08

1.4K 175 37
                                    



"A-Aku..",

"Permisi sebentar, aku sudah tidak tahan" kata Irene sambil berlalu meninggalkan Seulgi yang hanya cengo melihatnya menuju ke salah satu bilik di toilet.

"Dia kenapa? Ahh jangan-jangan dia ingin buang air besar" gumam Seulgi.

"Ish kau sungguh bodoh Kang Seulgi" tambahnya.

Seulgi memutuskan untuk segera keluar dari toilet tersebut dan lebih memilih untuk menunggu Irene di koridor rumah sakit. Melupakan sahabatnya dan Lisa yang tengah menanti kedatangannya.

...

Irene yang sudah merasa lega akibat beban yang selama ini dia tahan terlepas, langsung berjalan santai keluar dari toilet tersebut. Saat Irene sudah keluar dari toilet, matanya bertemu dengan mata monolid yang tengah menatapnya tajam.

"Benar-benar mempesona" batin Irene.

Irene berjalan pelan menuju kearah Seulgi yang sedang bersandar di dinding, mencoba terlihat cool didepan Irene kelihatannya.

"Hai Irene",

"Irene Bae, benar kan?" ucap Seulgi.

"Iya, Irene Bae.. dan kau Kang Seulgi kan?" balas Irene.

Gitu aja terus sampe pandemi selese.

"Kau ternyata masih mengingatku" kata Seulgi dengan senyum sumringahnya.

"Tentu saja aku masih ingat, siapa yang bisa melupakanmu" balas Irene dengan suara yang perlahan mengecil diakhir kalimatnya, menyatu dengan udara dikoridor rumah sakit tersebut.

"Kau cantik" ucap Seulgi tanpa sadar.

"E-ehh" Irene yang mendengarnya terkejut bukan main, seorang Kang Seulgi yang ada didepannya kini dengan terang-terangan mengatakan sesuatu yang berhasil menaikkan pasokan darah ke wajahnya sehingga membuat wajahnya terlihat merah.

Semerah buah tomat segar.

Seulgi yang tidak sadar itu pun terkejut dengan apa yang barusan keluar dari mulutnya, "E-eh m-maksudku, k-kau t-terlihat l-lebih dewasa".

"Terima kasih atas pujiannya" kata Irene dengan wajah yang masih memerah, wajahnya menunduk menyembunyikan senyum menawan yang hampir setiap hari di ingat oleh seorang oknum yang bernama Kang Seulgi.

"Mau makan bersama?" Seulgi bertanya sambil berharap didalam hati agar tidak ditolak.

"Masih ada pekerjaan yang harus ku urus Seulgi-shi" kata Irene dengan tampang menyesal.

Seulgi? Tentu saja tak ingin menyerah untuk mengajak Irene makan bersama. Walaupun sekarang tanggal tua, dia bisa menggunakan uang tabungannya katanya.

"Aku bisa menunggumu" balas Seulgi cepat.

"T-tapi..",

"Tak apa Irene-shi, aku bisa menunggumu. Apa kau mau?" harap cemas Seulgi menunggu jawaban wanita cantik didepannya itu.

Sedangkan Irene, dia terlihat berpikir keras untuk itu. Ingin sekali meng-iya-kan penawaran Seulgi, tapi tak ingin membuat Seulgi-nya menunggu.

Tunggu,

Sejak kapan?


Seulgi-nya?


Akibat melihat wajah Seulgi yang terlihat memohon tersebut, membuat Irene jadi semakin tak tega jika menolaknya, "Baiklah, kau bisa menungguku".

Seulgi yang tak ditolak itu pun tersenyum gembira. Merasa seperti telah memenangkan lotre dengan jumlah yang besar. Tidak, bahkan hal ini jauh lebih besar dari lotre dengan hadiah sebesar apa pun. Kang Seulgi bisa berdua dengan Irene Bae, itu sungguh hadiah terhebat untuk Seulgi.

"Aku akan menunggumu di lobby kalau begitu" ucap Seulgi masih dengan senyum cerahnya sampai-sampai mata monolidnya tersebut membentuk bulan sabit yang terlihat indah didepan Irene.

"DOKTER BAE!!!",

"CEPAT KEMARI, ADA PASIEN YANG MEMBUTUHKANMU!!!" Irene yang masih terpaku pada keindahan senyuman Seulgi itu pun kaget karena sebuah teriakan yang menggema dikoridor tempat dia dan Seulgi sedang berdiri.

"K-kalau b-begitu, aku permisi dulu Seulgi-shi" gagapnya sambil berlalu meninggalkan Seulgi yang sedang menatapnya.




"Dasar Sooyoung bedebah!!!" gumam kecil Irene.


























"JANGAN LUPAKAN AKU",




"AKU AKAN MENUNGGUMU DI LOBBY", teriak Seulgi sambil melompat kegirangan seperti orang gila yang terlihat bodoh.



Udah gila, bodoh lagi.


Kasian.





















Sementara itu,











"Kemana si bodoh itu? Apakah begitu susah mencari toilet di rumah sakit ini?" tanya Wendy yang dapat didengar oleh Lisa.

"Tidak susah kok perasaan, toiletnya tidak jauh dari kamar ini" jawab Lisa sekena-nya.

Wendy berdiri, berniat keluar untuk mencari sahabat bodohnya tersebut. Namun, hal tersebut dia urungkan karena mendengar bunyi pintu yang terbuka sambil menampakan sosok yang ditunggunya dari tadi.

Seulgi muncul dengan senyum yang terlihat mengerikan dimata Wendy, "Ada apa dengan senyummu itu hah?".

"Jangan-jangan kau kerasukan hantu toilet rumah sakit" itu Lisa.

"Benarkah?" tanya Wendy dengan mata membulat besar.

"Tidak bodoh" ucap Seulgi lantang.

"Terus kenapa kau tersenyum seperti itu Seulgi-shi?" Wendy masih dengan keingintahuannya.





















































"Aku bertemu dengan calon masa depanku hehe" jawab Seulgi, terlihat bodoh dan bahagia.





























































"APA?!!!" teriak kedua temannya.

































Tbc.






Hai:)

Sorry baru update,
Masih ada kah yg nungguin cerita ini?

Gua tuh pengen banget update sebenarnya, tapi males ngetik hehe.

Baca aja biar cuma pendek sahabat.

Salam,

- jsjkygbjh.










PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang