6. Jarak Dekat

1.7K 231 23
                                    

Jangan lupa vote komen 💕
Happy reading~

***

"Pagiku cerah, matahari bersinar."

"Kugendong tas merahku di pundak."

Malam telah berlalu, pagi pun sudah kembali. Jam sudah menunjukkan pukul 04.10 wib. Rangga berjalan sembari bergumam padahal matanya masih tertutup.

Bibirnya mengatup saat telinganya mendengar sayup-sayup adan dikumandangkan. Langkah kaki kecilnya menuju ke kamar mandi untuk segera mencuci muka dan mengambil air wudu.

Setelah selesai dia segera keluar dengan wajah yang lebih segar. Dengan handuk yang diselempangkan di leher, jari-jari lentiknya mengusak-usak rambutnya yang sedikit basah. Dia berjalan seorang diri menuju kamar.

Langlah kakinya terhenti di depan pintu saat ponselnya berdering. Rangga mengambil ponsel di saku kemudian segera memeriksa siapa yang menghubunginya di pagi buta seperti ini.

Rangga mengerutkan keningnya lalu segera menoleh ke sana kemari. Setelah itu dia segera menjawab dan menempelkan ponsel di telinga. Rangga terdiam sesaat saat mendengar gumaman orang di seberang sana.

"Lalu bagaimana dengan uangku?" bisiknya lalu terdiam mendengarkan ucapan seseorang di seberang.

"Jangan coba-coba menipu—" Ucapan Rangga terhenti saat ada yang menepuk bahunya lalu matanya membola sempurna.

Rangga menoleh. "Mas Guntur," ucapnya, kemudian segera memutuskan panggilan.

"Kenapa, Ngga?" Guntur mengucek-ucek matanya.

"A-Aku?"

Guntur mengangguk. "Iya, kamu kenapa?" tanyanya lalu menutup mulutnya karena menguap.

"Nggak apa-apa, Bang," jawab Rangga.

Guntur mengangguk lalu kembali menguap. "Ya udah, sana bangunin yang lain. Terus ke mushola, azan," ucapnya kemudian pergi meninggalkan Rangga.

Rangga menghela nafas kasar lalu memegang dadanya.

"Kenapa, lo?"

Rangga kembali di buat terkejut dengan kedatangan Hilal yang tiba-tiba berada di belakangnya.

"Kaya abis ketahuan maling aja." Tanpa menunggu jawaban Rangga, Hilal langsung masuk ke dalam kamar.

Sedangkan Rangga masih terdiam, antara terkejut dan merasa heran dengan Hilal. Dari mana saja Hilal jam segini baru pulang? Tanyanya dalam hati. Untuk mengobati rasa penasarannya, Rangga mengekori Hilal.

Rangga menghentikan langkahnya di sebelah Hilal, karena kebetulan lemari mereka berdampingan.

"Dari mana, Lal?" tanya Rangga sembari menelisik wajah Hilal yang sedikit berbeda.

"Biasa." Hilal melepas hoodienya lalu segera menggantungnya di lemari.

"Tanding lagi?" Hilal tidak menjawab, justru dia mengambil handuknya lalu berbalik.

"Muka lo kenapa?" Rangga menahan tangan Hilal.

"Biasa." Hilal melepas tangan Rangga kemudian berlalu begitu saja.

Rangga ingin bertanya lebih lanjut lagi, tapi ini masih terlalu pagi untuk ribut. Dia menggelengkan kepalanya lalu berbalik. Tangan pendeknya membuka lemari lalu mengambil baju koko pendek dan segera mengganti bajunya. Setelah itu dia mengambil sarung dan meletakan di pundaknya.

Setelah bersiap, Rangga segera menutup pintu lemari dan melangkahkan kakinya keluar kamar. Dia berniat untuk mengumandangkan azan subuh di mushola yang ada di dinas pemadam kebakaran. Bukan sebuah rutinitas atau pun jadwal, karena ini sebuah kewajiban bagi setiap muslim.

Kesatria GeniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang