BAB 5

1K 77 1
                                    

Pagi hari seperti biasa Rhea bangun dan melakukan tugasnya seperti pelayan pada umumnya, yang membedakan hanya dia sekarang mempunyai jadwal berlatih sihir kemudian dengan teratur memindahkan kekuatannya kepada Avram. Hal ini bersifat rahasia hanya orang kepercayaan Avram saja yang mengetahui ini.

Setelah selesai dengan tugasnya Rhea memutuskan untuk berjalan-jalan disekitar mansion yang luas ini untuk mengurangi kebosanannya.

Saat tengah menikmati keindahan mansion. Rhea mendengar suara pedang beradu. Sepertinya suara itu berasal dari barak ksatria. Rhea yang penasaran dengan cara latihannya pun menghampiri kesana.

Kebetulan jarak antara tempat Rhea berdiri saat ini dengan area latihan tidak terlalu jauh. Jadi tidak butuh waktu lama Rhea sudah sampai di area latihan.

'Ternyata latihannya tidak jauh berbeda dengan dunia modern hanya saja alat-alat yang digunakan disini masi kuno' pikir Rhea setelah melihat cara latihan para ksatria.

Di kehidupannya dulu di sela kesibukannya sebagai Aktris Rhea juga secara teratur melakukan hobinya yakni Seni bela diri dengan senjata ataupun tangan kosong. Selain itu Rhea lihai menggunakan Anggar.

'sudah lama aku tidak sparing aku bosan di dunia ini aku butuh kesenangan. Apa aku ajak para ksatria itu sparing yah ? setelah ku amati di sini cara berpedang ini masih meninggalkan banyak cela' pikir Rhea. 'Sekaligus aku ingin mengetes kemampuanku ini'

Setelahnya Rhea mencari kapten ksatria untuk mengajaknya sparing. Walaupun Rhea tahu pasti hal ini sangat tabu di dunia ini. Dan dipastikan akan di anggap remeh oleh mereka yang beranggapan perempuan itu lemah.

"Permisi apakah aku bisa bertemu dengan kapten prajurit di sini." Tanya Rhea pada seorang ksatria.

"Siapa kau Kenapa pelayan sepertimu ingin bertemu ketua." Jawabnya ketus sedikit meremehkan. Sambil menilai penampilan Rhea.

'idih kenapa tuh mata melihatku seperti itu ingin ku colok matanya itu'geram Rhea. Walaupun kesal Rhea harus menahannya dan tetap menjawab."Aku ada urusan sama beliau, bisa kau tunjukan jalannya aku akan menghampirinya."

"Tidak bisa ketua sibuk mengajari kami." Tolaknya. "kau bisa mengatakan kepadaku nanti akan ku sampaikan kepadanya." Keukeuhnya tetap menolak

"Sebentar saja aku hanya bicara sebentar."

"Tetap tidak bisa , lebih baik kau keluar jangan menganggu kami berlatih." Usirnya.

Karena geram Rhea menantang ksatria itu untuk melawannya Rhea akan memberinya pelajaran. 'Enak saja dia meremehkan ku'

"Baiklah aku tidak akan memaksa bertemu ketua tapi aku ingin menantang mu untuk berduel dengan atau tanpa senjata denganku." Tantang Rhea.

"Cih pelayan sepertimu mau apa melawanku tugasmu hanya memasak dan bertugas membersihkan rumah kenapa juga aku harus menerima tantangan mu." Remeh ksatria itu.

"Tidak usah banyak omong jika kau berani lawan aku sekarang dan disaksikan para ksatria disini." Ucap Rhea. "Jangan menjadi pengecut karena takut melawan seorang pelayan sepertiku." Decih Rhea.

"Berani sekali pelayan sepertimu berbicara seperti itu kepadaku kau tidak tahu aku wakil ketua ksatria disini, kau akan membayar menghinaan ini kepadaku." Marah ksatria itu. "Siapa yang takut baiklah aku akan melawan mu jika ku menang kau harus menjadi pelayan ku selama seminggu termasuk melayaniku di ranjang hahaha." Tawanya menghina Rhea.

Wajah Rhea memerah karena menahan amarah. Selama dia hidup baik dulu sampai sekarang penghinaan ini sangat melukai harga dirinya. 'Bajingan ini berani sekali dia menghinaku seperti perempuan murahan aku akan memberimu pelajaran yang akan kau ingat seumur hidupmu agar tidak meremehkan orang lagi terutama perempuan!!' Geram Rhea menahan amarahnya yang hampir meledak.

"Bacotttt!!." Karena marah Rhea tidak sengaja menggunakan bahasa di dunianya dulu. "Sekarang ambil senjatamu dan lawan aku." Suruh Rhea. "Dan ksatria disini menjadi saksi aku akan mengalahkan mu dengar itu!!!." Lanjutnya lantang agar terdengar oleh ksatria di sekitarnya.

Rhea bersiap memasang kuda-kuda bertarung sambil memegang pedang asli. untuk roknya sebelumnya dia sudah mengantinya dengan celana panjang. Untuk memudahkan Rhea dalam bergerak.

Setelah sekian lama Rhea akhirnya bisa merasakan euforia pertarungan dengan antusias dia menyerang maupun menghindar sekaligus untuk menuntaskan amarahnya. Rhea masi ingin membunuh orang yang saat ini bertarung dengannya. Tapi itu tidak mungkin dia sekarang hanya pelayan yang tidak punya kekuasaan. Jadi dia akan membuat orang ini paling tidak mengalami patah tulang yang cukup parah.

Gerakan Rhea halus namun tajam seperti menari dengan sangat indah surai coklatnya yang di kuncir kuda pun mengikuti kemanapun gerakan tubuhnya, yang menambah kesan indah layaknya ksatria wanita. Tidak ada cela maupun kesusahan untuk menghindar maupun menyerang. Tangkas dan mempesona.

Tidak butuh waktu lama Rhea berhasil melemparkan pedang musuh dan membuat musuhnya terkapar dengan ujung pedang menyentuh lehernya. Dapat dipastikan gerak sedikit akan meninggalkan luka gores yang cukup dalam.

Sambil menekan ujung pedang Rhea berkata."Seharusnya kau tidak menilai seseorang dari luarnya, kau terlalu angkuh hanya untuk mempermalukan dirimu sendiri, ingatlah bawah kemampuan seseorang tidak bisa dinilai begitu saja." Semakin menekan pedang yang membuatnya mengeluarkan sedikit darah.

"Dari mana kau belajar gerakan berpedang yang terlihat asing itu ?" Tanya seseorang yang berjalan menghampiri Rhea.

Pov Avram sebelum sampai di barak ksatria

Tok tok tok

"Masuklah." Ucapku sambil lanjut memeriksa dokumen yang bercecer di atas meja. Aku sangat sibuk karena kutukan ini yang kambuh jadi pekerjaanku terbengkalai.

Masuklah Ajudan ku bernama Alteza Belveder Ockford Dia seorang anak Marques Ockford salah satu pengikut setia dari keluargaku secara turun temurun, setiap generasi keluarga Ockford pasti salah satunya menjadi tangan kanan pewaris Archduke.

"Salam Archduke saya ingin melaporkan jika kemarin di kediaman ini terdapat penyusup yang sekarang berada di penjara." Ucapnya.

"Apa !!! penyusup dan kau baru saja memberi tahuku tentang ini." Marahku mendengar jika di kediamanku ini ada penyusup yang berhasil masuk. Apa para pengawal tidak melakukan tugasnya dengan baik, perlu latihan lebih sepertinya.

"Maafkan saya Archduke saya pun baru mengetahuinya tadi pagi, saat saya mendengar gosip diantara para pelayan." Jelas Alteza.

"Kenapa pelayan disini bisa tahu jika kediaman ini ada penyusup sedangkan kau seorang ksatria saja tidak tahu ?" Tanyaku heran.

"Dari gosip yang beredar,  penyusup itu di tangkap dan dihajar oleh seorang pelayan perempuan juga Archduke." Jelas Alteza ia pun heran pelayan bisa bela diri.

"Cari tahu pelayan itu dan laporkan padaku malam ini." Perintahku. "Dan Apa kau sudah menginterogasi nya?" Tanyaku.

"Sudah Archduke, namun penyusup itu tetap menutup mulutnya tidak mau mengaku siapa yang mengirimnya."

"Baiklah jika begitu sekarang kau ikut aku kepenjara, biar aku sendiri yang menginterogasinya."

Di perjalanan aku mendengar suara pedang yang beradu dan sorak-sorai para ksatria. Ada apa tidak seperti biasanya jika ada sparing pun biasa saja tidak akan heboh seperti ini.

Karena penasaran Aku berjalan ke barak ksatria. Tidak kusangka di tengah lapangan ada wanita itu yang sedang beradu pedang dengan salah satu pengawalku. Pantas saja mereka heboh.

Gerakannya terlihat tangkas dan indah disaat bersamaan, seperti seorang yang menari, rambutnya yang telah di ikat pun berkibar dengan anggun mengikuti setiap gerakannya.

Tak butuh waktu lama wanita itu berhasil mengalahkan lawannya. Dari mana dia mempelajari gerakan berpedang yang terlihat asing di kerajaan ini. Apa dia belajar sewaktu di kerajaan lain waktu di usia muda.

"Darimana kau belajar gerakan berpedang yang terlihat asing itu ?"

~Bersambung

⭐👇⭐

The Male Lead's ServantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang