07 || Kado untuk Alsya

26.3K 2.3K 1.7K
                                    

Mungkin ini part terakhir Alsya versi mini, untuk part selanjutnya akan dilanjut dengan pertumbuhan Alsya yang sudah sekolah.

Dari SD atau langsung dia SMA?

maaf ya, ini kayaknya banyak typonya,

VOTE! VOTE!

.
.
.

"Pa," bisik Alsya di tengah malam ketika papanya sudah tidur.

"Papa," bisik Alsya lagi dengan sedikit keras.

"Hm?" deham Alzhei tanpa membuka matanya.

"Papa, ayo bangun," pinta Alsya menggugah lengan Alzhei.

"Kenapa, Sayang?" tanya Alzhei. Laki-laki itu segera duduk walau kesadarannya belum sepenuhnya kembali.

"Aca mau pipis," ucap Alsya sengaja memelankan suaranya.

"Kenapa bangunin Papa? Kenapa nggak Mama?" Alzhei mengajukan pertanyaan. Ia penasaran dengan jawaban anak itu.

"Mama tidul," jawab Alsya tersenyum.

"Loh? Papa juga tidur loh, Nak," balas Alzhei terkekeh.

"Kasian Mama kalau dibangunin. Lihat itu, tidulnya pulas banget, Aca ndak tega," papar bocah itu.

"Sama Papa nggak kasian?"

Alsya menggeleng dengan mantap.

"Ya Tuhan," gumam Alzhei. Suaminya Visya itu tersenyum.

Setelah menemani Alsya ke toilet, Alzhei kembali ke kasur dan meminta anaknya untuk kembali tidur. Namun, keinginannya dan juga Alsya berbeda. Sayang sekali, kali ini keinginan Alzhei harus kalah.

"Aca ndak bisa tidul," adu Alsya memanyunkan bibirnya.

"Tapi Papa mau," balas Alzhei ikut memanyunkan bibirnya dan berpura-pura sedih.

"Papa, Aca mau beltemu pangelan tetangga," pinta Alsya semakin membuat Alzhei was-was. Otaknya sejenak berpikir siapa orang yang Alsya maksud.

"Oh! Ghaza?"

Alsya mengangguk antusias.

"Ada-ada aja anaknya Alzhei ini, mana bisa ketemu Ghazanya. Hari sudah malam, Ghaza pasti udah tidur, jadi Acaku ini harus kembali tidur," jelas Alzhei mencubit kedua pipi gembul anaknya.

"Benelan?" tanya Alsya memastikan.

"Berbohong itu dilarang, suka berbohong adalah sifat yang buruk, jadi Papa nggak bohong, Sayang," jawab Alzhei. "Apa Aca percaya?"

Akhirnya Alsya mengangguk.

"Besok kalau Aca mau hidup bahagia dan tenang, Aca nggak boleh berbohong kepada siapapun. Aca harus jadi orang yang apa adanya, jangan memasang wajah palsu ataupun memakai topeng, karena itu hanya akan membuat Aca tertekan--"

"Nasihat kamu terlalu ketinggian, Papa. Anaknya belum bisa mengerti," potong Visya yang ternyata terbangun. Perdebatan ayah dan anak itu tentu tidak bisa ia abaikan.

Alzhei terkekeh. "Intinya, kunci hidup tenang dan senang dari Papa Alzhei adalah, jangan pernah berbohong. Aca jangan bohong, ya. Sampai kapanpun, Aca harus jadi anak yang jujur.," ucapnya.

"Aca mengerti?" tanya Alzhei.

Alsya spontan menggeleng dan menyengir.

"Tuh, Aca masih terlalu kecil. Kita pelan-pelan aja bimbing dia," ujar Visya.

"Aca ngelti maksud Papa. Aca ndak boleh bohong ke siapapun. Benalkan?" batin Alsya. Anak berusia 4 tahun itu tersenyum menatap kedua orangtuanya bergantian.

 𝐔𝐌𝐁𝐑𝐄𝐋𝐋𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang