12

266 33 8
                                    


"YHA.. Kang Seulgi!",

"Ada apa?" yang dipanggil menjawab lemah dan tidak bersemangat.

"Aku yang seharusnya bertanya, ada apa denganmu hari ini?" balas sahabat karib sehidup sematinya itu.

"Huh, aku tidak apa-apa Wendy-shi",

"Jangan sok berbohong kepadaku wahai siluman beruang lucu nan imut, aku mengenalmu tidak sebentar. Jadi tolong katakan apa yang mengganggu Kang Seulgi-ku sampai-sampai tidak bersemangat di pagi hari yang indah ini hm?" Wendy tetap kekeuh bertanya.

Seulgi semakin menenggelamkan kepalanya diantara kedua lengannya diatas meja kerjanya, "Aku malu Wendy-shi" cicitnya kecil.

"Malu? tapi aku tidak melihatmu memegang palu dan paku Seulgi-shi",

"Aishh.. sudahlah, kembali saja ke tempatmu Wendy-shi" Seulgi membuang napas kasar yang membuat Wendy tertawa kecil saat melihat tingkah sahabatnya itu.

"Baiklah, maafkan aku. Aku hanya bercanda dan ingin membuatmu menghentikan wajah kusutmu itu yang tidak pernah berubah sejak kau tiba",

"Jadi, malu huh? Apa yang membuat seorang Kang Seulgi bisa merasakan hal itu?" lanjutnya lagi.

Seulgi bangun dan memposisikan duduknya dengan nyaman di bangkunya dan melihat Wendy dengan mata sedihnya, "I-itu karena dia Wendy-shi, cinta pertamaku" terdengar helaan napas yang panjang darinya.

"Ahh.. jadi karena si Irene Irene itu kau merasa malu seperti ini",

"Memangnya apa yang kau lakukan?" tambahnya.

"Hahh.. apa kau ingat saat kita makan dan aku pergi ke toilet karena perutku begitu sakit? Sesuatu terjadi saat itu" Seulgi menceritakan semua yang terjadi saat di toilet ketika dia dengan tidak sengaja bertemu dengan cinta pertamanya itu tempo hari, dimulai dari Seulgi yang kelimpungan mencari toilet terdekat, ditabrak orang yang ternyata adalah cinta pertamanya, dan momen dimana perutnya sudah tidak bisa berkompromi lagi dengannya.

Wendy sangat bersusah payah menahan diri untuk tidak tertawa terpingkal-pingkal akibat mendengarkan cerita Seulgi yang sangat amat absurd itu, hasilnya perutnya pun terasa sedikit ngilu bersamaan dengan keluarnya air mata tipis-tipis dimatanya.

Seulgi yang melihat reaksi dari sahabat seperjuangannya itu pun hanya bisa menghela napas pasrah dan menekuk mukanya, "Aku merasa diriku sangatlah bodoh" katanya.

"Kau tidak bodoh Seulgi-shi, kau adalah orang terkeren dan ter-gentle yang pernah aku temui",

"Kalau kau bodoh, mana mungkin ada orang yang menyukaimu seperti fans-fansmu itu yang selalu mengklaim bahwa kau adalah milik mereka huh?" tambah Wendy mencoba menenangkan sahabatnya itu.

"Setidaknya aku meminta nomornya Wendy-shi, tapi aku tidak melakukannya" murung Seulgi.

Teringat pertemuannya dengan Irene terakhir kali tidak berjalan dengan lancar sesuai dengan yang sudah direncanakan. Saat Seulgi keluar dari toilet, dia sudah tidak menemukan Irene disana. Gagal sudah rencana untuk meminta nomor kontak Irene.

"Itulah mengapa aku merasa bahwa diriku ini bodoh sekali",

"Padahal aku dan dia sudah cukup sering bertemu, tapi -ah sudahlah" pasrahnya.

"Hei Kang Seulgi.. dengarkan aku, jika kau menyukainya mak-",

"Koreksi! Cinta. Aku mencintainya" potong Seulgi.

"Ya itulah. Kau jatuh cinta, maka dari itu berjuanglah" kata bijak dari seseorang yang yang belum pernah menjalin hubungan sebelumnya a.k.a Wendy Son.

Seulgi terkekeh kecil mendengar petuah bijak dari sahabatnya itu, "Seperti kau pernah melakukannya saja" Seulgi lanjut tersenyum setelahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang