BAB 10

651 39 0
                                    


~ Happy Reading ~

Kegelapan menyelimuti semesta, cahaya kilat pun turut menegangkan suasana. Suara teriakan kesakitan terdengar bersahutan di tanah lapang yang ternoda cairan merah, membawa kesan ngeri di sejauh mata memandang.

Bunyi gesekan besi yang tajam pun turut menambah kesan kesedihan. Ingatan kesakitan terus berputar di kepalanya satu persatu kejadian bagaikan film yang terus terulang.

Sudah sejauh ini, tapi mengapa tuhan seakan tak pernah memberi kebahagiaan ? hanya kesakitan yang terus menemaninya Sedari lahir bahkan di setiap putaran kehidupan.

Begitu besarkah kesalahannya di masa lalu ? sebenarnya dosa apa yang ia lakukan sampai kebahagiaan enggan menyapa dirinya.

Drap
Drap
Drap

Derap langkah kaki terdengar di belakangnya. "Bunuh wanita itu!!." Teriak salah seorang pria sambil mengacungkan pedang dihadapannya.

Sling

Kilatan cahaya merah kehitaman melewati pandangannya hampir saja lehernya terpenggal jika saja tidak ada seorang pria berambut coklat yang menolongnya. Dengan tubuh penuh luka pria itu berkata. "Esya menjauhlah dari sini!!." sambil terus menangkis serangan yang datang padanya.

"Kak... Terima kasih"  lirih wanita itu yang menyiratkan sejuta luka yang mendalam.

Menatap nanar di sekelilingnya wanita itu memejamkan mata. Tanpa disadari setetes air mata meluncur melewati pipinya.

Mengusap air matanya, mata itu terbuka tersirat tekad yang kuat  dan keberanian yang besar. Dengan mantap wanita itu melangkahkan kakinya ke tengah Medan perang.

Tidak ada cara lain ia harus menggunakan cara itu untuk menghentikan perang yang berlangsung. Walaupun ia tahu cara ini membutuhkan pengorbanan yang sangat besar bahkan kematian bukanlah akhir pengorbanan.

"Maafkan aku kak jika selama ini aku selalu menyusahkan mu, mungkin benar kata orang-orang jika aku terlahir hanya akan membawa kesialan bagi keluargaku. Hanya cara ini yang bisa kulakukan untuk menebusnya walaupun aku pun tidak tahu kesalahan apa yang ku perbuat".  Gumamnya sendu sambil menatap kakaknya untuk terakhir kalinya.

Wanita yang dipanggil Esya itu pun segera mengambil posisi berdoa dengan menangkupkan kedua tangannya dan fokus memejamkan mata dengan bibir mengucap sebuah kalimat. "Wahai pemilik kehidupan Dewi Theia yang agung aku Aneisha Ilse Caera siap berkorban untuk menyelesaikan perang ini dengan segala tekad, keberanian, putus asa, dan keikhlasan. Bantulah aku, dengarlah doaku yang tulus ini".

Setelah beberapa saat tubuh wanita itu terangkat disertai cahaya yang sangat menyilaukan keluar dari tubuhnya dengan mata yang terus terpejam disertai air mata wanita itu berulang kali mengucapkan kalimat yang sama.

Semua orang terdiam menyaksikan fenomena yang aneh itu tubuh wanita yang dibalut pakaian zirah itu pun melebur menjadi serpihan cahaya membentuk sebuah kekuatan yang membuat semua orang merasa tenang.

Amarah dan kesedihan yang sedari tadi menguasai semua orang berganti dengan rasa aman tak terkira. Bahkan setiap orang merasakan tubuhnya terisi penuh dengan energi, yang terluka dapat di sembuhkan dalam sekejap. Pun tempat yang tadinya hancur karena perang dalam waktu singkat kembali seperti tak terjadi apapun.

The Male Lead's ServantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang