SDL - 09

153 4 0
                                    

Satu Minggu kemudian.

"Abangg! Ayok keluar!" rengek Sabiru sambil menarik-narik lengan kekar Sadewa.

"Abangg! Ayok beli eskrim matcha!" paksa Sabiru, namun Sadewa benar-benar menutup telinganya.

Duk! Duk! Duk

Kaki mungil Sabiru menendang-nendang meja belajar Sadewa.

Sadewa yang geram mendengarkan ocehan Sabiru, ia menghempaskan tubuhnya di kursi belajarnya dan menutup MacBooknya dengan sedikit kasar.

Ia mengusap air mukanya kasar, lalu matanya beralih menatap kearah Sabiru.

"Adek.. Coba adek hitung berapa banyak adek makan eskrim selama satu hari ini." tanya Sadewa membuat Sabiru menatap kearah sang abang.

"Eum.. Pagi makan satu, siang tiga, sore tadi— Ah iya! Sore tadi dua eskrim! Pas mau Maghrib aku makan lagi— Berapa ya tadi aku makannya?" pikir Sabiru, membuat Sadewa dibuat gemas oleh Adiknya.

"Oh iya! Tadi mau Maghrib aku makan satu!" ucap Sabiru.

"Coba hitung semuanya." ujar Sadewa, dengan cepat Sabiru menghitungnya dengan jari jemarinya.

"Satu di tambah tiga, sama dengan empat, empat di tambah dua sama dengan enam, enam di tambah satu, jadinya tujuh!" lanjut Sabiru saat selesai menghitung.

"Jadi berapa banyak adek makan eskrim selama satu hari?" tanya Sadewa

"Tujuh!" seru Sabiru.

"Ngga ingat sama peraturan yang papa bikin ya? Siapa yang makan eskrim lebih dari lima, bakalan di sangsi. Sangsinya ngga boleh makan eskrim selama satu bulan."

"Jadi adek udah ngga boleh makan es—" potong Sabiru.

"Tapi kan aku suka abang! Aku ngga mau di sangsi! Lagipula aku masih baik-baik aja, ngga sakit." kesal Sabiru.

"Iya abang tau sayang, tapi itu udah menjadi peraturan yang papa bikin." ucap Sadewa sambil sesekali mengelus punggung tangan Sabiru.

"Ayok beli lagi abang! Janji deh habis ini aku ngga makan lagi!" bujuk Sabiru, Sadewa hanya menggelengkan kepalanya cepat.

"Please.. Ayok abang! Aku mau lagi.." rengek Sabiru dengan mata yang berkaca-kaca.

"Abang...." tangis Sabiru pecah, air matanya mengalir dengan sendirinya.

Sadewa menghembuskan nafas berat "Oke, kita beli, tapi setelah itu kamu ngga boleh makan lagi."

Sabiru menganggukkan kepalanya cepat, ia mengusap air matanya dengan tangannya.

"Dasar bocah" ucap Sadewa dalam hati, ia yang melihat tingkah Adiknya hanya geleng-geleng kepala saja.

Mau bagaimanapun Sabiru adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga Atmaja.

Sabiru yang diperlakukan bak seorang putri kerajaan.

Yang selalu dijaga oleh keluarganya.

Yang begitu di sayang dan cintai oleh keluarganya.

Diperlakukan khusus.

Setiap keinginannya selalu terwujudkan.

Sadewa sebagai anak sulung dikeluarga Atmaja, harus adil dalam memberlakukan saudaranya.

Terutama, Sabiru dan Jendral.

Kedua adiknya mempunyai sifat keras kepala dan mengalah.

Jendral mempunyai sifat keras kepala, apa yang akan menjadi miliknya harus benar-benar miliknya! Ia juga sedikit egois.

Sabiru Dan Lukanya (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang