hello, silent reader.
Terhitung dua hari sudah hubungan antara Jazen dan Kalana terjalin dengan baik meski tak jarang masih terasa cangung tetapi semuanya berjalan cukup baik karena Jazen sering mengajak berbicara secara random tanpa tujuan; Seperti menanyakan mengenai judul atau genre lagu dan film yang disukai Kalana, apakah RIC yang digunakan gadis itu nyaman? Atau bermain PlayStation bersamaㅡya meskipun diakhiri dengan kemurungan gadisnya itu karena sering kalah dari Jazen dibeberapa kali babak game. Ya, cukup itu saja yang dilakukan gadis dan pria itu di dalam rumah. Akrab, sudah cukup bisa dikatakan seperti itu dan Jazen juga meminta Kalana untuk tidak memanggilnya dengan sebutan Tuanㅡdigantikan dengan Kak karena lebih nyaman didengar dan mengingat usia mereka terpaut cukup jauh; 25 tahun dan 17 tahun.
Hari ini tepat hari ketiga Jazen dan Kalana bersamaㅡYang mana Jazen mengajak Kalana keluar rumah menuju sebuah bangunan megah yang disebut dengan Mall; Tempat perbelanjaan karena ada banyak yang ingin Jazen cari dan beli untuk kebutuhan rumahnya yang cukup kosong dan ingin ia isi dengan beberapa barang yang entah penting atau tidak, persis sekali seperti pasangan sah yang mencari kebutuhan rumah baru.
Ah ya, bukan hal yang cukup mudah bagi Jazen untuk memunculkan diri di sekitar publik mengingat dirinya adalah publik figur yang cukup memiliki banyak skandal problematik, sehingga detik ini juga Jazen mengenakan masker juga topi untuk menyamarkan dirinyaㅡmeskipun sempat mendapatkan tatapan curiga dari Kalana yang merasa aneh pasal mengapa Jazen mengenakan masker dan topi saat hanya pergi ke Mall.
Berdiri di depan ruang ganti, Jazen sembari mengotak-atik ponselnya menunggu Kalana yang sedang mencoba beberapa baju yang ia pilih. Bukan karena apa, Jazen hanya ingin saja membelanjakan kebutuhan pribadi yang diinginkan Kalana. Jazen juga memeriksa kelayakan RIC milik Kalana yang ia pinta dari gadis itu karena takut terjatuh saat melepas atau memakai pakaian dan jawaban dari kememeriksa kelayakan itu cukup masih layak seperti yang dikatakan Kalana hari lalu.
Jazen kembali pada ponselnya yang menampilkan notifikasi dari manager dan Julian yang mengirimkan schedule rekaman lagu dan pengambilan musik video kolaborasi mereka. Bungsu Gautama itu menghela nafas samar, ia membenarkan topiknya bersamaan dengan seruan namanya yang membuat Jazen melayangkan tatapan tajam kearah pelaku pemanggil.
"Jazen? Zen!"
Jazen sontak membuang wajahnya dari perempuan yang telah berani menyebutkan identitas yang susah-susah ia samarkan di hadapan publik; Untung toko pakaian yang saat ini ia masuki sedang tidak banyak pengunjung.
"Aku benarkan? kamu Jazen? Ya, Tuhan.. kenapa kamu gak balas pesanku? Nomor kamu kenapa gak aktif? Jaden bilang kamu ganti nomor, itu benar?"
Cercaan penuh fakta itu membuat Jazen mau tidak mau menoleh ke arah perempuan yang saat ini sedang mengatur nafas karena berbagai pertanyaan dengan nada rap yang dilontarkannya. "Jaga ucapana lo, Gaia."
"JazenㅡKenapa bukan kamu yang datang waktu acara pertemuan keluarga kita? Kenapa justru Jaden? Kenapa?"
"None of your business, Gaia."
Gaia Laksita adalah perempuan yang berkali-kali memanggil nama Jazen tanpa enggan, padahal dirinya sadar jika Jazen ataupun dirinya adalah publik figur yang saat ini sedang berbelanja di ranah publik tanpa pengawalanㅡBisa gawat jika ada orang atau bahkan media yang menyiduk keduanya, bisa-bisa ada skandal atau rumor baru diantara mereka berdua.
"Zen, aku gak mau nikah sama Jaden.."
Jazen mendengus, "gue juga gak mau nikah sama lo."
"Zenㅡ"
Klek
Pintu ruang ganti terbuka diiringi panggilan pelan yang membuat kedua publik figur itu menoleh, "Kak Jazen..?" panggilan yang membuat perempuan Laksita spontan melayangkan tatapan penuh pertanyaan pada Jazen yang menyauti panggilan itu dengan sebuah pertanyaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
i. PERFECT
Short StoryBagi semua orangㅡJaden adalah sosok yang sempurna, sedangkan bagi Gaia definisi paling sempurna ada pada Jazen yang justru menganggap gadis cacat seperti Kalana-lah yang paling sangat amat sempurna.