"Biru, mama sama papa mau keluar negeri, ada urusan pekerjaan disana, kamu ngga papa kan disini?" ucap mama Azellia.
"Mas, abang dan kakak, ikut juga?" tanya Sabiru
"Mas, abang dan kakak ngga ikut, tapi mereka bertiga ada acara di kampus, kemungkinan mereka pulangnya agak telatan." jelas papa Jefran sambil menghampiri kearah Sabiru dan sang istri.
"Biru di rumah sama bibi dulu ngga papa kan?" ujar papa Jefran, di lubuk hati yang dalam, Jefran tidak tega meninggalkan Sabiru di rumah, sebenarnya ia ingin mengajak Sabiru pergi bersamanya, karena mengingat Sabiru harus sekolah, niat Jefran harus di urungkan.
Sabiru menganggukkan kepalanya "Iya ngga papa, nanti juga abang, mas dan kakak pulang, mama sama papa ngga usah khawatir"
"Yaudah mama sama papa pergi dulu ya sayang, kamu di rumah hati-hati, kemungkinan papa pulang sekitar satu bulan lagi, itupun kalo kerjaan disana sudah selesai" Jefran menangkup kedua pipi Sabiru.
"Biru mau nitip apa? Nanti mama dan papa belikan" tanya Azellia.
Sabiru menggelengkan kepalanya "Aku cuma mau mama dan papa pulang dengan selamat, aku ngga butuh oleh-oleh, cukup mama dan papa aja, aku tunggu kabar kepulangan kalian dari sana ya!"
"Pasti sayang, kamu ngga perlu anter mama dan papa ke Airport" Jefran mencium kening dan kedua pipi Sabiru.
Azellia juga mencium kening dan kedua pipi Sabiru lembut.
"Kamu hati-hati di rumah ya sayang" lirih Azellia dengan mata yang berkaca-kaca
Sabiru menganggukkan kepalanya paham.
"Papa dan mama pamit ya, see you sayang" Jefran dan Azellia melambaikan tangannya lalu berjalan meninggalkan rumah mewah itu.
Sabiru tersenyum manis sambil melambaikan tangannya kearah mama dan papanya.
"Non Biru." panggil bi Inah sang Asisten rumah tangga. Bi Inah sudah bertahun-tahun bekerja di rumah ini, sejak kelahiran Sadewa barulah bi Inah bekerja disini.
Mungkin waktu Sadewa masih berumur satu Minggu, hingga akhirnya bi Inah masih bertahan bekerja disana.
Sabiru menolehkan kepalanya lalu menatap kearah bi Inah "Ada apa bi?" jawab Sabiru bingung.
"Non ndak lupa kan?" ucap bi Inah sambil menatap kearah anak majikannya.
"Maksud bibi?" Sabiru mengerutkan dahinya bingung.
Bi Inah menghela nafas "Ini non, ndak lupa kan? Kata pak Baskara harus rutin" Bi Inah menunjukkan kearah meja makan yang tak jauh darinya.
Sabiru menatap kearah kantong plastik warna putih dan berada di atas sana.
"Udah kok bi, bibi tenang aja, aku ngga bakalan lupa kok" jawab Sabiru dengan senyuman.
Bi Inah menghela nafas lega "Syukur Alhamdulillah, kirain bibi, non Biru bakalan lupa"
"Eh iya non, tetangga di depan rumah, katanya mau pindah" cakap bi Inah membuat Sabiru terkejut.
"Maksud bibi, Iyan bakalan pindah rumah?" tanya Sabiru
Bi Inah menganggukkan kepalanya "Iya non, den Bian bakalan pindah"
"Pindah kemana bi?" sosor Sabiru
"Setau bibi mereka pindah bukan keluar kota ataupun keluar pulau, katanya keluarga den Bian bakalan pindah ke luar negeri" jelas bi Inah membuat Sabiru menundukkan kepalanya.
"Kok Iy---" Belum sempat Sabiru mengatakan perkataannya, tiba-tiba terdengar suara bel dari rumah ini.
"Sepertinya ada tamu non, bibi kedepan dulu ya non, mau bukain pintu" Bi Inah meninggalkan Sabiru lalu berjalan kearah pintu yang menjulang tinggi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabiru Dan Lukanya (HIATUS)
أدب المراهقين•TYPO BERTEBARAN DIMANA-MANA, DIMAKLUMI YA MAN TEMAN (人 •͈ᴗ•͈) •SEBELUM MEMBACA, FOLLOW AKUN KU DULU YAA😼😼 > DISCLAIMER < - this is just FIKSI, 100% fiksi - jangan latah ya... - jangan bawa-bawa lapak lain kesini (menghargai karya orang lain...