10

438 43 1
                                    





"Seulgi-shi",

"Sudah lama menunggu?".
















































"Tidak juga hehe".

"K-kau t-terlihat c-cantik m-malam i-ini Irene-shi".

Saltink dia wan kawan

Irene menunduk mendengar pujian dari si sipit Kang Seulgi yang tidak baik bagi hatinya ini.

Kang Seulgi? Dia menyumpahi dirinya sendiri karena menyebut orang yang dia suka selama ini cantik saja dia tidak becus. bisa-bisanya dia tergagap didepan wanita yang dia puja selama ini.

"Hmm.. terima kasih Seulgi-shi" Irene mengembalikan pernyataan Seulgi dengan malu-malu kucing.

"Kau sudah selesai dengan pekerjaanmu kah Irene-shi?" tanya Seulgi hati-hati, tapi hatinya jedag-jedug di dalam.

"Ya, pekerjaanku sudah selesai. Haruskah kita pergi sekarang?" balas Irene.

"Tentu saja yang mulia" jawab Seulgi ala-ala pengawal kerajaan sunda empire sambil membungkukkan badannya didepan Irene yang bingung akan kelakuan si sipit yang random ini.

"T-tapi k-kau tidak apa kan kalau kita perginya sama Bram?" tanya Seulgi lagi.

"Bram siapa?" Irene mengernyitkan dahi-nya mendengar pertanyaan Seulgi barusan. Agak was-was jikalau si sipit ini ternyata mengajak temannya yang lain ikut makan malam juga.

Tidak apa-apa sih sebenarnya, tapi ya kalau begitu untuk apa Irene ikut-ikutan makan malam dengan orang yang tidak dikenalnya. Mendingan dia pulang dan istirahat diranjangnya yang nyaman.

"I-itu.. m-motorku, namanya Bram hehe" Seulgi menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal setelah melihat pandangan Irene yang awalnya bingung dan bertanya-tanya soal Bram
menjadi hangat terhadapnya.

hangat ga tuh Seul sikaatt

"Ahahahahaha.. Aku pikir Bram itu teman Kamu Seulgi-shi" tawa Irene menggelegar di lobby rumah sakit akibat dari perkataan yang dilontarkan si sipit ini kepadanya.

Sedangkan Seulgi tak habis pikir, memangnya salah ya kalau memberikan nama panggilan untuk kendaraan yang selalu menemaninya setiap waktu dan kemana pun dia pergi?.

Agar tidak lama menghabiskan waktu dengan percakapan konyol tersebut akhirnya Seulgi langsung menarik tangan Irene menuju ke parkiran motor.

Irene? Dia saltink dong, si sipit ini tanpa minta izin langsung sat set sat set saja main genggam tangan orang, mana ukuran tangannya pas lagi, hangat pula, apa tidak nyaman dia? Ya nyaman lah pemirsa.

Untung saja hari ini Irene juga tidak membawa kendaraannya, kalau dia bawa kan repot juga. Masa iya dia minta Seulgi buat anterin dia balik ke rumah sakit lagi, kan bisa dianterin ke rumah langsung biar bisa mampir.

Pikiran mu rene.. rene

Sepanjang jalan menuju parkiran, tidak ada satu pun dari dua manusia yqng sedang berbunga-bunga ini melepaskan tautan tangan mereka nyaman soalnya. Setibanya di motor Seulgi, mereka langsung siap-siap untuk jalan.

"Let's kajja" Ucap Seulgi dengan semangat, Irene tersenyum lucu mendengar ucapan si sipit tersebut.


















***






























































PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang