Haloo. Bagaimana tanggapan kamu di part Awalan? Masih biasa saja ya?
Jangan berhenti sampai situ saja. Mari baca bab ini lebih dulu.
Bab ini akan memenuhi kepala kamu dengan berbagai pertanyaan dan mulai mencurigai.
Yukk baca, pakai sound juga boleh tapi jangan galau-galau ya.
Happy Reading, All.
❄
Deru napas teratur meyakinkan dia sedang tertidur. Namun, perlahan raut wajah yang tenang juga damai berubah. Perempuan itu gelisah, dua alis terangkat naik turun, bola mata seakan sedang mengejar dalam sana, menggeleng-geleng seperti sedang diburu.
Kini keringat dingin membasahi pelipis. Tubuh di guncang rasanya sama saja dia belum terbangun dari mimpi menyelimut. Gelengan semakin keras tak menyetujui hal yang terjadi dalam mimpi menarik hingga enggan tuk keluar.
Kedua kaki kini tak karuan, disentakkan seakan dirinya sedang marah hingga meja bergemetar.
"BANGUN BULAN!" pekik satu perempuan berambut pendek sedikit tomboi selalu peduli kepada temannya.
Seketika Bulan terbangun, napas terengah-engah habis dikejar. Sorot pandangan lurus ke depan sebelum celangak-celinguk melihat sekitar. Dia langsung berlari ke jendela kelas melihat situasi di luar sangatlah cerah.
Dua manusia memperhatikan gerak-gerik ikut bertanya-tanya dalam benak. Merasa semua aman, Bulan kembali ke tempat duduknya mengontrol pikiran. Menyapu dada menenangkan diri.
"Lo minum dulu," ujar Satelit, teman satu kelompoknya. Ia memberikan sebotol air mineral dibeli dari kantin. "Sebenarnya lo kenapa?" Pandangan Bulan kosong setelah meneguk air.
Masih enggan berbicara, melirik perempuan seumurannya juga tidak. "Aku nggak apa-apa," ucapnya singkat.
"Mimpi buruk?" tanya satu pemuda sedari tadi diam melihat tingkah ketua kelompok.
Sekilas Bulan melirik cowok tersebut lalu mengangguk sekali. "Aku melihat musibah akan datang menghampiri kita."
"Apa?" Satelit terbahak-bahak mendengarnya sedangkan laki-laki tadi menanggapi Bulan serius.
"Mimpi lo konyol juga, memangnya apa yang akan terjadi ke kita? Jangan bilang kaya di film-film kita dikejar zombie? Atau ada monster ganas menghabisi kita?" Memegang perut sembari terkekeh. Bagi Satelit ini lucu.
Bulan memandangnya datar. "Aku melihat ada warna hitam, suara yang begitu besar. Ada sesuatu yang akan mengancam nyawa. Tapi aku nggak tahu itu apa, semuanya terlihat samar-samar," lanjut Bulan menjelaskan lalu menoleh ke pemuda yang mendengarnya.
"Apa yang kamu dengar?" tanya Galaksi, salah satu anggota kelompok satu sangat cuek.
"Entah, aku hanya mendengar jeritan permintaan tolong, teriakan kesakitan, suara benturan-benturan, tangisan dan ...." Terjeda sejenak. Dua alis Angkasa naik ikut penasaran. "Darah. Yah ... kehilangan juga pengorbanan," jelas Bulan menangkap mimpinya mengerikan.
"Ah, sudahlah, emang kalau siang gini suka ngigau. Lihat sekitar kita Bulan?" Mata perempuan itu melihat seisi kelas. "Semua aman, kan?"
Bulan mengangguk, di sisi lain Galaksi terlihat berpikir lalu berdiri setelah duduk di meja. "Lalu di mana teman yang lain?" Mulai sadar hanya bertiga dalam kelas.
"Masih di kantin makan siang." Kesepakatan tadi memang mengerjakan tugas kelompok di sekolah, jadinya teman lain meminta waktu istirahat tiga puluh menit makan siang dan berganti pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Visi 7 Misi (On Going)
Teen FictionUP SETIAP MALAM! "Selamatkan kota, selamatkan dia, jangan pedulikan aku," ucap salah satu siswa putus asa. Siapa yang akan bertahan menyelamatkan kota indah itu? Bagaimana Visi dan Misi itu diselesaikan? Note: Murni dari ide dan pemikiran author...