21

558 29 2
                                    

"Jangan pernah merasa sendirian lagi. Karena disini kamu memiliki pendukung tetap, aku dan tuhanmu sendiri."

"Sejak kapan kamu tahu Allah mendukung aku?"

"Allah selalu mendukung hambanya yang terbaik. Selalu mengharapkan kebaikan bagi tiap hambaNya." ucap Lane.

"Kamu cukup baik mengenalNya. Sejak kapan kamu jadi sereligius ini? Apa ada yang mengubah pandangan kamu selama ini?"

"Ada, banyak sekali yang mengubah pandanganku, salah satunya kamu."

"Gombalnya lumayan basi."

"Haha."

Tiba-tiba angin berhembus sejuk, meniup ke arah mereka hingga salah satu bagian dari mereka. Shiren mengusap lengannya karena sedikit kedinginan. Lane menyadari itu dan langsung menyelimuti Shiren dengan baju luarannya.

"Disini dingin, akan lebih baik kamu masuk ke dalam kamar dan selimuti diri. Besok kan acaranya dimulai."

"Kamu enggak nanya-nanya gitu ke aku, buat besok. Mau nunjukin bakat apa, udah siap apa belum,  bisa apa enggak..."

"Mau banget apa mau aja?" tanya Lane tersenyum. Shiren dibuat sebal dikatakan seperti itu, ia langsung mencubit pundak Lane. "Ish.."

"Aw sakit. Dendam nih." ucap Lane meringis. Setelahnya ia lantas berkata lagi.

"Yaudah, kamu udah ada persiapan seperti apa Ren... Kamu mau menunjukkan bakat yang seperti apa? Apakah bakatnya seperti mengangkat galon? Atau membuka tutup botol?" tanya Lancaster membuat Shiren dibuat kesal dengan yang dikatakannya.

"Ish ngeselin banget sih!" kesal Shiren.
Geregetan, seolah ingin meremas-remas rambutnya saja.

"Haha bener ya?"

"Salah! Ah! Mana ada!" tandas Shiren.

"Terus apa dong hahaha..." tawa Lane.

"Tebak lah..."

"Tadi ditebak, terus kata kamu salah."    
"Ya ngaco kamu.."

"Hmm menyanyi?"

"Baca puisi."

"Waahh beneran? Kamu bisa baca puisi?" tanya Lane sedikit tak percaya.

"Kamu lupa Lane? Waktu kecil aku suka baca puisi sampai aku mendapatkan juara dikelas."

"Iya Ren. Aku ingat. Tapi apa kamu masih enggak lupa caranya bagaimana.... Itu kan udah cukup lama." ujar Lane.

"Iya, makanya aku latihan dari kemarin. Aku gerogi sih. Takutnya enggak bisa, atau nanti salah. Aku takut sih."

"Coba sekarang bacain." ucap Lane.

"Malu." balas Shiren sembari mesem.

"Kenapa malu? Lebih malu lagi nanti ramai-ramai dilihatnya. Kalo disini kan cuma ada aku." ujar Lane.

"Enggak, justru itu! Aku mau kasih kejutan... Aku mau kamu menjadi satu dari sekian banyak orang yang melihatku membacakan puisi. Aku mau besok aja pas acara itu dimulai. Biar lebih eksklusif gitu diliatnya." ujar Shiren nyengir.

"Hmm yaudah."

Esok harinya acara di babak 10 besar akhirnya dimulai. Sebelum itu Ronald selaku pembawa acara mengumumkan sesuatu yang akan membuat hati mereka semua syok.

Tidak lain itu adalah pengumuman dengan peserta mana saja yang akan benar-benar lolos ke babak 10 besar ini. Yaitu tentang kompetisi sebelumnya menanam padi.

Tentu banyak peserta yang merasa deg-degan menanti pengumuman itu. Apalagi mereka mempersiapkan diri untuk acara di babak 10 besar yang akan diadakan hari ini.

Mereka sangat tegang menantinya. Hingga tibalah Ronald mulai menyebutkan satu per satu nama mereka ke depan.

Menyuruh mereka untuk saling berdiri dan menunggu.

Shiren mulai dipanggil, maupun Riska, Serena, Raquel, Delia dan Karen. Ada sekitar puluhan orang dipanggil, hingga berakhir di Linda. Ada sekitar tiga puluhan lagi peserta yang tidak dipanggil.

"Ada puluhan orang yang dipanggil dan sisa 30 yang tidak dipanggil. Saya ingin tanya, apakah yang dipanggil itu yang tidak lolos atau yang tidak dipanggil justru yang lolos?" tanya Ronald semakin membuat mereka kebingungan, mereka dibuat tidak tenang hatinya mengingat mereka menjadi salah satu dari dua kelompok itu.

"Semuanya sudah siap untuk mendengar hasil pengumuman ini?" tanya Ronald kembali.

Mereka semua dibuat tegang saat itu, mereka sangat khawatir kalau hasilnya tidak sesuai dengan perkiraan mereka.

Apalagi mereka sudah melakukan latihan yang cukup rutin sejak kemarin untuk babak selanjutnya. Mereka sangat tegang saat itu.

"Semua bersiap ya. Saya akan mulai mengumumkan. Mohon maaf sebesar-besarnya saya ucapkan kepada.... Puluhan yang dipanggil.... Kalian ..."

Semua dibuat tegang saat itu termasuk Shiren, Delia, Karen, Raquel maupun Riska dan Serena. "Kalian aman! Kalian masuk ke dalam babak 10 besar. Dan kami ucapkan mohon maaf sebesar-besarnya kepada tiga puluh orang yang tidak dipanggil kalian tidak lolos ke babak 10 besar karena nilai kalian dalam kompetisi yang berlangsung beberapa waktu lalu tidak mendapatkan hasil yang baik. Kami sekali lagi mohon maaf kepada tiga puluh peserta."

Ada dari mereka yang ngamuk, tidak terima, ada juga yang kesal, banyak yang tidak mau menerima kenyataan ini. Apalagi mereka sudah menghabiskan waktu cukup lama untuk persiapan kemarin. Ada dari mereka yang bahkan protes.

"Ini gimana sih! Kenapa hasilnya justru begini? Kalo dari awal kita enggak bisa menang, toh kenapa masih nyuruh kita buat persiapan menuju sepuluh besar? Dasar curang! Permainan macam apa ini!" tandas salah satu dari mereka membuat yang lainnya ikut tersulut emosinya, membuat kacau suasana saat itu, ada yang marah-marah, saling nyerocos dan membalikkan seluruh kursi maupun meja. Karena saking kesalnya.

Situasi cukup membingungkan para peserta lain yang lolos. Mereka seperti berada ditengah kerusuhan.

Ronald dan beberapa petugas keamanan mencoba untuk menghalau dan melerai kericuhan itu. Coba ditenangkan dan diberikan sebuah penjelasan dari masing-masing mereka.
"Tenang dulu."

"Tenang mbak.."

"Dengarkan saya dulu semuanya! Kami tidak bermaksud untuk membuat kalian semua kecewa. Kami hanya ingin memastikan kepada kalian, kalau kami selalu mengusahakan tiap peserta kenyamanan didalam acara ini, jadi guna untuk menghindari hal yang berat sebelah, kami akan memberikan hadiah kepada tiap peserta yang sudah berhasil mencapai babak lima puluh besar." ujar Ronald yang cukup menenangkan mereka semua saat itu.

"Silahkan masing-masing dari kalian untuk maju ke depan dan mulai berbaris. Kami akan membagikan hadiah kepada kalian yang tidak lolos ke babak 1 besar." ujar Ronald membuat mereka terdiam, ada dari mereka yang bahkan masih tidak terima hingga langsung meninggalkan tempat itu dengan segera, dengan perasaan kecewa, tak lupa dengan cerocosannya yang menandakan betapa tidak terimanya mereka.

Diantara mereka yang lolos tampak sangat gembira dengan hal itu. Bahkan diantara mereka ada yang saling berpelukan karena saking senangnya. Karena juga mereka lolos bersama teman akrabnya, salah satu contohnya adalah Raquel yang berpelukan dengan Hilda maupun Karen.

Sama halnya dengan Shiren dan Riska, beda halnya dengan Linda yang paling merasa kesal dengan ini, yang lain sangat bahagia, cuma dia sendir saja yang kesal dengan ini.

"Aaaaaa kenapa aku dimasukin sepuluh besar siiihhh aaaaaaa! Aku mau pulaaaaanngggg!!" pekik Linda kesal.

Shiren menertawainya. "Kamu sih kepengen banget pulang, jadi kan malah masuk sepuluh besar." ucap Shiren, tertawa bersama Riska.

"Terus aku harus gimana? Harus gitu aku mengharapkan sebaliknya? Gak ngarepin pulang, berharap bisa masuk final kayak kalian? Iuhhhh ogaahhh!" ucap Linda. Ditertawai untuk kesekian kalinya oleh mereka.

Setelah semua yang gagal diberikan kompensasi hadiah, kemudian mereka diperkenankan untuk pulang ke rumahnya masing-masing.

Tersisa sepuluh besar sesungguhnya disini. Dimana sepuluh besar dari mereka semua diharuskan untuk bersaing ditengah aula sana.

Tempat dimana persaingan sebenarnya akan dimulai.

Kandidat Istri Sang Pewaris (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang