05 || Dongeng dari Kakek

43.1K 2.5K 1.4K
                                    

Vote dan komen jangan lupa🖤

______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________________________________

Pasca pernikahan orang tuanya Alsya yang kedua kalinya, seluruh anggota keluarga Kasalvori termasuk Galva sudah kembali ke rumah sejak 20 menit yang lalu. Mereka sudah kembali ke kamarnya masing-masing. Sedangkan Alsya ikut kakeknya—Agraven. Anak itu hanya menurut apa kata orang tuanya.

Yang kedua kalinya Alsya memperdebatkan masalah warna baju dengan sang kakek. Alsya ingin baju berwarna merah mencolok, tapi Agraven memilih baju yang berwarna merah muda alias pink.

"Akeeeek, Aca bosan warna itu," protes Alsya menepis baju yang Agraven tunjukkan.

"Tapi warnanya cantik, Nak," balas Agraven.

"Akek suka walna pink?" Mata belo Alsya menatap Agraven penuh rasa penasaran.

Agraven menggeleng kaku. "Bukan kakek, tapi nenek kamu dulu suka warna pink selain warna biru," jawab Agraven.

"Nenek?"

"Um, neneknya Alsya."

"Sekalang nenek ada di mana?"

"Nenek sudah berada di surga," jawab Agraven tersenyum.

"Sulga? Sulga itu di mana, Akek? Ayo kita ketemu nenek!" ajak Alsya menarik-narik tangan Agraven.

"Belum bisa, Sayang. Suatu saat nanti kalo udah waktunya, baru deh kita bisa ketemu Nenek." Agraven menjawab.

"Tapi sulga itu di mana?"

"Surga itu jauuuuh banget," jawab Agraven.

"Sepelti rumah Aca, Mama, Opa dan Oma dulu? Kita halus pakai cepawat, ya, Kek?"

"Cepawat?" Agraven bingung. Ia harus benar-benar bersabar menjawab setiap pertanyaan dari cucunya yang sangat tinggi akan rasa penasarannya.

"Yang bawa Aca telbang—"

"Ooo, pesawat?!" potong Agraven.

Alsya mengangguk riang. "Iya! Cepawat!" jawabnya.

"Pesawat," koreksi Agraven.

"Peca—wat? Sepawat? No! Cepa—cat? Cepawat! Huaaaaa!"

Agraven terkekeh gemas. "Nggak usah dipaksa, besok pasti Alsya bisa ngomong pesawat," ujar Agraven menepuk-nepuk puncak kepala sang cucu.

"Pesa—"

"Wat," sambung Agraven. Ia mencium pipi lembut Alsya. Satu yang ia ketahui lagi dari  cucunya itu selain selalu penasaran dengan banyak hal, Alsya juga pantang menyerah.

"Sambil belajar ngomongnya, Alsya pakai baju dulu," ucap Agraven. Ia tidak tega melihat Alsya yang hanya menggunakan handuk dan mulai kedinginan.

"Otey, Akek!"

 𝐔𝐌𝐁𝐑𝐄𝐋𝐋𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang