Flashback on
Alexa mengunyah pelan permen karet di mulut nya, tatapan tenang wanita itu bergerak mengamati bocah tampan laki-laki yang terlihat duduk sendiri di bangku taman dengan tangan yang memainkan sebuah rubik.
Dengan langkah pelan, dia mulai mendekat dan duduk di samping anak itu tanpa meminta ijin dulu. Toh bangku itu tempat umum. pikir nya.
" Susah? Mau di bantu? " Suara lembut gadis itu mengalun dan cukup mengalihkan atensi anak itu.
Tatapan anak itu menatap Alexa datar yang di balas oleh wanita itu dengan tatapan teduh dan menenangkan.
" Kakak gak sengaja perhatiin tadi, kayak nya kamu kesusahan menyusun warna itu. " Lanjutnya yang membuat tatapan anak itu teralih saat suara lembut itu kembali menyapa indra pendengaran nya.
Meskipun tidak mendapat balasan, Alexa tetap memasang senyum kecil menatap anak itu yang terlihat memutar rubik itu dengan pelan seolah sedang mengamati dan mempertimbangkan ucapan nya.
" Kamu hebat loh seusia ini sudah mau berusaha menyusun rubik yang tidak semua orang dewasa pun bisa melakukan nya. "
Alexa mengambil rubik berukuran sedang yang di pegang anak itu, untung nya tidak ada protesan yang keluar. Hanya tatapan datar yang saat ini kembali menatap nya.
" Dulu, kakak belajar bermain rubik saat umur 10 tahun. Dan gak pernah nemu jalan keluar untuk ngebuat semua warna ini sama, paling-paling temen kakak yang nyelesain nya. " Tangan Alexa mulai memainkan dengan pelan namun lihai benda kotak dengan warna acak itu.
" Paling paling yang kakak selesain cuma satu warna, dan itupun tidak sempurna karena satu warna lagi selalu berbeda. Seperti itu terus sampai kakak ngerasa muak dan kesal. "
" Sampai menginjak SMP, barulah kakak belajar dengan serius taktik nya. Meskipun susah, namun tidak ada yang tidak bisa kita lakukan di dunia ini selagi kita ingin dan mampu. "
" Nah udah. " Seru wanita itu memberikan rubik yang kini sudah tersusun rapih warna nya.
Dia memberika kembali kepada anak itu dengan senyum lebar sarat akan ketulusan.
" Sepertinya kakak harus pergi. Nama kakak Alexa, semoga kita bisa bertemu lagi nanti. ucap nya dan beranjak dari sana.
Pertemuan pertama itu tidak langsung akrab begitu saja, tidak ada respon brarti yang di layangkan anak itu. Dan Alexa pun tidak berharap banyak karena mengetahui bagaimana perangai anak itu. Dilihat dari latar belakang dan juga pencetak bibit nya.
Barulah di hari kedua dan pertemuan kedua, anak itu mulai membuka suara.
Abercio, anak itu menyebutkan jika namanya Abercio. Hanya sepatah nama itu dan Alexa mulai memanggio nya Cio.
Pertemuan pertemuan itu terus berjalan setiap hari, sampai sikap datar anak itu luruh dan memutus benteng yang di bangun anak itu.
Mereka mulai akrab dan ketika Alexa mulai bekerja di kantor papah dari anak itu. Mereka menjadi jarang bertemu karena jam pulang kerja yang selalu malam.
Flashback off
Seperti ibu dan anak, Alexa menuruni anak tangga dengan menggandeng bocah tampan setinggi perut yang kini sudah rapih dengan seragam sekolah nya.
Mendengar ketukan heels, Theo yang sudah duduk di meja makan menatap sekilas kehadiran dua orang itu.
" Selamat pagi Mr. " Sapa Alexa yang di balas deheman pelan oleh pria itu.
" Pagi dad. " Sapa bocah itu dan mengambil tempat di samping kanan kursi ayah nya.
Beberapa detik Alexa terdiam sebelum ikut duduk di samping anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped With---
Roman d'amour21+ " Sekali kamu masuk, maka tidak ada jalan keluar. " bisikan serak itu mengalun. " ahk, aku membencimu. " " Aku mencintaimu sayang. " " fuck you__mpttt." " Sekali lagi kau mengumpati ku, maka ku buat kau mendesah menyebut namaku hingga pagi. " g...