Part 16 - Foto📷

6 0 0
                                    

"Bang, makasih ya baksonya enaaak!" Seru Gilang pada abang penjual bakso sembari menyodorkan uang sebesar lima puluh ribu dan langsung pergi menarik lembut tangan Adelia menuju ke arah sepeda motornya tanpa mengambil uang kembaliannya.

"Ehh itu masih banyak kembaliannya, diambil dong woii!"

"Gapapa gue memang niat ngasih ke abangnya, ayo naik!" Seru Gilang sembari naik dan menghidupkan mesin sepeda motornya.

"Kenapa motornya ga titip disini aja sih? itu gerejanya udah deket bisa jalan kaki," Ujar Adelia yang langsung mendapatkan gelengan kepala dari Gilang.

"Yakin kaki lo ga kenapa-napa? Lu tadi juga hampir jatuh karna sepatu itu kan?" Gilang bisa tahu hal tersebut karena mama nya seringkali melakukan hal yang sama. Dasar wanita, lebih mementingkan penampilan daripada kenyamanan.

Adelia kini tak punya pilihan lain. Kali ini ia mengikuti perkataan Gilang yang menurutnya benar. "Iya-iya deh si paling bener, makasih ya udah peduli sama kaki gue,"

"Sebagai balasan karena gue udah peduli sama kaki lo nanti pinjemin gue buku mada bakti, okei teman!" Seru Gilang yang langsung mendapatkan senyuman terpaksa dari Adelia.

Mereka berdua pun kemudian berpindah ke gereja dan melaksanakan ibadah dari awal sampai akhir. Gilang yang sangat jarang ke gereja saat itu masih sangat kaku dan banyak yang hal yang ia tak tau dan pastinya melakukan banyak kesalahan, dan hal itu sangat bertolak belakang dengan Adelia.

Setelah ibadah berakhir, mereka pun memutuskan untuk pulang. Namun semua itu tertahan oleh seseorang yang memanggil Adelia.

"Adelia!"

"Eh Bang Zweit, ada apa anda memanggil saya?"

Seseorang yang memanggil Adelia itu ialah Zweitson. Ia merupakan ketua orang muda katolik sekaligus teman Adelia sedari kecil di gereja ini. Zweitson memanggil Adelia bukan tanpa alasan. Ia ingin tau siapa laki-laki yang datang bersama teman kecilnya ini.

"Tolong ya bicaranya, sekarang gue bukan lagi mode kampus. Oh iya, tumben ga duduk bareng yang lain tadi?"

"Ah itu, Adel kan bawa temen bang, ga enak kalo langsung bawa aja kesana, takutnya ga nyaman," Tutur Adelia dengan perasaan tak enak. Adelia pun dengan sigap langsung memperkenalkan Gilang kepada Zweitson, "Oh iya Bang Zweit, ini Gilang temen akrab Adel di sekolah. Gilang, ini bang Zweitson, dia ketua omk sekaligus teman gue dari kecil di gereja ini, ayo salaman dulu!"

Kedua pria yang ada dihadapannya pun menurut untuk saling bersalaman dan berkenalan satu sama lain. Zweitson sebenarnya agak kaget karena biasanya Adelia tak begitu dekat dengan laki-laki. Tapi hari ini ia dibuat terkejut dengan kehadirannya bersama Gilang yang dianggap sebagai teman akrab.

"Lo mau langsung pulang? Tuh yang lain udah pada nungguin mau foto bareng, Gilang kalau mau juga boleh ikut!" Ajakan Zweitson tentu saja tidak bisa ditolak oleh Adelia dan tentunya Gilang akan ikut kemanapun Adelia ingin pergi.

Saat foto bersama banyak pasang mata yang memperhatikan Gilang. Hal tersebut tentu saja mereka baru pertama kali melihat Gilang, selain itu mereka juga terpesona dengannya [mang eaaak].

Setelah foto bersama Adelia langsung mengajak Gilang untuk pulang. Tapi bukannya mengikuti Adelia, Gilang malah geleng-geleng kepala dan kemudian memanggil salah seorang dari yang ikut foto bersama tau untuk mendekat ke arah mereka berdiri.

"Boleh minta tolong fotoin!" Pinta Gilang pada remaja laki-laki tersebut sembari menyodorkan hp ipong kesayangannya.

"Oh boleh bang, mau foto dimana?"

"Lo mau foto? Kalo mau foto kenapa minta tolong ke Frans? sini gue aja yang fotoin, nyusahin orang aja lu " Adelia yang bingung hanya bisa geleng-geleng kepala.

Dengan Caraku (On Going^^)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang