07 › Problematik.

488 58 2
                                    

hello, silent reader.

"Dia di mana?"

"Dia siapa yang lo maksud?"

Jaden menutup pintu kamar Jazen sebelum mendekati sang adik yang nampak dengan santai mengecek berkas yang ada di dalam lemari tanpa menoleh kearahnya. "Sekarang Kalana di mana?" Lebih jelas juga penuh penekanan berhasil membuat Jazen menoleh dari map yang saat ini sedang ia pegang.

"Buat apa lo nanyain dia? Ada kepentingan apa?"

"Jazen, aku serius."

"Gue juga." Balas Jazen dengan nada santai juga sinis, "1 Miliyar kurang ya? Nanti gue transfer lagi."

"Bukan masalah uang dari kamu, aku bahkan tidak memiliki niat untuk mencairkan uang dariㅡ"

"Kenapa kayak gitu? Gue udah pake Kalanaㅡ"

Bugh

"Jangan bercanda, Jazen! Dia masih di bawah umur, bajingan!"

Jazen menyentuh rahangnya yang baru saja mendapat pukulan dari sang kakak saat dirinya belum menyelesaikan kalimatnya yang ternyata cukup mampu memancing amarah, Jazen tertawa pelan.

"Gue bajingan? Terus lo apa kalo seandainya lo yang dapetin Kalana, bukannya lo juga bakal pake dia?" Sarkas Jazen seketika membuat Jaden mematung, "Anak kesayangan Mama satu ini lucu ya? Jad, gimana seandainya Mama tau kalo lo sering make out sama jalang bar? Bahkan beli jalang di bawah umur yang sayangnya cacatㅡ"

"Jazen!"

"Apa? Itu kan fakta dari putra sulung Gautama bernama Jaden Gautama, si Direktur bijaksana." Saut Jazen tanpa segan, "Sebaiknya mulai detik ini lo gak usah mikir tentang KalanaㅡKarena dia udah jadi jalang gue dan lo sebentar lagi mau nikah kan?" Ledeknya di akhir kalimat menghasilkan kepalan tangan dari sang kakak, "Nikah kapan? Mingguㅡ"

"Aku tidak akan menikah dengan seseorang yang menyukai kamu, Jazen." Potong Jaden membuat Jazen mengrenyit, "Jika kamu ingin tauㅡAku dan Gaia tidak akan bertunangan ataupun menikah dalam waktu dekat. Jadi, dalam kesempatan itu aku masih bisa menjadikan kamu yang berdiri di atas altar bersama Gaia."

Alih-alih menanggapi serius, Jazen justru tertawa keras dan sarkas.

"Dan ingat satu hal jika publik tidak akan menerima seseorang yang cacat untuk berdampingan dengan publik figur."

Jazen bertepuk tangan. "Terima kasih atas opini konyol itu, gue pergi dulu." Ujarnya sembari menepuk bahu Jaden sebelum keluar dari kamarnya dengan membawa map yang berisikan berkas penting mengenai rumah yang saat ini di tempati gadis-nya. Singkatnya semalam ia benar tidur di rumahnya itu dan pagi ini ia pulang ke kediamanan Gautama untuk sekedar mengambil berkas penting mengenai rumahnya itu yang berada di almari kamarnya

"Kamu ingin pergi kemana lagi, Jazen?"

Langkah Jazen terhenti saat suara sang Mama mengintrupsi dari arah ruang makan yang berada tak jauh dari tangga, "Ma.."

"Kali ini skandal apa lagi yang ingin kamu buat?"

Jazen mematung tanpa bisa mengatakan sebuah jawaban. Jujur saja, baik Jaden atupun Jazen sebenarnya tidak begitu berani melawan Mama-nya.

"Hhh, bisakah kamu berhenti membuat ulah yang membuat namamu tercoreng? Ingatlah jika kamu itu publik figur, Jazen."

"Ma?"

"Apa kamu tidak lelah menjadi artis yang menyandang gelar problematik, Jazen?"

P E R F E C T
Diketik pada 12 Januari 2024
Dipublikasi pada 3 Februari 2024

i. PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang