BAB 12

240 23 1
                                    

~Happy Reading~

Di sebuah ruangan dengan cahaya remang tempat para penjahat dihukum. Sepasang mata abu menatap tajam pada pria di bawahnya.

Terlihat di tangannya terdapat sebilah pisau dengan ujung yang tumpul. Di sekitarnya masih terdapat jejak tetesan darah.

Bunyi gemericik rantai terdengar ribut saat pria bermata abu menggoreskan sekali lagi pisau di tangannya dengan hati-hati seakan sedang mengukir sebuah karya seni bernilai tinggi.

Senyum bengis terlukis di wajah rupawan nya. Melihat hasil karyanya, menikmati setiap ekspresi ketakutan di wajah pria yang di penuhi luka mengerikan.

"Balasan ini belum cukup untuk mu, nikmatilah setiap neraka yang ku ciptakan, mohonlah ampunan untuk kematianmu !!" Desis Avram penuh penekanan.

Bunyi ketokan pintu mengalihkan perhatian Avram terlihat di balik pintu Alteza berdiri sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan akibat berlari dari bangunan utama ke penjara bawah Tanah.

"Archduke Neysha sudah sadarkan diri." Ucap Alteza memberitahu Avram yang saat ini sibuk menyiksa pria yang merupakan pelaku yang meracuni Rhea waktu itu. Ekspresi ngeri tercetak di wajah Alteza melihat keadaan pria itu.

Mendengar itu dengan cepat ekspresi bengis di wajah Avram menghilang digantikan raut wajah datar. Tapi tak menampik di hatinya merasa lega mendengar kabar ini.

"Bersyukurlah siksaan mu hari ini cukup sampai disini!!" Avram menatap dingin Pria di bawahnya. "Obati lukanya jangan biarkan dia mati dengan mudah." Titah Avram ke pengawal yang berjaga di depan pintu. Setelah mengatakan itu Avram pergi dengan tergesa untuk melihat asistennya. Dengan cepat Alteza mengekor di belakang Avram.

~¢¢¢~

Rhea termenung memikirkan mimpi yang dialaminya sewaktu tidak sadarkan diri. 'Apa maksud mimpi itu. Kenapa aku merasa Dejavu, apa mimpi itu merupakan alasan aku bisa terdampar di dunia ini' batin Rhea berkecamuk. 'siapa perempuan itu' pikir Rhea.

"Sha..."

"Neysha..."

"Hei Neysha." Panggil Hana menepuk pundak Rhea yang masih sibuk dengan pikirannya.

"Ahh Hana sejak kapan kau berada disini." Kaget Rhea melihat Hana sudah berada di belakangnya.

"Sejak tadi... kenapa kau melamun ?" Tanya Hana. "Apa kau merasa sakit lagi ? yang mana yang sakit ?" Khawatir Hana melihat temannya.

"Hana tenanglah aku baik-baik saja jangan khawatir." Rhea menenangkan Hana yang mulai khawatir. "Dan siapa yang bersamamu itu." Lanjut Rhea yang melihat seorang pria yang berdiri di samping Hana sebenarnya Rhea sudah menebak jika mungkin itu tabib yang akan memeriksanya.

"Oh yah ini Sir Uzair Dusten tabib yang membantu mengobati mu." Hana teringat dan memperkenalkan uzair yang sedari tadi berdiri di sampingnya.

'Dusten.. marganya sama dengan protagonis wanita, apa hubungannya dengan Vayra aku tidak ingat ada tokoh lain yang bermarga Dusten selain Vayra dan kedua orang tuanya' batin Rhea sambil mengamati Uzair yang berwajah lembut dengan rambut hitam dan mata ungu yang berkilau.

"Ahh begitu, perkenalkan sir saya Neysha asisten Archduke." Ucap Rhea sambil berdiri. "Dan terima kasih sebelumnya sudah membantu mengobati saya."  Lanjut Rhea dan sedikit membungkukkan badannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Male Lead's ServantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang