9. Kenal sama Genta = Ketiban Sial

565 49 2
                                    

Isvara Genta cuma ada di wattpad ya gaess! Tapi upload kalau luang aja. Diusahakan seminggu sekali. :) 

Happy Reading!


*** 


"Kiana, jangan nangis lagi, ya?" Isvara menepuk-nepuk pundak Kiana berusaha menenangkan.

Baru kali ini, Isvara ditinggal berdua sama bocah tantrum. Bingung banget mau diapain si bocah satu ini. Mana buibu yang dari tadi lewat pada ngelihatin Isvara dengan tatapan kematian, lagi. Seolah Isvara adalah tante-tante girang yang berusaha menculik bocah buat dijual ginjalnya.

"Tante anterin kamu ke rumah Papa kamu, ya?" Isvara meraih pergelangan tangan Kiana. "Jangan nangis lagi, oke?"

Kiana melepaskan tautan tangan Isvara dan mundur tiga langkah. "Nggak mau!"

"Terus kamu maunya apa?" Isvara mengusap rambutnya frustrasi. Kesabaran Isvara setipis tisu dibelah sepuluh kalau urusan bocil. Bingung banget harus kayak gimana menghadapinya. Kalau bisa dikarungin sih, udah sejak tadi dia lakuin. "Kalau kamu masih nangis terus, Tante bakal tinggalin kamu di jalan sendirian. Mau?"

Bocah itu menurunkan tangan yang menutupi wajah. Dia menatap Isvara dengan mata berlinang dan basah. Pipi gembulnya dipenuhi jejak-jejak air mata. Warnanya memerah seperti tomat ceri.

Entah kenapa bocah ini malah terlihat lebih menggemaskan? Rasanya Isvara pengin toel-toel pipinya yang kayak pantat babi.

"Aku mau ke rumah Mama." Kiana menarik ujung baju Isvara, pelan. Dia mengedip dengan bulu mata lentiknya yang juga basah. "Jangan tinggalin Kiana sendirian."

Huaaaa. Kok ucul banget sih anak orang? Mana tega Isvara menolak kalau bocah ini udah pasang muka melas?

Beneran deh. Si gentong sialan itu beruntung banget bisa punya anak selucu Kiana.

"Yaudah kalau gitu." Isvara meraih tangan kecil Kiana dan menggenggamnya erat. "Ayo kita ke rumahku. Tapi kamu berhenti dulu nangisnya, oke?"

Kiana mengagguk. "Okee."

***

Pada akhirnya, Isvara bawa Kiana ke rumahnya. Anak itu langsung diam waktu digendong sama Emak dan dikasih boneka babi. Emak juga sigap bikinin susu cokelat dan nonton Marsha and the bear. Mereka duduk di ruang keluarga sambil bersandar di sofa. Kiana manut banget kayak cucu yang pengertian. Dia juga nyender ke ketek Emak kayak anak koala.

Bagaimana... bisa?

Bukannya para bocil itu paling sulit ya kalau diasuh sama orang baru? Apalagi Emak sama Kiana baru pertama kali ketemu.

"Emak belajar ngurus bocil dari mana?" tanya Isvara akhirnya. "Emang Emak tahu Kiana anaknya siapa?"

"Anaknya Genta kan." Emak menjawab santai. Seolah kehadiran Kiana di rumah ini adalah hal yang normal. "Lagian ini bukan pertama kalinya Kiana dateng ke sini. Iya kan, Kiana sayang?"

Hah? Kok bisa Isvara nggak tahu? Padahal Isvara jarang banget keluar rumah kalau enggak ada yang ngajak. Kapan si bocah ini main?

Kiana mengangguk. "Aku suka tinggal sama Nenek." Dia kemudian menatap Isvara dengan senyum lebar yang menampilkan dua gigi kelincinya yang besar. "Aku juga suka, tinggal sama Mama Vara."

Lagi-lagi mama.

Emang kalau bukan si Genta yang ngasih tahu kayaknya enggak bakal ngefek deh. Karena itu, Isvara harus buru-buru menemui Genta dan meminta cowok itu mengakhiri semua drama sialan ini. Bikin makan hati tiap hari soalnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketempelan Duda PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang