mencari sekutu

32 3 0
                                    

Splash!!

Byurr!

"Heh! Blaze, berhenti!" Ucap taufan yang kesal karena sedari tadi hanya dia yang disiram terus terusan oleh dua adiknya itu.

Saat ini mereka masih mandi cantik, saling siram, dan tertawa tawa. Sangat berbanding terbalik dengan keadaan solar yang tengah menahan rasa sakit dan perih yang menjalar di jemarinya.

"Iya iya... Ampun paduka Muson.." ujar blaze menimpali sambil menjulurkan lidahnya.

"Umm, gue mau nanya nihh.. tapi jawabnya serius yak?" Ujar taufan yang seperti sedang menimbang nimbang sesuatu.

"Hmm? Nanya apa kak, kalo duri tau, duri jawab serius kok!" Ucap duri yang langsung merapat ke arah taufan.

Blaze sih ikut ikut aja, dia pun ikut merapat juga.

Taufan menolah noleh sejenak lantas menghembuskan nafasnya perlahan.

" Huhhh, jadi gini... Kalian masih inget kan kita kemaren kemaren itu masuk ke pintu apalah gitu? Nah, pas mau balik, gue ada ngeliat kek semacem makhluk tapi ga jadi" taufan menjeda sebentar ucapannya guna memperbaiki posisi duduknya lalu kembali melanjutkan ceritanya.

"Kalo penilaian gue sih ya, bentuknya itu tinggi bener, trus agak kayak manusia biasa sih.. tapi tangannya beda, gak kayak manusia, tapi kayak... OH! Kayak monster? Entahlah.." taufan menghela nafas panjang lalu menatap kedua adiknya itu dengan lekat.

"Jadi, kak upan nanya kalo kami liat juga atau ngak?" Tanya duri polos.

"Iya, gitu! Liat juga gak kalian makhluk gituan?".

"Hmm, gue sih gatau ya. Tapi seinget gue, kayaknya gue pernah deh liat orang yang tangannya kek gitu" timpal blaze sambil mengingat ingat sesuatu.

"OHH!! Duri tau, nanti kak upan, duri liat hpnya solar dulu, kalau ga salah duri ada ngefoto sesuatu gitu.." ucap duri yang heboh sendiri, lalu diangguki oleh taufan.

"Oke, kalau git–".

TOK-TOK-TOK!!!

"Oyyy!! Mau sampe kapan mandinya??" Teriak seseorang dengan nadanya yang dingin dan sayu, sangat khas seorang ice.

Mendengar seruan dari ice, sontak mereka bertiga langsung kelabakan membilas badan dan langsung mengenakan handuk masing masing. Kalau ice sudah berteriak, tandanya sebentar lagi gempa otw memberi hukuman kalau masih belum juga.

Cklekk.

"Ck, lama amat mandi doang" ketus ice yang sedang memegang handuknya yang bermotif paus biru kecil di ujungnya.

"Ya ya ya, masuk sono!" Timpal blaze tak kalah ketusnya.

Mereka bertiga pun kini sedang memakai baju secara bersamaan, tentunya dengan mengenakan handuk. Kalau duri sih, dia pake selimutnya sendiri buat nutupin badannya pas mau pake baju, sekalian biar lebih bebas.

Saat sedang mengancingkan baju piyamanya, duri tak sengaja tersenggol jemari tangan milik solar yang tidur, duri merasa aneh, lantas dia mengintip sedikit dari balik selimutnya untuk memeriksa.

"Huh? SOLARR!!" Jerit duri histeris saat melihat jemari solar yang seakan patah.

Dengan cepat duri langsung menyibakkan selimut yang membungkus tubuhnya dan melemparnya sembarangan.

"Sshhh, solar.. kok tangan kamu gini?" Tanya duri lirih sambil menatap prihatin solar yang mulai membuka matanya.

Karena penasaran dengan apa yang dilihat oleh duri, taufan dan blaze pun mendekat.

"Enghh, huh? Ada apa?" Ujar solar lirih yang masih mengerjap ngerjapkan matanya.

"Ada ap– eh buset sol, tangan Lo Napa?" Tanya blaze yang terkejut.

Bukannya menjawab pertanyaan yang sedari tadi dilontarkan oleh trio rusuh, solar malah sedang asyik berpikir. "Dimana kak hali dan kak gempa? Siapa orang yang ngehancurin tangan estetik gue? Trus, ini tiga curut ngapain ngelilingin gue?".

"Sol?" Ujar taufan yang melambai lambaikan tangannya di depan wajah si bungsu.

"Egh, iya? Kak hali sama kak gem mana?" Tanya solar langsung to the point.

Mereka bertiga reflek menggeleng dan mengangkat bahu, pertanda tidak tau.

"Kita baru keluar dari kamar mandi, jadi gatau tuh dua dimana. Lo kok bisa gini sol?" Ujar blaze yang masih terpaku dengan jemari milik solar.

"Tadi ada tamu, teru–".

Tok-tok-tok.

"Hm? Duri aja".

Sontak solar langsung menahan lengan duri menggunakan tangan satunya, dan menggeleng ke arah duri.

"Eh? Kenapa sol?" Tanya duri bingung.

"Enghh... Gapapa, umm, kak blaze aja yang buka, tapi hati hati..".

Blaze hanya mengedikkan bahunya. sangat tumben anak ini mau disuruh, biasanya enggan berat, apa lagi kalo yang nyuruh itu solar.

Blaze awalnya melihat dari lubang pintu yang tersedia untuk berjaga jaga, setelah di rasa aman barulah dia membukakan pintunya.

"EYY!! SOLARR, LIAT TANGAN LO!" Teriak sang tamu yang baru masuk tanpa mengucap salam terdahulu.

"Huh? Gopal? Lo kok ada disini?" Ujar taufan yang keheranan, dia tak menyangka ternyata teman SMP nya dulu masuk juga kesini.

Karena bintangnya kali ini adalah solar, jadi pertanyaan yang taufan ucapkan tadi hanya berujung sia sia.

"Gopal? Lah kok, bentar... Kok ni anak tau kalo tanganku penyet?" Batin solar berteori sambil menatap satu persatu wajah orang yang mengelilingi dirinya.

"Pal, liat kak hali sama kak gem gak?".

Mendengar suara solar, Gopal langsung berhenti berasrama dan menjawab dengan lugas.

"Hali di rooftop, kalo gempa di ruang guru kalo ga salah. Napa?" Ucap Gopal yang emosinya lebih stabil.

Solar seketika langsung berangkat, sontak trio rusuh pun langsung memeluk solar agar tak kemana mana.

"Lepasin! Gue mau nengok kak gem" bantah solar yang mencoba melepaskan pelukan mereka.

Duri melepaskan pelukannya dari solar, solar pikir, kakaknya yang satu ini akan membantunya. Namun nyatanya...

"Kak upan, kak laze, kalian peluk solar yang kenceng kecuali tangannya, jangan sampe lepas. Duri pergi dulu ya ke ruang guru!" Pamit duri yang mendapat anggukan dari dua kakak rusuhnya.

"Bodoh! Ngapain kalian ngizinin tuh anak?!" Seru solar capek, dia sudah berhenti melawan.

Taufan yang baru menyadari kalau dia telah melakukan kesalahan besar dengan membiarkan duri seorang diri langsung menepuk dahinya.

"Ck, Gopal, boleh susul duri gak? Pantau tuh anak ya!" Pinta taufan dengan nada memelas.

Gopal sebenarnya malas, tapi demi persahabatan yang awet sampe tua, apasih yang enggak bakal bisa dilakuinnya.

Wushh.

Setelah keluar dari kamar, duri langsung melesat ke cepat ke ruang komputer, bukan ke ruang guru.

"Pasti masih ada disana" ujar batin duri dengan yakin.

Duri perlu bergegas, terlambat sedikit saja, bisa bisa alurnya akan berubah total.

•{§}•









?










Yowww menn!! Reting dunk;)

Lagi ga niat banget, mana nulisnya sambil ngantuk lagi:(((

Hope you enjoy dengan ketidakjelasan ini.

Votenya sayangg:))
↓↓↓

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pintu Bagi MC || Bbb FanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang