07

165 54 313
                                    

Happy reading




Rela -1989-




Satu persatu lembaran kertas di buka, setiap halaman di baca dengan saksama.
Abisatya memperhatikan laporan yang berada di genggamannya, kini senyuman terpatri di wajahnya.

"bagus Aksa, kali ini laporan yang kau suguhkan tidaklah mengecewakan"

"terimakasih pak, tentu saya tidak akan mengulangi kesalahan serta kelalaian saya dalam bertugas"

Degup jantung yang sedari tadi terasa kencang mulai teratur,
rasa gugupnya kian menghilang kala laporan yang ia berikan ternyata memuaskan.

Sang Jenderal mengalihkan perhatiannya dari kumpulan lembaran penting, menatap Komandan yang berdiri dengan tegap di hadapan.

Aksa merasa heran karena di tatap dengan intens, tidak biasanya pak Abi memperhatikan dirinya dari atas sampai bawah.

"apa ada yang salah dari saya pak ?"

Sadar dari apa yang ia lakukan, Abisatya merasa canggung sendiri.

"ekhem... tidak Aksa saya hanya ingin membahas sesuatu yang di luar dari pekerjaan, apa kau tidak keberatan ?"

"siap, tidak pak !"

Menjawab dengan lantang bahkan gestur hormatpun ia lakukan, membuat Abisatya sedikit menggelengkan kepalanya.

"kamu ini saya kan sudah bilang kalau pembahasannya di luar pekerjaan, tidak usah terlalu formal dan juga besok kamu tidak jadi komandan di sini"

Aksa terkejut dengan apa yang ia dengar.

"aku tidak salah dengar kan, apa aku akan di mutasi atau aku akan di lengserkan dari posisi ?"

Ucapnya dalam hati dengan berbagai pertanyaan yang terus muncul di benaknya.

Raut wajah Aksa yang kini berubah serta badan yang tegang selayaknya patung, Abisatya tertawa dan melanjutkan kalimatnya.

"maksud saya, besok kan minggu ya jelas kamu tidak bekerja, nanti hari senin baru kamu jadi komandan lagi"

Lemas ia rasakan, ingin rasanya Aksa menjewer telinga orang yang di hadapannya, tapi sayang ia tak bisa lakukan karena masih ingin hidup dengan anggota tubuh yang utuh.

Senyum kikuk yang ia tampilkan, bukan karena ia tak mengerti candaan, hanya saja jika di pandang dari sisi siapa yang baru saja melontarkan hal tersebut jelas semua orang pasti akan menganggap serius.

"jadi pak, apa yang ingin Anda bahas ?"

"kamu lihat wanita yang di dermaga?"

"tentu, saya berada di sekitar sana tadi"

"itu anak saya namanya Rihana, dia wanita yang baik namun Tuhan menitipkan ujian berat pada takdirnya"

"saya turut prihatin pada kondisi anak Anda"

"jika kamu berkenan komandan Aksa, bisakah saya meminta sesuatu padamu ?..."











~~~














Kriett......



Pandangan anak anak teralihkan pada suara papan yang berbunyi karena terinjak oleh seseorang.

Dengan cepat Aksa menaruh jari telunjuknya di bibir, memberi isyarat kepada mereka untuk tidak berisik akan kedatangannya.

"koman..."

"sstt kalian di panggil sama pak Abi"

Ucapnya berbisik.

"tapi kakak cantik"

ReLa -1989-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang