Bab 4. Misteri Box

5 1 0
                                    

Ada yang makin penasaran tidak?

Yuk baca part ini.

Happy reading ya!!!

"Sial! Mengapa polisi begitu lama?!" Lagi-lagi Bumi membanting pintu ruangan begitu keras.

Kini kelompok dua kembali perpustakaan meninggalkan Venus tergeletak sendirian. Mereka tadinya menunggu depan toilet, namun, tiba-tiba langit menggelap. Mereka berlarian ke perpus kala langit kembali bercahaya.

Semua sangat terheran atas kejadian barusan. Kini hujan es dan hanya mengamati dari jendela saja. "Polisi putar arah, dia sedang mencari jalan pintas ke sini. Hujan es menghalangi jalannya," tutur Bima Sakti mematikan handphone.

Tadi saat di toilet semua panik sebab benda elektroniknya mati seketika. "Nggak bisa pakai helikopter saja apa?"

"Coba lihat di luar. Semakin deras, parahnya ini bukan hujan biasa atau salju tapi es."

"Lama-lama rak-rak di sini aku banting." Dia tak tahan, teman sudah tewas mengenaskan dan sekarang ditambah hujan langka.

"Bersabarlah." Bima Sakti celangak-celinguk mencari keberadaan sang pacar. "Di mana Uranus?" Ternyata Nebula juga tidak ada.

"Tadi mereka keluar," sahut Mars.

"Ke toilet?"

"Nggak tahu."

"Ya ampun anak itu." Laki-laki tersebut berniat mencari. Dia tidak mau terjadi satu hal pada kekasih.

"Aku di sini." Perempuan tadi masuk cengar-cengir sedangkan Bima khawatir. Dia akhirnya menghela napas lega setidaknya Uranus aman.

"Dari mana?"

"Abis temanin Nebula keluar." Senyum Nebula lembut ketika sorot mata temannya ke arah mereka.

"Apa yang kamu bawa, Nebula?" ujar Jupiter penasaran melihat kotak berwarna yang dia pegang oleh kedua tangan.

"Sebuah kotak. Aku juga nggak tahu ini apa, tadi aku melihatnya bercahaya jadilah aku mengambilnya di luar," ucapnya kemudian masuk meletakkan kotak tadi di tempat mengerjakan tugas.

"Coba buka dulu." Nebula mengangguk, dirinya juga penasaran.

Saat membuka benda tadi keluar asap berwarna hingga semua terbatuk. "Kotaknya berwarna, asap punya warna. Kok bisa ya?" tanya Mars juga ditatap kebingungan. Mereka juga tak mengerti.

Setelah semua asap lenyap, dalam kotak memperlihatkan buku yang cukup tebal. Sampulnya juga memiliki tujuh warna. Tangan mungil mengambil dari kotak. "Petanda apa ini? Kok sampulnya juga berwarna?" ujar Jupiter merasa cemas.

"Nggak usah mikir aneh, Bro. Semuanya selaras aja, kotak berwarna ya begitupun bukunya," kata Bumi menepuk pundak menenangkan sohib.

"Apa aku buka?" Semua mengangguk, perlahan memegang sampul memperlihatkan ukiran seperti gambar tak jelas. Semuanya samar-samar.

"Ada yang tahu ini gambar apa?" Dijawab gelengan.

"Coba buka lembaran selanjutnya," suruh Uranus ikut penasaran.

Seketika mata Nebula mendelik sangat bingung membaca aksara yang dia tak bisa terjemahkan. "Aku nggak tahu, coba kamu lihat. Sempat ada yang bisa mengartikannya." Pertama Bumi meraih buku tadi.

Untuk pertama kali melihat aksara ini secara langsung yang biasanya dia lihat di televisi. "Ini aksara kuno dan aku tidak paham." Kedua bahu berkutik lalu di oper ke Jupiter, Bima Sakti, Mars dan Uranus.

1 Visi 7 Misi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang