07

1.4K 182 40
                                    

"Ayo Seul..",

Seulgi menatap heran sahabat didepannya itu, "Mau kemana?".

"Lohh kau tidak dengar beritanya?",

"Berita apa?" tanya Seulgi dengan alis yang bertautan.

"Lisa sedang dirawat dirumah sakit",

"Hahh? Lisa siapa?" bingung Seulgi.

"Kau ini benar-benar ya.. Lisa, orang yang duduk bersama kita saat makan siang pekan lalu" ucap Wendy masih mencoba sabar.

"Aku tidak ingat" balas Seulgi.

"Yang cerewet itu Seul..",

"Ohh si Manoban?"

"Nah iya Lalisa Manoban".

"Ohh.. memangnya dia kenapa?" tanya Seulgi dengan wajah polosnya.

"Astaga!!! Kau ini pikun ya?",

"Kan sudah kubilang tadi kalau dia masuk rumah sakit bodoh. Lama-lama aku darah rendah jika kau seperti ini terus Seulgi-shi" misuh Wendy.

"Haha.. Tidak lucu. Yang benar itu darah tinggi Wendy-shi" balas Seulgi.

"Biarkan saja. Siapa juga yang sedang mencoba untuk melucu",

"Ayo pergi Seulgi bodoh".

"Heh? Pergi kemana?" tanya Seulgi polos.

"Ke mana-mana hatiku senang" balas Wendy.

"Goblok!" kata Seulgi.

Setelah mendengar kata Seulgi tersebut, Wendy dengan tenaga supernya langsung menarik Seulgi kasar keluar kantor mereka agar segera menuju rumah sakit tempat Lisa dirawat.

"Arghh lenganku" erang malang Seulgi.








***






Dirumah sakit

"Permisi, pasien atas nama Lalisa Manoban ada dikamar rawat inap nomor berapa ya?",

"Ohh pasien atas nama Lalisa Manoban ya... Tunggu sebentar" kata si perawat.

"Dia ada di kamar nomor 365" tambahnya.

uwaw 365:)

r u lost bby girl?

"Baiklah, terima kasih" kata Wendy dengan senyum manis, mengalahkan manisnya gulali.

"Manis sekali woiiiiii!!!" batin sang perawat sambil melihat kepergian Wendy.

Seulgi berlalu sambil menatap perawat yang menurutnya aneh tersebut. Bagaimana tidak terlihat aneh, si perawat tidak pernah berhenti memandang kearah Wendy, temannya yang sudah berjalan duluan didepannya. Bahkan si perawat tidak sadar bahwa dia sedang diamati oleh seorang Kang Seulgi.

"Dasar perawat aneh" gumam kecil Seulgi.

.

.

.


"Wah... Kau ternyata datang juga ya Seulgi-shi" kata seseorang sedang berbaring diranjang rumah sakit, sambil mengatur infus yang sedang tertancap mantap dibagian lengan sebelah kirinya. Lalisa Manoban.

"Tentu saja aku datang Lisa-shi",

"Kau kan sedang sakit, aku mana bisa membiarkan salah satu temanku jatuh sakit" kata Seulgi dengan senyum meyakinkan.

"Pembohong, kau pembohong" gumam seseorang disisi lain kamar tersebut, siapa lagi kalau bukan Wendy.

"Tenang saja, sakitnya tidak terlalu parah kok. Hanya karena kelelahan saja hehehe".

"Jangan terlalu memaksakan dirimu Lisa-shi" kata Wendy sambil mendekati ranjang Lisa.

Melihat Wendy dan Lisa yang sedang asik berbicara, tiba-tiba sesuatu yang tak terduga dirasakan oleh Seulgi,

Rasa ingin buang air kecil.

"Ehmm.. Lisa-shi, toiletnya ada disebelah mana ya kalau boleh tahu?" tanyanya,

"Ada diujung koridor Seulgi-shi. Dikamar ini tidak terdapat toilet dalam" kata Lisa, tampak tidak enak dengan Seulgi.

"Ahh baiklah, terima kasih. Aku permisi dulu sebentar" Seulgi dengan terburu-buru keluar dari kamar rawat sang teman, dan tanpa pikir panjang segera menuju ke ujung koridor untuk mencari toilet yang dimaksud Lisa.

"Aduh dimana ya?" kepalanya celingak-celinguk melihat kanan kiri sambil mencari sebuah tulisan,

TOILET.

"Ahh itu dia" semangatnya.

Untung saja kondisi toilet saat itu sedang sepi. Jika tidak, tamatlah riwayat seorang Kang Seulgi. 

Mana sudah diujung lagi.

"Wahh leganya" ucap Seulgi sambil membenarkan bajunya yang agak kurang rapih sambil berjalan pelan tanpa memperhatikan jalanan didepannya. Dan tanpa sengaja, seseorang menabraknya sampai-sampai orang yang menabraknya terjatuh dengan tidak hormat didepannya.

Seulgi ingin tertawa, tapi kasihan.

Seulgi ingin memarahinya, tapi EHH
















BAE IRENE???!!!

KENAPA DIA BISA ADA DISINI?

APAKAH INI YANG DINAMAKAN JODOH TAK AKAN KEMANA?!

APAKAH INI HANYA SEKEDAR MIMPI BASAH SEORANG KANG SEULGI AKIBAT TERLALU LAMA MENAHAN RASA INGIN BUANG AIR KECILNYA?!

Seulgi rasanya ingin menghilang saja akibat jantungnya yang sudah berdetak 1000 kali lebih cepat sekarang. bagaimana kalau Irene mendengarnya?,

"Ya bagus dong" batinnya.

Saking sibuknya dengan pemikiran bodoh yang tak berhenti membuat teori tanpa dasar tersebut, Seulgi tidak mendengar rintihan kecil seorang Irene Bae yang terjatuh didepannya, "Awhh pantatku".

Setelah mengatakan hal tersebut, Irene pun mengangkat kepalanya berniat akan memarahi habis-habisan seseorang yang sedang berdiri didepannya tersebut.

"Kau ini bagaima--" tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, Irene terkejut saat matanya bertemu dengan mata monolid seseorang didepannya yang sedang menatapnya intens.

"Kang Seulgi" Irene membatin.

Melupakan rasa ingin buang air besar yang sedang dialaminya sebelum bertabrakan dengan pemilik mata yang memikat tersebut.

Seolah tersadar dari lamunannya. Seulgi menanyakan sesuatu yang dari dulu ingin dia tanyakan,




















































































































"I-Irene Bae... A-Apa kabar?".




































Tbc.

Soridorimori kalo gua baru update, soalnya minggu ini tuh gua sibuk banget.

Sibuk memikirkan masa depan yang udah alamat gelap:)

Selamat membaca.

Salam,

- jsjkygbjh.




















































PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang