Enchanted 1 of 2

2.6K 216 11
                                    

Recommended song – Taylor Swift - Enchanted.


Embusan angin di pukul sembilan pagi terasa menyejukkan kota Seoul. Dedaunan kering di tepian jalan beterbangan mengikuti arah angin. Suara kicauan burung juga terdengar meriah, serta orang-orang mulai sibuk berlalu lalang untuk memulai aktivitas mereka.

Seorang pria cantik berambut hitam, mengenakan kemeja putih dengan celana panjang senada, tampak mengayuh sepeda Ontel dengan keranjang di depannya melintasi jalanan kota Seoul.

Senyumnya tak luntur saat hidung mancungnya menghirup aroma pagi yang dingin nan menyegarkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Senyumnya tak luntur saat hidung mancungnya menghirup aroma pagi yang dingin nan menyegarkan. Atau sesekali menatapi burung-burung kecil yang beterbangan di pepohonan kemudian hinggap di pepohonan atau pinggir jalan saat mematuk biji-bijian.

Pria itu berhenti mengayuh sepeda ontelnya saat tiba di perempatan jalan dan turun, dia menuntun sepedanya hingga tepi trotoar dan memandangi lampu lalu lintas, kemudian menuntun sepedanya saat lampu menunjukkan hijau untuk pesepeda dan pejalan kaki.

Pria itu terus melangkah di tepi jalan menuntun sepeda ontel ya di temani suara deru kendaraan mobil khas tahun 1935. Bibirnya mengulum senyum tipis kala dia mensyukuri setiap hari yang ia jalani.

Masih bertahan sampai hari ini, dengan suasana yang selalu familiar.

“Aigoo, Uri Nana, selamat pagi.”

Pria itu mengulum senyum lebar saat seorang wanita paruh baya menyapanya seraya membawa semangkuk besar makanan.

“Selamat pagi, Bibi Choi. Gaunmu hari ini sangat cantik.” Puji pria bernama Nana itu saat memperhatikan gaun putih dengan motif bunga berwarna merah muda itu.

Jelas saja, Bibi Choi tersipu malu namun senang juga mendengar pujiannya.

Sepanjang jalan menuju tempat kerjanya, pria bernama Jaemin yang akrab di sapa Nana itu banyak bertegur sapa dengan orang-orang yang sudah ia kenal balik.

Langkah kakinya berhenti saat ia tiba di depan sebuah toko bunga, dia memarkirkan sepeda ontelnya di samping toko lalu melangkah menuju pintu.

Jemarinya yang lentik itu, merogoh saku celananya dan mengeluarkan kunci lalu membuka toko.

Manik hitam itu bergerak memandangi toko yang tampak indah dengan beragam bunga tersusun rapi, serta aroma bunga-bunga di sana yang terasa menyegarkan, tak lupa bibir tipisnya yang berwarna merah muda itu melengkungkan senyum menyambut harinya sebelum mulai bekerja.

Setelah membuka pintu, dia lanjut membersihkan toko dan memeriksa bunga-bunga di dalam dan di luar toko.

Tak lupa menyemprot bunga berwarna putih, merah muda, kuning dan warna lain agar senantiasa harum, dia juga memilih bunga yang masih bagus dan segar, serta bunga yang harus di buang karena tak layak.

NOMIN COLLECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang