9

964 41 0
                                    

Lane membawa Shiren hingga sampai ke belakang taman, tempat dimana tak banyak orang jamah. "Kamu suka sama dia?" tanya Lane.

"Enggak..."

"Ya terus kenapa kamu enggak bilang terus terang aja kalo kamu enggak suka sama dia? Sesimple itu untuk mengusir dia dari hadapanmu." ujar Lane. Membuat Shiren merasa terpojokkan saat itu.

"Aku enggak mungkin melakukan hal itu sedangkan dia udah datang jauh-jauh kesini hanya untuk bertemu sama aku... Aku enggak mungkin ngusir dia..."

"Ya terus apa gunanya kamu usir dia setelah itu? Bukannya sama aja? Kamu aneh Shiren.... Kamu suka dengan dia? Katakan dari awal kalau kamu menginginkan dua orang lelaki untuk memperebutkanmu?" tanya Lane dibuat kesal. Shiren benar-benar terpojokkan saat itu.

"Kenapa ngomong kayak gitu. Seakan aku dengan sengaja menginginkan semua ini... Ini semua terjadi tanpa aku sadari Lane... Dia pergi kesini tanpa aku ketahui..." ujar Shiren membela diri.

Lane terdiam dikatakan seperti itu, memalingkan wajahnya ke arah lain. Masih kecewa dengannya. Shiren kembali berkata.

"Lagian juga kamu yang kenapa... Tiba-tiba muncul tiba-tiba ilang.... Kamu aneh... Kamu seakan menggantungkan aku kalo kayak gini... Dan sikapmu yang seperti itu tanpa sadar membuat celah buat seseorang seperti Romi masuk. Kamu apa enggak sadar..."

"Oh jadi kamu berniat berpaling sebegitu mudah? Ternyata kamu sama saja ya sama yang lain...."

"Enggak gitu... Tapi kamu... Ah udahlah..." ujar Shiren pergi meninggalkannya karena kesal. Lane berniat mengejarnya tapi ia tersentak saat melihat ada Karen dan Shanum didepan sana. Ia mencoba untuk pergi dari sana. Menjauhkan diri.

Shanum dan Karen saling duduk berhadapan di kursi tepat ditengah taman.

"Sepertinya banyak yang tidak menduga kalau ternyata Lancaster memiliki ibu yang sangat cantik seperti anda. Apalagi anda seorang publik figur yang cukup dikenal. Lebih ke arah tak menyangka..." ujar Karen sedikit memujinya.

"Terima kasih banyak atas pujiannya. Kalau boleh tahu dengan siapa saya berbicara?" tanya Shanum.
Karen menyalami tangannya.

"Nama saya Karen. Anda bisa memanggil saya dengan sebutan itu."

"Oh baiklah Karen... Kamu sepertinya cukup terpelajar ya."

"Saya diberi didikan yang baik oleh orang tua saya. Sudah semestinya saya terlihat seperti itu." ujar Karen terkekeh.

"Kamu juga peserta?"

"Benar, saya peserta."

"Oh, semoga beruntung ya..." ujar Shanum. "Aamin, semoga saja... Terima kasih." ujar Karen.

"Ngomong-ngomong tuan Lancaster kemana sekarang?" tanya Karen. "Dia sepertinya sudah kembali ke kamarnya. Kamu mau bertemu dengannya?" tanya Shanum.

"Ah, tidak... Saya hanya sekedar bertanya. Saya ingin berbicara sesuatu dengan anda, ibu Lancaster." ujar Karen.

"Iya tentu, tanyakan saja." ujar Shanum.

"Apa mungkin tuan Lancaster tidak pernah memiliki cinta pertama? Tidak pernah menjalin hubungan apapun dengan seseorang?" tanya Karen.

"Saya kurang tahu ya... Kalo ini mungkin bisa kamu tanyakan ke Lancaster langsung." ujar Shanum.
"Sebenarnya aku sudah menanyakan soal ini ke Lancaster dan dia memang mengatakan kalau ia tidak memiliki orang yang dia suka selama ini ataupun kekasih. Aku hanya mencoba untuk memastikan saja hehe... Barangkali yang dia katakan salah." ujar Karen.

"Ah... Begitu.... Tapi aku pernah mendengar kalau dia memiliki seseorang yang ingin dia temui di masa depan nanti. Itu dia katakan waktu dia SMP... Dia memiliki harapan yang sangat kuat di hari itu.. Setiap hari dia selalu menulis surat entah pada siapa tanpa dirinya kirimkan, aneh rasanya melihat dia seperti itu. Seakan-akan dia menyembunyikan banyak hal dariku... Tapi kamu tidak perlu khawatir... Kejadian itu sudah lama.... Tidak mungkin dia masih mengingat soal itu... " ujar Shanum.

Kandidat Istri Sang Pewaris (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang