05

223 100 222
                                    

Happy reading









Rela 1989





Waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi, adzan subuh yang berkumandang membuat Rahayu terbangun, mencari keberadaan sang suami yang kini tak terlihat oleh netranya.

Berjalan keluar kamar berniat untuk mengambil air wudhu di sumur belakang rumah.

Langkahnya terhenti kala melihat Abisatya yang terduduk di kursi kayu jati ruang tamu.

"mas? kok belum berangkat ke masjid?"
Abisatya yang menyadari kedatangan Rahayu pun tersenyum.

Entahlah, kali ini senyuman yang di berikan untuknya membuat Rahayu sedikit sedih, ingin rasanya ia mendengar gelisah dan beban pikiran suaminya.
Tetapi Abisatya hanya memendam semuanya.

Abisatya terus berpura pura jika dia baik baik saja di depan anggota keluarganya. padahal Rahayu tahu bahwa di antara ia dan Aisyah sebenarnya Abisatya lah yang paling banyak menanggung rasa bersalah atas kecelakaan Rihana.

"yu..sini sebentar"

"iya mas?, ada apa?"

"kamu lagi ada masalah sama istrinya pak Rio?"

"mas tau dari mana?"

"tidak penting mas tau dari mana, kalau ada waktu kamu cerita sama mas ya jangan di tutup tutupin."

"mas sendiri? , gak pernah cerita masalah mas kan sama ayu"

Sang suami menatap istrinya heran kala Rahayu berbicara dengan nada sedikit tinggi.

"kamu ini kenapa?, mas cuma bilang masalah kamu biarlah mas tau juga"

Ucapnya pelan takut akan istrinya tersinggung.

"mas sendiri, gak pernah cerita apa apa sama Rahayu seakan akan mas itu baik baik saja, aku ini istri kamu mas, aku juga mau tau apa yang ngeganjal hati mas, masalah mas di pelabuhan, semuanya...Ayu seperti istri yang gak tau apa apa tentang suami Ayu sendiri."

Bulir air mata jatuh membasahi pipi Rahayu.
Ia sedih melihat Abisatya memendamnya sendiri seakan akan ia tidak dapat menjadi sandaran keluh kesah sang suami, rasanya seperti keberadaannya tidak di anggap.

Sontak Abisatya menarik istrinya dalam pelukan, tangannya bergerak mengelus Surai Rahayu.

"Mas tidak mau kamu kepikiran. Mas sayang sama kamu, Aisyah dan Rihana, sebisa mungkin mas selesain sendirian."

"Tapi gak gini mas, setiap kali mas berusaha kelihatan tegar membuat aku tidak berguna sebagai istri, aku gak bisa jadi tempat keluh kesahnya mas, jangankan air mata, mengeluh pun mas tidak pernah."

"Maaf yu, mas tidak bermaksud seperti itu."

"harus janji ya tidak yang di sembunyikan satu sama lain, hari ini kita harus bicarain semuanya."

Mengusap air matanya pelan lalu menatap tegas mata sang suami.

"iyaa, mas berangkat ya."

Anggukan Rahayu menjadi penutup dari perdebatan diantara mereka.







~~~







ceklek...

"kakak ku sayang ini sarapannya."

Sapa semangat dan lembut Aisyah menjadi kalimat yang pertama Rihana dengar di pagi ini.

Mengubah posisinya dari berbaring jadi duduk lalu tersenyum tipis ia lakukan.

ReLa -1989-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang