Assalamualaikum, aku up lagi. Untuk mengatasi keambiguan bab 4 silakan baca bab 5 ini.
Happy reading, all!
❄
"Gue haus, bisa izin ke kantin nggak?" Bulan tak merespon masih fokus pada laptopnya. "Bulan dengarin gue," tambahnya.
"Hm, oke," balas ketua kelompok cuek. "Lima menit." Satelit langsung memberi jempolan, dia segera keluar.
"Aku ikut juga." Menoleh pada Bulan dua alisnya naik menanggapi.
Mereka berdua berlalu. Tanpa segaja Asteroid menendang benda kecil tak lain es kristal. Dia begitu terkejut takut berubah warna.
Bulan menyadarinya memicingkan pandangan kemudian meninggalkan laptop. Dia mendekat mengamati es itu masih jernih tak ada tanda-tanda berubah. "Aku sangat penasaran dengan es ini. Mengapa tiba-tiba ada yang berubah warna dan tidak?" Bulan kembali berlari ke jendela.
Dugaan benar, tak semua es di lapangan berwarna. "Ini juga nggak mungkin hanya kebetulan," ujar Galaksi mendekati gadis tadi.
Bulan menyentuhnya. Tak terjadi apa-apa, seperti memegang dinginnya salju. "Aneh, kan? Ada sesuatu mencurigakan."
"Bagaimana kalau kita amati di laboratorium saja?"
"Aku setuju." Bintang segera mengeluarkan sarung tangan kala Bulan hampir memegangnya. Untung saja selalu tersedia sarung tangan pelindung kulit dari teriknya matahari saat naik motor.
"Pakai ini jangan sentuh tanpa alas," ujar Bintang memberikannya.
"Aku tadi menyentuhnya."
"Jangan diulang." Bulan mengangguk pelan, memilih berhati-hati.
Galaksi segera mencari benda menyimpan es tadi dia menemukan kotak pensil dari laci bangku belakang lalu memberikannya ke Bulan.
Setiap langkah menuju laboratorium seperti ada yang mengintimidasi, melirik sekitar takut jika ada benda asing menyerang.
❄
"Komet lo suka, Asteroid?" Satelit memastikan saja.
"Memangnya kenapa?"
"Gak apa, cuma nanya doang."
"Cemburu ya?"
"Manusia nggak jelas." Menoyor pelan kepala Komet hanya dibalas cengiran.
Komet sosok pemuda random, hidupnya seperti tanpa masalah dan tidak punya beban pikiran. Orangnya kocak dan pastinya ganteng.
Selama ini Komet mengejar Asteroid sejak mengenalnya. Hanya saja perempuan itu tidak mau pacaran yang nantinya merusak citranya sebagai model.
Menurut Asteroid kalau pacaran bisa nambah beban itu tidak perlu, hidupnya bahagia memiliki keluarga utuh apalagi finansial yang selalu mendukung.
"Jangan bilang lo ikut ke kantin cuma mau beliin minum dia?" tebaknya lagi dijawab anggukan lebih dulu.
"Benar! Sejuta buat kamu. Mau aku transfer sekarang?" Merogoh saku mengambil handphone. "Minta norek sini."
"Ogah. Lo kira gue nggak ada uang apa?"
"Cih. Maksud aku hitung-hitung tambah jajan lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Visi 7 Misi (On Going)
Fiksi RemajaUP SETIAP MALAM! "Selamatkan kota, selamatkan dia, jangan pedulikan aku," ucap salah satu siswa putus asa. Siapa yang akan bertahan menyelamatkan kota indah itu? Bagaimana Visi dan Misi itu diselesaikan? Note: Murni dari ide dan pemikiran author...