarang." Titah Avram.

"Baik Archduke."

~¢¢¢~

Seperti yang di jelaskan di naskah filmnya. Penjara bawah tanah keluarga Archduke. Sangat gelap, pengap, dan berbau amis di tempat inilah Avram mengintrogasi musuhnya. Terlihat juga di dinding penjara terdapat bercak darah yang sudah mengering menambah kesan menyeramkan.

Di tempat ini juga Avram melakukan aksi kejamnya, menyiksa maupun membunuh tahananya langsung di depan para tahanan yang di kurung disini.

Semakin berjalan kedalam baunya semakin amis pun ruangannya semakin gelap. Untung saja di tangan Alteza ada obor yang membantu penerangan. Rhea mual kepalanya pusing tidak biasa dengan situasi ini. Rhea heran dengan Avram yang biasa saja bahkan pernah menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menyiksa tahanan disini.

Avram berdecak melihat Rhea menahan mual."tahanlah Kau akan terbiasa dengan semua ini."

'bagaimana aku bisa tahan melihat keadaan lorong ini belum lagi baunya sangatlah membuatku mual!!' batin Rhea menjerit. "Saya akan berusaha." Balas Rhea.

Setelah cukup jauh menuruni tangga dan melewati lorong yang sempit mereka telah sampai di sebuah pintu di ujung lorong, dengan depannya di penuhi ukiran seram yang menambah kesan misterius.

Setelah melewati pintu Rhea melihat sel-sel tahanan yang berjejer di kedua sisi tembok.
Sel-sel itu di penuhi manusia dengan keadaan mengenaskan di sertai teriakan lirih ingin di ampuni. Rhea bergidik membayangkan dia salah satu diantara para tahanan jika melakukan sedikit saja kesalahan.

Sebagai orang modern Rhea belum pernah melihat penyiksaan secara langsung seperti ini. Rhea ingin pingsan rasanya melihat darah dimana-mana. Belum lagi bau darah yang semakin menyengat indra penciumannya.

'Avram benar-benar psikopat lihatlah para tawanan dengan kondisi yang mengenaskan hidup tersiksa mati pun segan, kasihan' batin Rhea iba sambil melihat sekeliling sel.

Setelah berjalan cukup jauh tibalah mereka di sel tahanan paling pojok, di dalamnya terdapat penyusup yang waktu itu Rhea tangkap yang tak sadarkan diri dengan berbagai luka menghiasi tubuhnya. 'Diakan penyusup waktu itu, ternyata dia dikurung disini. Semoga saja dia tidak mengenaliku yang menghajarnya' batin Rhea agak kalut. Jika sampai penyusup itu mengenalinya pasti masalahnya bertambah besar. Rhea tidak ingin terlalu mencolok yang menyebabkan perubahan cukup besar.

"Siram dia dengan air dingin." Perintah Avram untuk membangunkan penyusup itu.

Byurr!!

Dengan sigap Alteza menyiram penyusup itu dengan air yang sudah di siapkannya tadi.

"Le-lepaskan saya dari sini." Ucap penyusup itu penuh ketakutan melihat tatapan Avram yang sangat tajam seakan dengan tatapan Avram bisa membunuhnya. Badannya kaku karena tapi sebelum pingsan penyusup itu di beri obat pelumpuh yang membuat badannya kaku sementara.

Avram berjalan perlahan mendekati penyusup itu. Setiap langkah akan membawa ketakutan tersendiri dengan aura yang menekan.

"Siapa yang menyuruhmu menyusup ke kediamanku ?" Avram berucap penuh ancaman. "Tidak mau menjawab?" Ujarnya seakan bisikan kematian semakin dekat.

Avram berjalan ke lemari yang di penuhi alat penyiksaan seperti pisau tumpul berbagai ukuran. Cambuk yang bergerigi. Gunting yang sudah berkarat. Dan berbagai alat yang tidak Rhea ketahui namanya.

Avram mengambil pisau berukuran sedang yang sudah berkarat. Lalu berjalan mendekat ke penyusup tadi. Dengan perlahan Avram mulai menggoreskan pisau di tangan penyusup itu. "Katakan kepadaku siapa yang menyuruh dan aku akan membuat kematianmu mudah." Dengan terus menggambar di tangan penyusup itu.

"Aaarggh ampun Archduke." Jeritnya penuh kesakitan.

Rhea berkeringat dingin tangannya basah oleh keringat pun degup jantungnya serasa mau pindah ke perut. 'Haruskah aku melihat penyiksaan secara langsung ugh.. sangat mengerikan ingin muntah rasanya'

Avram mengambil sebuah tang kemudian berjalan ke penyusup yang masih bungkam. Dengan perlahan Avram mencopot kuku penyusup itu satu demi satu. "Cepat katakan." Dengan sekali sentakan kuku terakhir pun terlepas dari jari tangannya.

"Bunuh saja saya langsung Archduke." Mohonnya Sambil menangis pilu. Darah terus merembes mengotori lantai penjara. Jari tangannya pun sakit karena kukunya di copot paksa. Dia ingin mati saja karena dia pun tidak bisa keluar hidup-hidup dari penjara ini. Dia tidak kuat dengan penyiksaan yang dilakukan Archduke. Sangat kejam.

Avram menggambar lambang keluarga Archduke di atas perut penyusup itu dia sangat menikmati jerit tangis korbannya baginya itu seperti melodi yang menenangkan. "Tidak semudah itu, katakan cepat siapa yang menyuruhmu dan aku akan membuat kematian mu dengan mudah." Lanjutnya.

"Saya mengaku Archduke yang menyuruh saya yaitu salah satu bangsawan pengikut Anda." Lirihnya sambil menahan sakit di seluruh tubuhnya. "Tapi saya tidak mengetahui dari keluarga mana dia saat itu saya menerima perintah dari orang suruhannya." Lanjutnya tak kuat.

Avram menghentikan siksaannya dan mengeluarkan pedang untuk menebas leher penyusup itu."Sesuai janji saya akan membuat kematian mu cepat."

Srashh!!!

Kepalanya menggelinding di bawah kaki Rhea yang membuat Rhea bertambah takut kepala itu menghadapnya dengan mata melotot. Jantung Rhea serasa berhenti di tempat, Rhea syok dengan kejadian cepat yang berlangsung hanya seperkian detik kepala itu lepas dari tempatnya. Karena tidak kuat Rhea pun pingsan.

Brukh!!

~Bersambung

⭐👇⭐

The Male Lead's ServantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang