Biasanya pada saat jam kosong, para siswa memilih untuk tidur. Namun tidak halnya dengan Jaemin.
Karena dia merasa bosan di kelas, dia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar lorong sembari melihat pemandangan hijau taman sekolah.
“Wah!”
Langkah kaki Jaemin terhenti di tengah menikmati suasana sepi di lorong sekolah saat mendengar sebuah suara mengganggunya. Dia berbalik dan melihat Guanlin, siswa yang menjadi musuh bebuyutan mantan kekasihnya itu datang dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana, serta senyum miring yang khas.
“Kekasihmu sedang latihan di lapangan, biasanya kau seperti parasit yang menempeli kekasihmu.” Cibir Guanlin meremehkan membuat Jaemin hanya bisa menghela nafas, dia coba meredam emosinya.
Meski yang bermasalah adalah Jeno, Guanlin juga turut mengganggunya dan Jaemin risih akan hal itu.
“Kami sudah berpisah jadi berhenti mengatakan bahwa aku adalah kekasihnya. Aku tidak sudi di anggap sebagai kekasihnya.” Sungut Jaemin.
“Jadi rumor tentang perselingkuhan kapten basket itu benar rupanya.” Gerutu pemuda jangkung itu.
“Tapi kau tampak baik-baik saja berpisah dengannya.”
“Lalu menurutmu, aku harus apa? Aku harus menangis? Air mataku terlalu berharga untuk bajingan seperti dia.” Umpat Jaemin di akhir kalimatnya.
“Aku suka seseorang sepertimu.” Puji Guanlin membuat alis Jaemin bertaut bingung.
“Tapi kudengar kalian sudah berkencan sejak sekolah menengah pertama. Pasti sulit bagimu kan melupakan semua kenangan kalian?” Guanlin mulai merayu membuat pikiran Jaemin berkecamuk.
Guanlin benar, tiga tahun bersama, ini bukanlah hal yang mudah bagi Jaemin. Meski sakit mengetahui bahwa Jeno mengkhianati dirinya. Tidak Jaemin ungkiri, ada banyak kisah manis yang sudah mereka lewati bersama dan itu lebih menyakitkan karena hanya menjadi kenangan pada akhirnya.
Setelah ini, Jeno akan membuat kenangan indah dengan orang baru.
“Ini tidak adil bagimu...” Guanlin mulai mencuci pikiran pemuda blasteran itu.
“Kau masih terluka sementara dia sudah bahagia dengan cinta yang baru. Padahal kau yang paling tersakiti di sini.”
“Apa yang kau inginkan?”
Jaemin tahu, pasti ada alasan mengapa Guanlin tiba-tiba mencuci pikirannya seperti ini. Apalagi, Guanlin tidak menyukai Jeno terkait persaingan mereka sebagai kapten basket serta murid teladan di sekolah.
“Aku bisa membantumu membalas perbuatan Jeno. Ayo, bersamaku kita hancurkan dia. Dia tidak berhak bahagia setelah menyakitimu. Lihat dirimu Jaemin, kau berharga.”
Jaemin tertegun seraya memikirkan tawaran Guanlin yang dia akui menggiurkan. Bukan hanya itu, semua ucapan Guanlin pun ada benarnya. Jaemin tidak ingin terluka sendiri, di sini dia masih merasakan sakitnya pengkhianatan Jeno, serta masih tak bisa ia percaya bahwa cinta yang ia berikan untuk pemuda itu di balas dengan perselingkuhan.
Jika Jeno menghancurkan dirinya, maka berkencan dengan musuh bebuyutannya, adalah cara bagi Jaemin untuk membalasnya.
“Aku setuju.” Ucap Jaemin dengan seringai membuat Guanlin tersenyum puas.
Jemari besar Guanlin terulur untuk menjabat tangan Jaemin dan si cantik berdarah China Jepang itu pun membalasnya.
Jeno baru saja keluar dari lapangan basket setelah latihan, sudah kembali rapi dengan seragam sekolahnya. Di tengah langkahnya merapikan seragamnya di melihat Jaemin bersama Guanlin di ujung lorong tengah berbincang dan tampak dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOMIN COLLECTION
FanfictionBerisi oneshoot/Twoshoot nomin. bukan Rated M ya. trauma di report.