mobil yang membawa mereka kini telah sampai pada restoran yang cukup intimate. Anin membawa Daniel dan juga Bian pada ruangan yang cukup privat. sopir mereka juga ikut masuk namun tidak berada pada ruangan yang sama.
setelah berbicara pada resepsionis, Anin izin untuk ke toilet guna membersihkan sisa-sisa cairan dan juga bekas pergumulannya tadi. berbeda dengan Anin, kedua lelaki tersebut memasuki ruangan yang sudah Anin pesan.
sesegera mungkin Anin membersihkan diri kemudian bergabung bersama. Anin bisa melihat tatapan permusuhan yang di sorot Daniel untuknya. Namun Anin tak mau ambil pusing. ia segera memesan makanan untuk dirinya dan juga untuk Bian.
" Tuan, pesanan anda sudah saya tulis, untuk Tuan Daniel adakah menu yang ingin di pesan khusus?" untuk terlihat professional, Anin bertanya kepada lelaki dihadapannya ini.
"menu bestseller di resto ini" jawab Daniel tanpa mau memandang Anin
Anin tak masalah, ia juga enggan untuk melihat wajah menyebalkan Daniel. Begitu selesai, Anin segera memanggil pelayan dan menyerahkan menu yang mereka pesan. Kini Anin dan Bian duduk bersebelahan, sedangkan Daniel duduk dihadapan mereka.
"bagaimana Daniel apakah ruanganmu cocok?" tanya Bian membuka percakapan.
Anin hanya diam sambil bermain ponsel, karena ia rasa ini percakapan antara mereka saja dan tak menyangkut pekerjaan.
" apakah tak bisa aku memiliki ruangan sendiri?" tanya Daniel dengan nada yang sedikit mendaya, itulah yang didengar Anin saat ini
"untuk itu, aku tak bisa mengabulkannya, sesuai SOP Perusahaan melibatkan beberapa manjaer dalam satu ruangan untuk efisiensi pekerjaan, ku harap kau memakluminya" ucap Bian yang mau tak mau mendapat anggukan oleh Daniel
"apakah aku tak bisa menjadi asistenmu?" pertanyaan Daniel membuat Anin yang sibuk dengan ponselnya kemudian mendongakkan kepalanya.
"menggantikan Anin?" tanya Bian dengan melirik Anin
"iya, kau tau kan dari zaman kuliah aku sudah terbiasa menemani mu kemanapun dan selalu berada disampingmu" kata Daniel sambil meliriik Anin dengan sinisnya.
Tatapan sinis tersebut sudah diketahui Bian sejak ia masuk kedalam mobil dan lebih memilih duduk berdua dengan Anin ketimbang sahabatnya ini.
"sorry Daniel, Anin adalah asisten pribadi sejak papaku menjabat dan kurasa Anin lebih mengetahui apa yang kubutuhkan yang tak semua orang tau" kata Bian sambil melirik Anin dengan senyum.
Anin hanya senyum tertunduk, jelas Daniel bisa melihat Anin sedang mengejeknya dengan senyum seperti itu, Daniel pun tak kehabisan akal agar ia bisa terus menempel dengan Bian.
"oh iya, nanti aku akan mengambil koper di hotel dan menumpang di rumahmu" kata Daniel
"mungkin aku akan menempati apartementku, rumah mungkin akan aku renovasi di beberapa titik" kata Bian membuat Anin kaget, pasalnya selama ini mereka tinggal di rumah milik Bian dan taka da yang di renovasi, tapi Anin memilih diam sembari fokus pada ponselnya.
Tak lama, Anin merasakan elusan disekitar pahanya, ia melihat tangan kiri Bian meraba pahanya tapi mata lelaki itu masih fokus berbicara dengan Daniel. Karena Anin tak mau ambil pusing, ia sedikit melebarkan duduknya. Mungkin sedikit membuat lelaki didepannya ini kepanasan tak masalah.
"oh baiklah, aku akan tidur denganmu" kata Daniel sambil tersenyum geli
"Daniel, kita akan tinggal dengan Anin, mama memintaku untuk tinggal dengannya" kata Bain membuat Daniel sedikit kaget
"tante Kamila menyuruhnya tinggal denganmu? Baiklah" kata Daniel
"iya kau tidur di kamar dekat ruang tamu, aku dan Anin di kamar utama" telak, perkataan Bian mampu membuat Daniel menganga
"apa-apaan kau ini, kenapa lebih memilih tidur dengannya daripada denganku" mungkin inilah saat Daniel membuka identitasnya.
Karena tak mau bertengkar, Anin lebih memilih memainkan gundukan milik Bian yang terlihat sudah menggembung. Tangan Anin mengelus tapi tatapannya fokus pada ponselnya. Bian pun mulai berani membelai bibir kemaluan milik Anin.
"Daniel kurasa ada yang salah denganmu, jelas aku memilih dengan Anin" jawaban Bian adalah jawaban yang tak ingin di dengar oleh Daniel.
Pertengkaran mereka terhenti karena beberapa pelayan masuk dan menghidangkan makanan yang telah mereka pesan. Dengan telaten, Anin mengambil makanan untuk dirinya dan Bian dan mengabaikan Daniel yang melihat keduanya hanya menatap sinis
"terima kasih" kata Bian kemudian menatap Daniel dengan mata yang tajam
"ada apa Daniel? Ada masalah?" tanya Bian
"tidak, lanjutkan saja" kata Daniel.
Bian memberi kode kepada Anin untuk sedikit mendekat dengannya, tujuannya jelas aagr memudahkan tangannya bermain di vagina Anin.
'Anin, bantu saya makan" kata Bian membuat Anin menampilkan senyum kemenangan. Jelas Daniel dapat melihat senyum penuh ejekan tersebut.
Anin menghadap Bian, jangan lupakan wajah Anin yang sepertu menahan sesuatu.
Anin Tengah menyuapi Bian dengan telaten, sedangkan Bian Tengah bermain dengan vagina Anin, mempermainkan dengan mengobok-obok dengan pelan. Tempo pelan ini justru membuat Anin sedikit tersiksa. Ketika pelepasan yang ia inginkan diperlambat.
"eeuuhhhggg" desah Anin kecil. Daniel melihat desahan itu, tapi Bagai pemain laga, Anin dapat menyembunyikannya dengan cara sedikit menusukkan garpu ke bibirnya.
"ada apa Anin?" tanya Bian dengan sengaja, padahal ia tau bahwa lenguhan tersebut karena tangan usilnya yang sedang bermain dibawah sana.
" lidahku terkena ujung garpu, tapi tak apa" kata Anin kemudian menatap Daniel dengan senyum manisnya.
" Bian, aku sudah selesai, cepat Kembali aku rasa sudah Lelah" kata Daniel kemudian meletakkan alat makannya dan beralih mengambil ponsel.
Mendengar itu, jari Bian yang berada dibawah sana, mengocok dengan cepat. Kini pegangan Anin di kedua tangannya semakin erat.
"Aaaahhh" kata Anin saat mendapatkan pelepasannya.
"kenapa kau mendesah?" entah kesal, atau bagaimana, Daniel bertanya dengan nada yang sengit
"tidak, aku hanya lega karena potongan terakhir habis juga. Maaf Tuan jika mengganggu" kata Anin dengan menekankan kata terakhirnya.
Akhirnya mereka bertiga menghabiskan makan siang dengan kesenyuian.
TBC
yuk bantu vote, biar aku semangat buat up lagiii
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping With Mr. Hollands
RomansaMenjadi seorang Sekretaris adalah cita-cita perempuan bernama Arrabela Admadja. Namun apa yang menjadi jobdesknya ini sangat diluar pikirannya selama ini. Perusahaan yang digadang-gadang menjadi perusahaan terbesar ketiga di Indonesia ini memang me...