02

2.2K 253 19
                                    

Siapa yang tak kenal seorang Kang Seulgi. 

Yeoja berkharisma dengan mata monolidnya yang tajam sehingga bila dia menatapmu, kau hanya akan merasakan dua hal,

Terintimidasi dan Kagum .

Hal itu yang dirasakan oleh orang-orang saat ini di dalam kantin perusahaan mereka.

Kang Seulgi bersama dengan sahabat baiknya Son Wendy yang sedang makan siang di kantin dengan damai mulai risih saat mendengar bisikan-bisikan memuja dari para penggemarnya. Wajah menggemaskan itu kini mulai terlihat tak bersahabat karena bisikan-bisikan tersebut.

"Kau kenapa?" tanya Wendy.

"Aku tidak apa-apa Wen.. hanya saja aku tidak suka berada dalam situasi menyebalkan seperti ini" balasnya.

"Apa kau ingin kita pindah saja Seul?" kata Wendy.

"Tidak perlu.. yang hanya perlu kita lakukan adalah segera menghabiskan makanan kita, agar kita bisa pergi dari sini Wen" jawab Seulgi.

Setelah Seulgi mengatakan hal tersebut, mereka berdua langsung bergegas menghabiskan makanan mereka. Tidak etis memang. Tapi mau bagaimana lagi, si pemilik wajah yang menggemaskan itu sudah terlanjur risih  dan Wendy sebagai sahabat Seulgi yang baik tidak ingin merusak mood sahabatnya.


.


"Ahhhh.... akhirnya kita keluar dari tempat itu. Benar-benar menyebalkan saat kau sedang asik-asiknya makan, lalu dianggu seperti itu" keluh Seulgi.

"Aku tidak percaya mengapa mereka memujamu, padahal ditempat ini masih banyak anak magang bahkan karyawan tetap yang lebih keren darimu" kata-kata tersebut keluar dengan lancar dari mulut Wendy.

"Bilang saja kau cemburu Wendy-shi karena mereka memperhatikanku dan bukan dirimu hahahaha" balasan menohok dari Seulgi.

Mendengar kata-kata Seulgi tersebut, Wendy langsung melayangkan salah satu tangannya yang bebas ke kepala Seulgi yang malang itu.

PUKK

"Yahhh.. kenapa kau memukulku aish" kata Seulgi sambil memegangi bagian kepalanya yang sakit akibat dari serangan tiba-tiba Wendy.

"Itu karena mulut bodohmu yang seenaknya berbicara hal bodoh seperti tadi" balas Wendy kepadanya, "Lagi pula.. aku lebih nyaman seperti ini, tidak menjadi seorang most wanted sepertimu dan tidak terganggu oleh bisikan-bisikan setan seperti yang selalu dilakukan oleh para pemujamu itu" lanjutnya.

"Baiklah-baiklah.. kau menang kali ini Wendy-shi" kata Seulgi.

"Tentu saja, aku kan memang selalu menang dari orang bodoh sepertimu" Wendy mengatakan hal tersebut dan langsung berlari meninggalkan Seulgi sebelum diamuk oleh beruang yang saat ini sedang menahan rasa kesalnya.

"Awas kau Wendy Son!!!" susul Seulgi.


  .


"Aku balik duluan Seul",

"Ohh kau sudah selesai?" kaget seulgi, "Kalau begitu, hati-hati dijalan" lanjutnya.

"Hmm.. kau juga hati-hati nanti, cepatlah selesaikan pekerjaanmu dan segeralah pulang. Aku pergi dulu.. Sampai jumpa besok" kata Wendy dan segera berlalu pergi dari hadapan Seulgi.

"Hemmm.. Sampai jumpa" Seulgi kembali memperhatikan pekerjaannya dan dengan segera menyelesaikannya.

...

"Hoaamm... Ahh, aku sangat kelelahan" keluh Seulgi sambil berjalan ke tempat parkir motornya.

Seulgi memperhatikan langit malam ibukota yang terlihat agak kemerahan, menandakan bahwa sebentar lagi hujan akan turun membasahi jalanan ibukota.

"Hahh.. sepertinya akan turun hujan, aku harus bergegas" bukannya Seulgi tidak suka dengan hujan, tapi sangat disayangkan jika motor kesayangannya yang baru habis dicuci kemarin menjadi kotor lagi karena hujan. 

Kan capek kalau harus dicuci lagi.

...

Ternyata apa yang tidak diharapkannya terjadi,

Hujan deras mulai mengguyur area jalanan ibukota yang dilaluinya, mau tidak mau Seulgi harus berteduh sementara agar motornya tidak kotor dan becek.

"Dari pada aku kelelahan akibat mencuci motorku, lebih baik aku berteduh" gumamnya.

Ditatapnya air hujan yang dengan derasnya turun ke bumi sambil menghirup aroma menenangkan yang selalu disukainya saat hujan turun. 

Dan tiba-tiba saja wajahnya berubah menjadi sendu,

Mengingat seseorang,

Mengingat kenangannya,

Walaupun mereka hanya bertemu sebentar,

"Dia apa kabarnya ya?" gumam Seulgi.


















































"Hahhh.. Irene Bae.. apa kau selalu, ahh tidak, apa kau pernah memikirkanku sebagaimana aku selalu memikirkanmu?".
















Tbc.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang