"Emangnya kenapa kamu nggak mau sama Genta? Dia itu ganteng, sholeh, mapan, baik, udah gitu sopan, pula. Kalau balik Semarang, Bapak pasti ditebengin waktu pulang jum'atan. Orangnya juga bersihan dan nggak bau ketek." Bapak membela Genta seolah cowok itu adalah pahlawan bangsa. "Terima aja lamaran Genta. Nggak ada ruginya buat kamu. Waktu SMA dulu kalian pernah pacaran, kan? Kamu yang paling tahu baiknya Genta."
Baik, katanya?
Baik kalau dilihat dari ujung sedotan mampet?
Isvara udah kenal Genta sejak mereka masih bocil yang dibedakin cemong-cemong abis mandi, tapi sampai sekarang, Isvara masih nggak tahu di mana letak baikknya Genta?
Bagi Isvara, Genta hanyalah cowok songong redflag yang suka coblos sana sini!
"Justru karena pernah pacaran, jadi Isvara tahu busuk-busuknya Genta." Isvara berusaha meyakinkan bapaknya kalau memilih Genta adalah hal paling buruk sedunia. "Dia itu bendera merah, Pak! Belum nikah aja udah coblos sana sini ngehamilin anak orang! Nanti kalau dia selingkuh pas udah nikah, gimana? Bapak mau tanggung jawab?"
Bapak langsung terdiam.
Gimana nggak diam? Soalnya perkataan Isvara kan banyak benernya meski agak keterlaluan. Isvara bakal terus ngomongin kejelekan cowok sialan itu sampai Bapak berubah pikiran dan nggak memandang Genta sebagai spek cowok idaman bangsa.
"Tapi kan, manusia bisa berubah. Genta mungkin sekarang udah tobat sama perbuatannya. Waktu itu dia masih muda, wajar kalau kena godaan." Bapak masih punya banyak stok pembelaan untuk Genta. "Sekarang kamu bisa lihat sendiri. Setelah pulang merantau, Genta jadi sukses. Dia punya mobil dan lagi bangun kontrakan di dekat Undip. Kabarnya dia juga mau beli rumah baru. Bapak bisa yakin kalau kehidupan kamu bakal tercukupi kalau sama Genta. Tetangga-tetangga yang anaknya masih jomblo aja pada rebutan mau jadiin Genta mantu. Kamu yang dilamar malah sok-sok'an nolak."
Hah...
Sial.
Isvara sampai bingung mau ngomong apa lagi.
Emang bener, spek makhluk yang paling susah dikasih tahu itu ya emang orangtua. Paling ngerasa benar sedunia karena umurnya udah tua.
"Bapak nggak ada rencana rukyah, gitu? Siapa tahu Bapak kena pelet dari Genta." Isvara pasang ekspresi polos. Dia menepuk-nepuk lengan sang bapak seolah prihatin. "Biari Isvara anterin sampai depan rumah pak Kiyai."
"Enak aja kalau ngomong." Bapak menyingkirkan tangan Isvara. Sepasang mata itu mengeluarkan ketegasan tak terbantah. "Sekarang Bapak kasih kamu waktu tiga bulan buat ngenalin calon suami pilihan kamu. Kalau sampai jangka waktunya habis dan kamu gagal, Bapak bakal nikahin kamu sama Genta."
Kali ini Isvara benar-benar memutar bola matanya. "Kenapa bukan Bapak aja yang nikah sama Genta? Tega-teganya jerumusin anaknya ke tangan predator seks!"
"Kamu!"
Isvara buru-buru kabur keluar rumah, takut digebukin sendal sama Bapak. Nasib umur dua lim kok gini banget, ya. Seolah-olah Isvara bakal jadi kembang layu kalau nggak segera dinikahi cowok.
Jadi sekarang...
Hal yang pertama kali Isvara akan lakukan adalah... melabrak Genta!
Tapi, tunggu dulu.
Isvara kan nggak punya nomor cowok itu. Enggak mungkin juga kan, Isvara tiba-tiba datang ke rumahnya? Nanti kalau dikira mau ngapel, gimana? Bakal malu sampe tujuh turunan, dong!
****
Entah bagaimana ceritanya, Isvara bisa sampai di depan gerbang rumah Genta.
Sepanjang jalan tadi Isvara pasti banyakan melamun. Ngelamunin gimana caranya bisa dapat spek suami tampan nan kaya untuk menggantikan posisi Genta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketempelan Duda Posesif
Romance#romantiskomedi Namanya Isvara. Umur 25 tahun, belum punya pacar, pengangguran. Sehari-hari cuma gelundungan di atas kasur sambil ngemil dan nonton drama. Tetangga udah sibuk gosip sana-sini. Emak juga udah frustrasi nyariin calon suami. Segala maca...