BAB 30 ~ Terluka

1.8K 44 0
                                    

Malam itu, Aksa yang sedang tertidur di sofa terbangun dengan haus yang luar biasa. Ia merentangkan badannya yang kaku dan menggeliat sebentar sebelum beranjak ke dapur. Di sana, ia mengambil botol air minum dan meneguknya dengan cepat, merasakan kehausan yang terobati.

Saat Aksa hendak kembali ke sofa untuk melanjutkan tidurnya, terbersit kekhawatiran di pikirannya. Di mana Ara? Apa wanitanya itu sudah tidur? Ia bergegas menuju kamar, tapi tak menemukan wanita yang dicintainya itu. Gelapnya malam membuat hati Aksa berdebar-debar.

"Ara, di mana kau?" gumam Aksa sambil mencari-cari di sekitar rumah. Rasa khawatir terus merayap, dan ketakutan membuat detak jantungnya semakin keras.

Tanpa ragu, Aksa bergegas ke bawah mencari ponselnya. Di sudut ruang, ia menemukannya dan segera membuka aplikasi GPS. Detak jantungnya semakin cepat ketika melihat titik yang mewakili Ara bergerak menuju daerah terpencil. Keringat dingin mulai mengucur di keningnya, dan rasa panik mulai menghimpit dadanya.

"Sial!" seru Aksa sambil meraih jaketnya dan kunci mobil. Ia bergegas ke luar, tanpa peduli betapa dinginnya udara malam. Dengan cepat, Aksa memasuki mobilnya dan melaju menuju titik terakhir posisi Ara.

Perjalanan cepat membawa Aksa ke tempat yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Ketika ia tiba di lokasi, pemandangan yang ditemuinya mengguncang hatinya. Ara, wanita yang ia cintai, berada di tengah-tengah situasi yang sangat tidak aman.

Tak segan-segan, Aksa melompat keluar dari mobilnya. Terdapat dua laki-laki berandal yang berusaha melecehkan Ara. Kedua pria itu terkejut dengan kehadiran Aksa, tapi senyum merendah mereka segera berubah menjadi tatapan marah.

"Apa yang kau lakukan, hah?" bentak Aksa dengan suara gemetar karena campuran rasa marah dan khawatir.

"Pergi saja, ini bukan urusanmu!" seru salah satu dari berandal itu sambil tertawa kasar.

Tanpa sepatah kata, Aksa langsung melibas satu pria berandal dengan tendangan yang mematikan. Pertarungan meletus di antara mereka. Aksa yang dihantam keras oleh kekhawatiran dan rasa marah berjuang dengan penuh adrenalin. Salah satu berandal menyerang dengan pisau, dan Aksa dengan refleks cepat berhasil menghindar.

Pertarungan itu memuncak ketika Aksa, dalam usaha melindungi keselamatan Ara, berhasil mengalahkan kedua berandal itu sampai pergi. Luka-luka di wajah dan tubuh Aksa menjadi bukti pertarungan sengit yang baru saja terjadi.

Namun, keberhasilan Aksa tak lepas dari cobaan. Lengannya terluka parah akibat serangan pisau salah satu berandal. Kemejanya yang tadinya bersih kini terciprat darah, menciptakan coretan merah yang menunjukkan keberaniannya untuk melindungi orang yang dicintainya. Dalam kelelahan dan rasa sakit, Aksa menatap Ara dengan penuh kekhawatiran.

Di tengah ketegangan itu, Aksa mendekati Ara dengan langkah hati-hati. Aksa bersyukur melihat bahwa Ara tidak mengalami cedera yang serius.

"A, Aksa, lenganmu." Ara melihat lengan Aksa yang tertutup darah, membuatnya khawatir. Ketika Ara hendak menyentuh lengan Aksa, pria itu tiba-tiba menepis sentuhan lembutnya.

Dengan wajah yang penuh amarah, Aksa melepaskan kata-kata dengan keras, "APA YANG KAU LAKUKAN PADA TENGAH MALAM SEPERTI INI? APAKAH KAU TIDAK MEMBACA BERITA HAH?! ADA BANYAK PENGUNTIT DAN BERANDAL DI SINI?! KAU INGIN MEMBAHAYAKAN ANAK KITA?!"

Ara merasa tubuhnya bergetar, dan perlahan air matanya mulai mengalir. Entah karena Aksa memarahinya atau karena ketakutan yang merayapi dirinya, Ara hanya ingin menangis.

Melihat reaksi wanitanya, Aksa menyadari kesalahannya. Wajahnya melunak, dan dia berkata dengan nada penyesalan, "Maaf, aku tak bermaksud memben-"

"Aku takut," lirih Ara dalam tangisannya yang sesegukan. Ia berusaha menghentikan air matanya, namun ketakutannya begitu besar sehingga ia tak bisa menahan tangisannya.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang