"Heyy! Tadi aku yang ngambil itu duluan! Cepat balikin!" Ucap seorang anggota rusuh yang tak lain adalah blaze.
"Hmm, iyakah? Intinya aku duluan!" Elak taufan sambil berlari lari karna dikejar oleh blaze.
"Oii! Bisa diam tidak, ini sudah malam. Ayo tidur!" Teriak solar yang tak di gubris oleh semuanya.
"Bungsu jangan sok ngatur ngatur" ujar ice yg sedang tiduran di sofa sambil 'menikmati' keributan disekitar.
Mereka semua masih melanjutkan 'atraksi' masing masing, meninggalkan solar yang bersungut sungut karna kesal.
"Terserah lah, palingan kalau ayah sama kakak pulang nanti mereka juga yang kena marah" batin solar kesal lantas masuk segera ke kamarnya.
Cklekk!
"Mampus," gumam solar berbahagia mendengar suara pintu depan yang dibuka, "pasti ayah sama kakak pulang" batinnya berujar.
"Wihh, tumben udah tidur semua?" Ujar sang ayah yang terheran heran, karna biasanya mereka masih ribut dan baru berhenti di jam tiga malam.
"Mungkin kecapekan yah" ujar gempa positif thinking.
Mereka lantas pergi berlalu dari ruang tengah menuju ke dapur guna meletakkan barang belanjaan yang dipesan oleh ibu mereka.
"Dah, sekarang kalian tidur ya. Kalo kalian ga capek tolong pindahin adek adek kalian ke kamarnya ya" ujar ayah sambil mengusap puncak kepala kedua anaknya itu lantas pamit masuk ke kamarnya.
"Lo mau ngangkatin nih bocah bocah gem?" Tanya halilintar terlihat enggan meladeni mereka yang terkapar abstrak.
"Ga perlu di angkat, orang mereka masih bangun kok" jawab gempa sambil tersenyum tipis.
Halilintar lupa tentang hal itu lantas menepuk pelan jidatnya, "benar juga, mereka kan juaranya akting kalo ada ayah" batin halilintar agak jengkel.
"Yasudah, langsung tidur aja deh gem".
Oke, selamat malam kak" pamit gempa lalu mereka masuk ke kamar masing masing, meninggalkan mereka yang terbaring acak di ruang tengah.
•{§}•
"Hoamm... Eh, mana yang lain? Kok aku tidur di tengah?" duri tak ingat apa yang dilakukannya semalam hingga bisa tidur di tengah, dia berjalan lunglai menuju dapur dengan dituntun perutnya yang lapar.
Sesampainya di dapur duri mendapati tempat itu kosong, tak ada satu orang pun di sana. Melihat itu duri pun langsung reflek melangkahkan kaki ke ruang tamu, entah mengapa, padahal dia tidak suka ruangan itu.
Sebelum sampai di ruang tamu, duri berhenti lantas menguping ayah yang sedang mengobrol dengan seseorang.
"Jadi gimana? Kira kira kapan Anak saya dijemputnya?" Ucap ayah yang sedang berbicara entah dengan siapa.
"Mungkin besok pagi pak, tujuh kan anaknya? Nanti besok pagi pagi sekali saya datang kesini untuk memberi mereka perlengkapan dan sekalian menjemput juga".
"Oh baiklah, terima kasih ya!" Ayah menjabat tangan orang itu lalu memeluknya dengan erat lantas mereka berpamitan.
"Kalau begitu siang ini aku harus memberi tau tujuh anak itu tentang sekolah asrama mereka, agar mereka bersiap" gumam ayah samar, namun sangat jelas di telinga duri yang langsung lari ke kamar gempa (markas tujuh saudara ini) untuk menyampaikan 'berita buruk' ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pintu Bagi MC || Bbb Fanfict
Teen FictionCerita ini hanya tentang elemental sibling dengan segala ke randomannya. Awalnya mereka biasa biasa saja dengan kehidupan mereka yang agak abstrak itu, tapi semuanya tiba tiba berubah saat mereka dipindahkan oleh ayah mereka ke sekolah berasrama. Al...